Rabu, 30 Mei 2012

FF | My Inspiration "No Start No End" | Part 9 | Romance, Friendship, AU | Henry Lau, Kim Kibum, Park Lee Beom (OC) | NC 21


Author : Ulie Aya’aya Wae
Title : My Inspiration “No Start No End”
Genre : Romance, Friendship, AU
Rate : NC 17
Lenght : Chapter

Cast :
Henry Lau
Kim Kibum
Park Lee Beom
Zhoumi
And other


Hawa dingin masih menyelimuti daerah di sekitar pantai Gwangalli. Hujan rupanya masih setia mengguyur daerah tersebut. Gemercik air yang jatuh ke lantai membuat malam semakin sunyi, hembusan angin kecil yang masuk lewat fentilasi udara membuat seorang perempuan bernama Park Lee Beom terbangun dari tidurnya. Selimut tebal yang membungkus tubuhnya tidak mampu menghangatkannya. Dengan terpaksa ia merapatkan tubuh yang tanpa sehelai benang itu ke tubuh pria yang tertidur disampingnya seraya memeluknya. Kulit mereka saling menempel sehingga menghasilkan rasa hangat pada tubuhnya. Sejenak ia memandang wajah tampan kekasihnya itu, ia tersenyum kecil lalu mencium lembut pipinya. Dan berbisik, “I love you..”

Setengah jam sudah dirinya hanya berguling-guling tak jelas di kasur, matanya sangat susah untuk dipejamkan kembali. Hanya melamun, dan membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu. Tidak menyangka bahwa ia akan menyerahkan kesuciannya sebelum menikah, hubungan intim yang telah dia lakukan bersama sang direktur SM membuat daerah intimnya perih dan terasa ngilu. Ia meraba-raba daerah sensitifnya itu dan ternyata ada sedikit luka di bagian bibir miss-v nya. Ia meringis, dan sedikit melebarkan kakinya supaya luka itu tidak tergesek-gesek. Hal itu juga yang membuatnya tidak bisa tertidur kembali. Ia memutuskan untuk  bangkit lalu memakai bra dan celana dalamnya, kemudian terduduk menyandar ke tembok dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Tidak ada kerjaan, Beom pun meraih ponselnya dan iseng-iseng membuka twitter untuk sekedar mengecek mention dan timeline. Waktu yang tertera di layar ponselnya sudah menunjukan pukul 02.00. Di pagi buta ini, timeline twitter-nya masih cukup ramai. Postingan-postingan yang di update dari beberapa fanbase membahas soal ulang tahun artis SM yang bernama Henry Lau. Ucapan-ucapan birthday dari fans-nya di retweet kembali oleh fanbase ber-unname Henry Bisaed itu. Beom menyernyit heran, lalu melihat tanggal di ponselnya itu, 12 Oktober 2012. Yang artinya sehari sebelumnya adalah hari penting sahabat kecilnya itu. Ia memukul kepalanya dan bergumam, “Aish.. oppa, aku lupa lagi hari ulang tahunmu.”

“Padahal tadi siang sempet ketemu,” gerutunya pada diri sendiri. Untuk menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pun gagal total. Merasa waktunya masih sempat dan tidak terlalu telat ia pun menutup aplikasi twitter-nya lalu mamakai headset bluetooth hedak menghubungi Henry. Tapi, sebelum ia sempat menekan tombol berwarna hijau itu, ponselnya bergetar dan tertera nama Henry di layarnya. Tanpa sadar ia pun tersenyum kecil karena orang yang akan dihubunginya telah menghubunginya terlebih dahulu. Batin mereka seolah saling terkait, ketika salah seorang dari mereka sedang memikirkannya, maka yang satunya lagi akan memikirkannya juga.

“Hallo...” ujar Beom ketika mengangkat panggilan teleponnya.

“Apa aku mengganggu tidurmu?”

“Tidak.. Tadi aku terbangun terus tidak bisa tidur lagi..”

“Kenapa? Apa karena kau memikirkanku?” canda Henry. Dan berhasil membuat Beom tertawa kecil. Candaan itu berhasil menerka pikiran yang ada dalam benaknya. Yup.. memang betul, beberapa detik yang lalu dirinya sedang memikirkan artis SM itu.

“Kau sendiri, kenapa tidak tidur?” tanya Beom seolah mengalihkan candaan yang tadi sempat membuatnya bergeming.

“Aku tidak bisa tidur. Entah kenapa, aku merasa cemas..”

“Cemas karena apa?”

“Entahlah, pikiranku dipenuhi hal-hal yang tidak jelas..”

“Mungkin kau terlalu lelah. Cobalah sehari saja kau liburan untuk me-refresh otakmu.”

“Hmm.. sepertinya aku memang membutuhkannya.” Henry tertawa kecil, dan sangat renyah terdengar di telinga Beom. Pria yang selalu memakai kaca mata hitam itu diam sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya yang sempat tertahan, “Apa kau bersedia menemani liburanku, Lee Beom?” Terdengar pelan dan ragu-ragu.

Deg!

Kekasih direktur SM itu tercekat. Merasa ada sesuatu yang aneh menyelimuti hatinya, ajakan tersebut terdengar seperti bukan dari seorang teman pada sahabatnya. Tapi seperti ajakan kencan seorang pria pada seorang gadis.

“Heh...?” Beom bergumam seolah ingin mendengar Henry mengulang kembali ucapannya. Ia tahu, temannya itu sedang tidak bercanda dengannya.

“Lupakan saja..”

Beberapa menit mereka terdiam, hanya saling berdeham tidak jelas sebagai tanda bahwa mereka masih saling terhubung. Rupanya kalimat terakhir yang mereka bahas itu berhasil membuat mereka menjadi canggung dan tidak tahu harus berbicara apa lagi. Hening.

Henry mulai iseng bernyanyi untuk mencairkan suasana. Beom tertegun mendengarkan alunan lagu yang sangat memanjakan telingannya itu. Bibirnya pun menyungging senang tanpa sadar, lalu ikut bernyanyi pelan seraya menyamai suara indah yang berada di sebrang sana.

“Kau sedang apa? Aahh.. dingin sekali..”

Suara lain yang sudah tidak asing itu terdengar samar-samar oleh Henry. Ia tercekat, dadanya mendadak sedikit sesak. Suara milik direktur SM itu dibarengi oleh desisan Beom yang sepertinya juga terkejut.

“Uuuhh.. oppa!!” pekiknya tanpa sadar ketika Kibum, kekasihnya yang sedang tertidur menarik lengannya hingga terjatuh dalam dekapannya. Matanya masih terpejam, antara sadar dan tidak sadar. Beom yang menyadari segala gerakan dan ucapannya akan terdengar oleh Henry langsung menutup mulutnya. Dan membenarkan posisi tidurnya secara perlahan-lahan kesamping supaya tidak menimbulkan suara.

“Maaf.. sepertinya aku telah mengganggu tidurmu,” kata Henry lemas seperti akan mengakhiri pembicaraan.

“Hey!!” timpal Beom tiba-tiba seolah menahan sejenak Henry untuk tidak memutuskan panggilannya. Suaranya sedikit pelan karena merasa tidak enak hati.

“Apa?”

“Happy birthday..” ucap Beom dengan tulus.

Henry sedikit terkejut. Senang? Tentu saja. Tidak menyangka ia akan  mendapat ucapan dari wanita yang disukainya. “Hari ini bukan ulang tahunku,” jawabnya datar.

Beom terkekeh dan sedikit protes, “Tanggal 11 baru saja 2 jam yang lalu berakhir. Kalau tidak bisa menjadi yang pertama, maka aku ingin jadi orang terakhir yang mengucapkannya..”

Kalimat yang sepertinya pernah didengar Henry sebelumnya itu, membuatnya sejenak berpikir. Kapan dan oleh siapa kata-kata tersebut diucapkan. Tapi, ia tidak berhasil mengingatnya.

“Kenapa ingin jadi yang terakhir?”

Pertanyaan sarkastis Henry itu membuat Beom bergeming. Seperti ragu harus bagaimana menjawabnya. “Supaya kau bisa terus mengingatnya,” ucapnya pelan.

Henry tercekat. Jantungnya berdetak tidak jelas, seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menggetarkan hatinya. “Kenapa kau tidak ingin aku melupakannya?”

Hening.

“Thanks..” Karena tidak ada respon Henry mengucapkan kata terakhirnya sebelum ia menekan tombol merah untuk mematikan sambungan teleponnya. Ia mendesah pelan seolah tidak rela untuk mengakhirinya. Begitu juga yang dirasakan oleh Beom.


05.00 pm. Beom berbalik, dan membenarkan posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Kibum. Dari semalam setelah pembicaraannya dengan Henry di telepon berakhir dia memang tidak tidur lagi. Pikirannya tidak karuan karena Henry terus terlintas dalam benaknya. Ada perasaan diluar logikannya yang tidak bisa dipahaminya, sungguh aneh.

Beom membelai pipi Kibum seolah menegaskan dirinya bahwa pria yang masih tertidur itu adalah kekasihnya. Bibirnya tersenyum seduktif dengan tatapan mata yang sendu, lambat laun ia mulai mendekatkan wajahnya dan mencium dagu Kibum, lalu beralih ke arah leher dan menciumnya dengan lembut. Sejenak menahan bibirnya disana, dan mulai menghisapnya secara perlahan-lahan. Lama kelamaan hisapannya semakin kuat dan berhasil membuat Kibum mendesah dan bergerak sehingga bibirnya terlepas dari leher jenjang itu. Walau tidak begitu jelas, tapi disana sudah ada tanda merah hasil perbuatannya.

Kibum mendongak, dan menatap Beom dengan senyuman. Beom tercekat, matanya sedikit membulat karena tiba-tiba wajah yang berada dihadapannya itu, selama beberapa detik menyerupai sosok Henry.

“Kau sudah bangun? Aku masih ngantuk, Lee Beom! Ah.. rasanya ingin terus tidur seperti ini.” Bibir Kibum menyungging senang dengan mata yang terlihat sayu karena masih mengantuk. Dan benar saja, beberapa detik kemudian matanya kembali terpejam. Sedangkan Beom masih terpaku, dan berusaha membuyarkan pikirannya tentang Henry.


Dengan handuk yang hanya menutupi bagian dada sampai pahanya. Beom duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Ia melihat dibagian dadanya banyak sekali tanda merah yang telah ditorehkan oleh Kibum, tempat yang menjadi daerah favorite-nya. Segar rasanya, tubuhnya sudah bersih dari keringat serta cairan bening yang semalam sempat melekat di sekitar daerah sensitifnya. Mandi besar yang ia lakukan selama hampir 30 menit itu membuat tubuhnya menjadi harum. Aroma shampoo dan sabun mandi menyeruak di sekitarnya. Kibum terbangun dan langsung mendekapnya dari belakang. Tangan kanannya memeluk leher gadis itu dan menyandarkan kepalanya dipundaknya. Beom sedikit menoleh karena itu.

“Kau sudah mandi? Kenapa tidak membangunkanku, supaya kita bisa mandi bareng..” bisiknya nakal. Akibatnya pria yang masih telanjang, dan hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuh bagian bawahnya itu mendapat cubitan kecil di lengannya. Ia hanya terkekeh. Lalu  membenarkan posisi kakinya jadi sejajar dengan kaki Beom. Menggantungkannya ke bawah ranjang dan semakin menempelkan tubuhnya. Ia membantu menyisir rambut kekasihnya itu. Setelah dirasa cukup rapi, ia menyibak rambut yang menghalangi punggung kekasihnya itu ke samping sebelah kiri lalu menciumi punggung putih yang masih ada tetes-tetes air dengan lembut. Dipundak sebelah kanan, ia sedikit menghisapnya dan membuat tanda cinta di sana. Beom sedikit menoleh kearah kanan, lebih tepatnya kebelakang. Tangan kanannya meraih bagian belakang kepala Kibum supaya bisa sedikit memajukan wajahnya. Mereka berciuman, tangan kanan Beom lebih menekan supaya ciumannya semakin dalam dan membiarkan lidah Kibum menelusuri tiap rongga mulutnya. Selain semakin menempelkan tubuh mereka, tangan Kibum pun mulai terbawa permainan. Tangannya meraba-raba di sekitar paha Beom dan menyingkap handuknya. Lambat laun tapi pasti tangannya menuju ke arah selangkangan, alat vitalnya pun mulai menegak akibat bergesekan dengan pinggul kekasihnya itu. Walau terhalang oleh handuk, tapi hal itu cukup bisa membuatnya  mendesah kenikmatan disela-sela ciuman yang masih dilakukannya. Tangannya pun semakin liar meraba-raba lebih dalam daerah sensitif gadis tercintanya itu. Sementara tangan kirinya bermuara di buah dada sebelah kiri dan meremas-remasnya.

Beom merintih kesakitan ketika tangan Kibum mulai menyentuh bibir miss-v nya. Dan terpaksa ia harus melepaskan aktivitas ciumannya dan menahan tangan Kibum supaya menghentikannya.

“Kenapa?” protes Kibum yang merasa tidak rela harus menghentikan aktivitasnya.

“Ada luka..”

Kibum mengernyit. Masih tidak mengerti maksud yang diucapkan oleh Beom.

“Semalam meninggalkan sedikit luka. Dan itu sangat perih jika disentuh..” paparnya seolah menjelaskan.

“Owh. Apa semalam aku terlalu kasar melakukannya?” Terdengar pelan, karena Kibum merasa malu bertanya seperti itu.

Beom tersenyum, “Mungkin karena ini pertama kalinya..” Ia beranjak dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menjauh.

“Apa kau menyesal?” tanya Kibum dengan tatapan penasaran.

Beom menoleh sejenak. “Tidak.. kenapa harus menyesal?” Ia tersenyum seduktif. Kemudian melempar handuk kearah Kibum. “Cepat mandi! Apa oppa akan tinggal di sini terus?”

Kibum pun tersenyum bahagia dan menuruti titah kekasihnya lalu langsung pergi ke kamar mandi.


Sebelum kembali ke Seoul. Mereka menyempatkan diri bermain di tepi pantai dan mengambil beberapa selca berdua sebagai kenang-kenangan. Mereka mampir sejenak ke toko pakaian. Membelinya lalu memakainya karena laju mobil mereka langsung mengarah menuju  gedung SM, dimana Kibum harus bekerja. Sekitar pukul 2 siang mereka tiba di sana, Kibum langsung mengerjakkan tugas-tugasnya yang sempat tertunda. Sementara Beom pergi ke ruang musik untuk memberikan sesuatu pada Henry sebagai kado ulang tahunnya. Tapi sayangnya, ruangan itu tampak sepi dan tidak ada siapapun di sana.


Henry dan Zhoumi sedang makan siang di resto yang tak jauh dari SM. Sepertinya Henry sedang tidak bernapsu, ia cuma makan sedikit dan menyisakan banyak makanan di piringnya. Jiwanya seperti sedang tidak berada disana, melayang entah kemana. Bahkan ketika ponselnya pun berdering dia seolah tidak mendengarnya. Dan baru tersadar setelah Zhoumi mengetuk-ngetuk meja makannya.

“Ponselmu berdering..” ujarnya mengingatkan. Pria jangkung itu terheran karena Henry tidak mengangkat teleponnya dan malah me-reject nya. Caller ID yang tadi tertera di layar ponsel itu atas nama Beautiful girl, seseorang yang sangat dirahasiakan oleh Henry identitasnya. Dan dia selalu senang ketika mendapat panggilan dari nama tersebut. Tapi entah kenapa saat ini dia tidak bersemangat.

“Kenapa tidak mengangkatnya? Bukankah gadis itu selalu bisa membuatmu senang?”

“Siapa?”

“Beautiful Girl. Apa kau sekarang menyesal tidak mengangkat panggilan teleponnya?”

Henry terdiam beberapa detik. Melamun. Membiarkan Zhoumi keheranan atas sikapnya. Dan ponselnya kembali berdering. Henry tetap membiarkannya, seolah tidak peduli.

“Angkatlah.. mungkin ada sesuatu yang penting!” saran Zhoumi.

“Biarkanlah..” jawabnya datar.

Orang-orang yang berada dimeja lain menoleh ke arah mereka dengan tatapan aneh. Zhoumi yang merasa terganggu dan risih dengan dering ponsel yang terus berbunyi itu langsung mengangkat panggilan tersebut seraya menggantikan Henry.

“Hallo..”

Orang disebrang sana tidak menjawab hingga Zhoumi harus mengulang sapaannya, “Hallo..”

Henry sedikit terkejut saat mendengar sapaan Zhoumi, itu berarti dia telah mengangkat panggilan telepon untuknya.

“Zhoumi?” tanya seseorang disebrang sana. Suara yang ternyata sudah tidak asing juga bagi Zhoumi, “Nona Park?” tanyanya memastikan.

“Iya.. Kenapa kau yang mengangkatnya? Apa Henry tidak ada?”

Sebelum menjawab, Zhoumi sejenak melihat kearah Henry. “Owh. Dia sedang ke toilet..” dusta pria jangkung itu. “Apa ada pesan? Nanti aku sampaikan..”

“Ah tidak. Kalian sedang dimana? Apa akan kembali ke kantor?”

“Iya tentu..”

“Yah sudah, aku tunggu disini saja..”

Zhoumi menjauhkan ponsel berwarna putih itu dari kupingnya karena orang yang di sebrang sana telah memutuskan panggilannya. Ia menatap dingin dan prihatin ke arah Henry. “Jadi selama ini, orang yang kau sebut sebagai gadis khayalan itu dan sms yang selalu aku bantu kirim itu untuknya?” gumam Zhoumi.

“Orang yang kau sukai. Orang yang selalu memberimu semangat dan membuat hari-harimu bahagia. Orang yang sangat ingin kau jadikan istrimu itu ternyata adalah nona Park?” lanjutnya dengan nada yang sedikit tinggi. “Apa kau sudah..” Zhoumi tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia masih tidak percaya, ternyata selama ini dia mendukung sebuah hubungan yang salah. Tadinya ia selalu membantu mengetik sms untuk caller id ‘Beautiful Girl’ itu berharap Henry bisa melupakan cintanya terhadap Beom. Sungguh tidak disangka bahwa ternyata beutiful girl itu sendiri adalah kekasih bosnya.

“Jadi dari awal kau sudah menyukainya?”

“Tidak usah membahasnya lagi hyung.. aku akan segera melupakannya!” jawab Henry tegas. Hal itu semakin membuat Zhoumi prihatin karena ia tahu bahwa Henry sedang membohonginya.


“Aku dengar-dengar mereka sudah tinggal serumah.”

“Bisa jadi. Tadi saja mereka ke sini berbarengan. Dan sepertinya telah terjadi sesuatu semalam xixi..”

“Memangnya ada apa?”

“Sepertinya mereka habis bercinta ckck.. aku melihat ada tanda merah di leher direktur Kim dan nona Park.”

“Apa??”

“Iya.. sepertinya mereka tidak menyadarinya.”

“Ah.. mereka memang pasangan yang serasi. Aku merasa iri sama nona Park. Andai saja aku yang berada di posisinya..”

“Apa mereka akan segera menikah?”

“Mmm.. katanya tahun depan.”


Henry tercekat dan menghentikan langkahnya ketika melewati satu ruangan dimana disana sedang ada sekumpulan staff yang bergosip. Ruangan yang biasanya di pakai untuk tempat istirahat para karyawan wanita SM itu memang selalu terbuka lebar. Pintunya jarang ditutup  karena banyak sekali yang lalu lalang. Jadi perbincangan yang terjadi didalam sana pasti akan terdengar sampai keluar.

Ruang musik SM terletak di ujung koridor, secara otomatis saat akan menuju kesana pasti akan melewati 3 ruangan yang salah satunya adalah ruangan itu. Zhoumi meraih lengan Henry untuk melanjutkan langkahnya, terdengar desahan panjang dari pria berpipi chubby itu. Kedua telapak tangannya mengepal, entah karena merasa marah wanita yang disukainya digosipkan atau karena ia merasa cemburu atas apa yang baru didengarnya. Dengan langkah yang berat, ia melanjutkan kakinya menuju ruang musik. Dan sekumpulan wanita itu pun terdiam ketika melihat Henry dan Zhoumi melewati ruangan tersebut.


Beom langsung berdiri dari duduknya ketika mendengar derap langkah yang menuju kearahnya. Ia melihat kearah pintu, seolah sudah siap menyambut seseorang yang akan masuk  ke ruang musik SM itu. Benar saja, 2 menit kemudian terlihat 2 sosok pria yang sudah dikenalnya. Beom menempelkan jari telunjuknya di bibir seraya memberi isyarat pada salah satu pria yang bertubuh tinggi untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada pria yang satunya lagi. Sepertinya ia akan memberikan sedikit kejutan pada pria chubby yang saat ini terlihat casual itu. Celana jean dan hoodie kuning bergambar bebek yang dikenakan, membuatnya terlihat santai. Sangat sederhana tapi tetap menawan. Ia duduk di sofa dan tidak menyadari kalau Beom berada dihadapannya, bersiap untuk memberi surprise kecil untuknya.

Beom meraih topi merah dalam paper bag-nya lalu langsung memakaikannya pada Henry tanpa bersuara sedikitpun. Henry terlihat kebingungan dan tangannya refleks hendak menepis topi itu. Tapi tidak jadi karena setelah itu terdengar ucapan selamat ulang tahun dari suara yang sudah dikenalnya itu.

“Happy Birthday.. Make a wish terus tiup lilinnya.” Ucap Beom sambil menyodorkan cup cake yang sudah diberi lilin itu ke hadapan Henry dengan senyuman yang merekah sempurna. Artis SM itu tercekat selama beberapa detik, “Kau melakukan ini semua untukku? Kenapa?”

“Eh?” Beom menoleh ke arah Zhoumi seolah meminta penjelasan kenapa Henry berkata seperti itu. Zhoumi bergeming. Heran.

“Apa kau menyukaiku? Atau kau iba karena aku buta?  Jangan terlalu baik padaku nona Park, aku merasa terbebani kalau kau seperti itu.” Henry beranjak dari duduknya kemudian berlalu menjauh, mengambil tongkatnya dan pergi meninggalkan ruangan itu. Beom mematung, tangannya bergetar dan cup cake yang dibawanya itupun terlepas jatuh ke lantai. Matanya berkaca-kaca, perkataan Henry barusan seperti anak panah yang langsung menusuk hatinya. Sakit sekali. Orang yang semalam masih meneleponnya dan ramah padanya, orang yang selalu mengejeknya namun tetap hangat mendadak menjadi sangat dingin dan menyebalkan.

“Maafkan dia..” ujar Zhoumi sambil meraih tangan Beom, berusaha membangunkannya yang sedang terduduk rapuh.

“Apa aku melakukan sesuatu yang salah?” tanya Beom lirih.

“Tadi diluar terjadi sesuatu yang tidak mengenakan hatinya. Mungkin karena kelelahan dia jadi sensitif dan bersikap seperti itu.” papar Zhoumi. Dusta. Beom menatapnya tajam, berharap apa yang dikatakannya itu benar.

“Aku akan menyusulnya. Takut terjadi sesuatu..” imbuh pria jangkung itu lalu bergegas pergi meninggalkan kekasih direktur SM itu sendiri.


Zhoumi menyusul Henry sampai ke parkiran, dan melihat pria chubby itu duduk sendirian di dalam mobil. Ia menghampiri lalu duduk disampingnya. “Kenapa kau berbicara seperti itu padanya?”

Henry terlihat menghembuskan napas, seolah sedang membuang beban yang menyesakkan hatinya.

“Apa kau tidak senang mendengar kebersamaan nona Park dan direktur Kim?” imbuhnya.

Henry terkekeh, seperti sedang menertawakan dirinya sendiri. “Ada apa sebenarnya denganku hyung? Awalnya aku hanya mengaguminya kerena dia adalah sosok pribadi yang sangat menyenangkan. Lambat laun perasaan ini terus tumbuh, sampai tidak sadar aku jadi mencintainya dan ingin memilikinya.”

Zhoumi membulatkan matanya, tidak menyangka bahwa cinta yang Henry rasakan sebesar itu.

“Apa aku tidak berhak untuk cemburu? Memang dia bukan milikku, tapi ketika mendengar dia menghabiskan waktu semalam dengan direktur Kim dan akan segera menikah. Hatiku susah untuk dikontrol, aku sangat marah sekali.” Henry sejenak mengatur napasnya, berusaha untuk menegarkan hatinya sendiri.

Ia melanjutkan, “Bukankah bagus aku bersikap seperti itu? Dengan begitu dia akan membenciku.”

Zhoumi menepuk-nepuk pundak Henry setelah mendengarkan curhatan hatinya. Memberinya sedikit kekuatan supaya bisa lebih tabah.


1 minggu kemudian..

@Apartemen Henry

“Baiklah.. aku akan memikirkannya.” Ucap Henry pada seseorang yang meneleponnya.

“Ini adalah kesempatan bagus untukmu. Kalau kau tidak mengambilnya, kau harus menunggu lama lagi untuk kesempatan seperti ini.”

“Aku tahu. Aku akan segera mengambil keputusan dan menghubungimu kembali.”

“Baiklah.. aku akan menunggu kedatanganmu.”

Henry menyudahi percakapannya. Ia termenung, bimbang.

“Bagaimana? Apa yang dikatakan Kris?” tanya Zhoumi penasaran setelah Henry memutuskan panggilan teleponnya dengan Kris, dokter muda dari China yang juga adalah teman mereka.

“Masih belum pasti. Dia ingin aku melakukan pemeriksaan terlebih dahulu kesana untuk mencocokannya..”

“Lakukanlah.. Semoga kali ini berhasil.”

Henry sejenak terdiam. Terlihat melamun, seperti sedang bingung bagaimana harus memutuskannya. “Kata Kris pemeriksaannya akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Bagaimana dengan kontak-kontrakku hyung? Apa yang harus kulakukan?”

“Apa benar karena kontrak? Atau kau merasa berat untuk meninggalkan Seoul?”

Henry terkesiap. Apa yang dikatakan Zhoumi seperti sedang meragukan alasannya. Sindiran yang mengacu pada gadis yang disukainya, Park Lee Beom.

“Ti.. tidak! Bukan karena dia,” ucapnya terbata-bata.

“Tenang saja. Aku akan mengurus semuanya, kontrak yang tersisa hanya untuk offair dan pemotretan saja. Jadi aku akan berusaha untuk memajukan jadwalnya, bagaimana?”

“Apa mungkin bisa?”

“Kita lihat saja, serahkan semuanya padaku.”

Henry tersenyum, merasa puas dengan kerja keras yang Zhoumi lakukan untuknya, “Terima kasih hyung..”

Ting.. tong..

Suara bel pintu membuat mereka menoleh kaarah sana. Zhoumi mendekat dan melihat tamu yang datang lewat layang monitor pintu. “Nona Park..” pekiknya seraya memberitahu Henry.

“Katakan saja aku tidak ada. “sergah Henry yang langsung melangkah keruangan sebelah untuk bersembunyi. Zhoumi mengangguk dan segera membukakan pintu.

“Hai..” sapa Beom ketika melihat Zhoumi dihadapannya.

“Apa Henry ada?” tanyanya kemudian. Masih berdiri di depan pintu.

“Hmm.. dia sedang keluar membeli makanan.” Ucap Zhoumi ragu. Bodoh sekali! Runtuknya dalam hati karena alasan yang tidak masuk akalnya itu. Ia tersenyum tipis seolah menutupi kebohongannya.

Beom mengedarkan pandangannya sejenak ke dalam. Dan melihat ujung tongkat berdiri di ruangan sebelah kanan. Ia tahu tongkat itu ada yang memegangnya. Ia menunduk dan terkekeh lalu kembali menatap Zhoumi tajam, “Apa dia tidak ingin menemuiku?”

Zhoumi bergeming.

“Baiklah..” lanjut Beom seraya menghembuskan napasnya. Ia terdiam dan bibirnya sedikit bergetar lalu kembali menghembuskan napas panjang. Ia merogoh berkas dalam tasnya kemudiaan menyerahkannya pada Zhoumi. “Ini berkas nama-nama panti yang akan didatangi itu. Berikan padanya.. Sorry aku telat menyelesaikannya,” Dengan langkah yang berat, wanita bermarga Park itu pun berlalu meninggalkan apartemen yang sempat menjadi tempat bermainnya itu.



Sesuai rencana, Zhoumi menata ulang  jadwal Henry. Dan dalam sebulan ini Henry kerja lembur untuk memenuhi kontrak yang sudah terlanjur ditanda tanganinya. Jadwalnya yang penuh membuatnya tidak ada waktu untuk mengunjungi gedung agensi yang telah membesarkan namanya, SM entertainment. Hanya mengutus Zhoumi ketika ada sesuatu yang dibutuhkannya. Ia tidak tahu kalau ada seseorang yang selalu menati kehadiannya di ruang musik, perempuan yang juga adalah kekasih direktur SM itu hampir tiap hari mengunjungi ruangan itu berharap bisa bertemu dengannya. Tapi sayangnya, niatnya itu tidak pernah kesampaian.

Sebulan full ia bekerja untuk memenuhi deadline-nya. Pemotretan untuk majalah dan undangan-undangan offair akhirnya terselesaikan. Sekarang dia bersama Zhoumi sedang berada di ruang kantor direktur SM, Kim Kibum untuk menyampaikan rencananya. Sekaligus meminta izin untuk sementara meng off-kan dirinya dari semua kegiatan SM entertainment.

“Apa keputusanmu sudah bulat?” tanya Kibum yang merasa aneh dengan keputusan tiba-tiba Henry itu. Henry mengangguk.

“Kalau kau off untuk jangka waktu yang lama, maka aku tidak bisa membantu karirmu nantinya.. Dengan begitu kau harus memulai kembali dari nol.” Ujar direktur SM itu mengingatkan.

“Iya.. aku mengerti.” Jawab Henry mantap.

“Apa aku boleh tahu untuk apa kau ke China?”

“Ada sesuatu yang harus aku urus. Maaf.. aku tidak bisa menjelaskannya secara rinci pada anda.”

“Apa kau berniat untuk berkarir disana?”

“Heh?” Henry mengernyit.

“Kalau kau ingin. Aku masih bisa membantumu..”

“Ah tidak. Aku benar-benar ingin off dalam setahun ini. Dan akan tinggal bersama keluargaku di China untuk mengelola perusahaan.”

“Baiklah.. aku mengerti. Apa kau juga akan ikut dengannya?” tanya Kibum pada Zhoumi. Dan Zhoumi pun mengagguk sebagai jawaban.

Henry dan Zhoumi pun akhirnya berpamitan dan segera meninggalkan ruangan itu. Di pintu keluar mereka berpas-pasan dengan Beom, wanita itu rupanya telah mendengarkan apa yang telah dibicarakan mereka dengan kekasihnya, Kibum. Zhoumi yang berada lebih depan, sejenak menghentikan langkahnya ketika berada dihadapan Beom. Dengan wajah yang menunduk, kekasih direktur SM itu menyingkir ke samping seolah memberi jalan untuk mereka berdua. Lalu mengikuti langkah mereka tanpa sadar, Zhoumi menoleh padanya. Tapi Henry masih tidak sadar akan keberadaannya. Sampai akhirnya mereka bertiga tiba di ruangan musik, terlihat Henry meraba-raba tiap sudut dan benda yang ada disana. Mungkin baginya ini terakhir kalinya berada di ruangan yang penuh kenangan itu. Zhoumi sedikit menjauh setelah mendapatkan tatapan memohon dari Beom. Ia tahu ada sesuatu yang akan disampaikannya.

“Ada apa? Kenapa mendadak kau harus ke China?” tanya Beom lirih. Henry tercekat, diam mematung dengan tangan masih beraba dinding di ruangan itu. Suara yang berusaha ia jauhi dan tidak didengarnya selama sebulan belakangan ini tiba-tiba hadir menusuk gendrang telingannya. Dia tidak menjawab dan terkesan tidak memperdulikannya.

“Hyung, apa kau sudah membereskan barang-barangnya? Ayo kita pergi,” tanyanya pada Zhoumi. Berkilah, seraya melangkah menjauhi Beom dan mengacuhkannya.

Beom menahan lengannya, dan secara otomatis menghentikan langkahnya. “Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?”

Henry berbalik, menghadap wanita yang dicintainya itu. “Maaf.. ini bukan kapasitas anda untuk mengetahuinya. Dan berhentilah bertanya karena aku benci pada orang yang selalu mencampuri urusanku!”

“Apa dimatamu aku seperti itu?” tanya Beom. Suaranya terdengar bergetar, air mata yang sempat tertahan dipelupuk matanya itu pun jatuh begitu saja. Sakit rasanya ketika sahabat yang ingin dilindunginya seperti menganggapnya tidak ada. Henry berbalik dan melangkah pergi. Mereka saling membelakangi.

“Baiklah.. aku tidak akan mencapuri atau peduli lagi tentangmu. Terima kasih buat semuanya, oppa!” kata terakhir yang Beom sampaikan sebelum Henry benar-benar menjauh darinya. Walau pelan tapi Henry masih bisa mendengarnya tapi dia tetap tidak peduli dan terus melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ingin segera menghindar karena ia juga sangat sakit harus bersikap seperi itu. Zhoumi yang juga mendengarnya, sejenak menoleh ke arah Beom. Merasa aneh ketika kekasih direktur SM itu tiba-tiba menyebut Henry dengan kata oppa dan mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk apa? Sungguh sangat membuatnya penasaran.


Beom masih mematung. Kakinya seolah terasa berat untuk dilangkahkan keluar dari ruangan itu. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan berdiri dihadapannya, rupanya orang itu telah berada dipintu keluar dari tadi dan sempat mendengarkan pembicaraan Beom dan Henry. Beom mendongak dengan tatapan sayu, dan dia langsung didekap oleh pria yang ternyata adalah kekasihnya. Ia terisak, mulutnya ia bekap supaya tidak mengeluarkan suara tapi Kibum mengetahuinya, dia semakin mempererat dekapannya dan mengelus-elus punggung kekasihnya itu.


Sepasang kekasih ini tiba di rumah sekitar pukul 7 malam dan langsung duduk di sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tanpa berbicara Kibum sejenak mendongak ke arah Beom dengan tatapan penuh tanya lalu meninggalkannya. Sementara gadis itu masih dengan dunianya sendiri, menatap kedepan tanpa jelas objek yang dipandangnya. Ia seperti orang yang sedang tersesat, berada di tempat serba putih sendirian.

Ribuan air menerpa wajahnya. Matanya ikut terpejam dan dalam benaknya pun terlintas kejadian sore tadi antara kekasihnya dan Henry. Entah harus prihatin atau marah pada kekasihnya itu, penjelasan yang ingin ia dengar pun sepertinya tidak akan pernah terjawab karena ia juga merasa bingung bagaimana harus menanyakannya. Ia membuka matanya, mengusap wajahnya dan segera menyelesaikan mandinya. Dengan balutan t-shirt v-neck dan celana selutut ia menghampiri Beom sambil membawa baskom berisi air hangat. Ia berjongkok dihadapan Beom yang masih mematung dan baru tersadar setelah Kibum mengusapkan  handuk hangat ke wajahnya. Gadis itu sedikit terkejut dan hanya bisa memberikan senyuman kecil yang ia paksakan.

“Kau tidak usah mandi. Airnya sangat dingin, lebih baik cuci maka saja..”

Beom hendak meraih handuk yang dipegang Kibum. “Biar aku saja yang melakukannya, oppa.”

Kibum menggeleng. Dan terus melanjutkan membersihkan wajah kekasihnya itu. Setelah bagian atas selesai ia beralih kebagian kaki. Dengan telaten ia membersihkan sela-sela jari kakinya dan sedikit membuat pijatan pada telapak kakinya.

Beom terenyuh melihat perhatian Kibum padanya. Orang yang sedang membersihkan kakinya adalah pria paling baik dalam hidupnya. Sedikit merasa bersalah ketika ia menyadari bahwa dirinya sering mengecewakannya. Ia sedikit merendahkan tubuhnya lalu mencium pucuk kepala Kibum. “Maafkan aku, oppa..”

Kibum mendongak dan sejenak menatapnya. Lalu mengepal kedua tangannya dengan senyuman manisnya seolah dirinya tidak apa-apa. Ia membungkuk lalu mencium kedua mata gadis tercintanya itu yang sembab secara bergantian. “Jangan menangis lagi karenanya.. Aku benci!”

Beom menatap nanar. Membisu. Entah harus berkata apa, itu terdengar seperti ultimatum baginya untuk menjauhi Henry.

Kibum melanjutkan, “Sudah beres. Lebih baik kau sekarang tidur..” titahnya. Lalu langsung mengangkat tubuh Beom dan merebahkannya di kasur. Ia mengikuti dan tidur disamping sambil mendekapnya.

Setengah jam sudah mereka dalam posisi seperti itu. Tapi mata mereka masih belum juga bisa dipejamkan. Pikiran keduanya masih melayang, ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi sangat susah untuk dikatakan. Takut apa yang akan sampaikan itu malah memperburuk hubungan mereka.

“Kau belum tidur?” tanya Kibum. Sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat.

“Mmm.. aku tidak bisa tidur, kepalaku sedikit pusing. Oppa tidur duluan saja..”

“Tiap habis menangis, pasti seperti ini.” Kibum merubah posisinya jadi sedikit lebih tinggi dengan menyandarkan tubuhnya pada ranjang. Tanpa dititah tangannya langsung memijat kening Beom. Ia tahu betul kebiasaan kekasihnya yang selalu sakit kepala setelah habis menangis. Beom hanya diam seolah menikmati servis yang dilakukan Kibum padanya.

“Apa oppa ingin tahu, kenapa aku sangat baik dan peduli padanya?”
Tangan Kibum sejenak berhenti memijat ketika Beom berbicara seperti itu. Ia tahu orang yang dimaksud adalah Henry. Ia tetap diam seolah ingin mendengarkan penjelasan yang akan disampaikan padanya.

“Karena dia sangat baik padaku. Dia bilang kebaikanku sangat membebaninya, aku sedih mendengarnya.. Justru aku akan merasa terbebani kalau sampai dia menolaknya.”

“Kenapa kau berbicara seolah-olah dia lebih penting bagimu daripada aku?” timpal Kibum.

“Bukan seperti itu. Aku pernah bilang ‘kan kalau dia adalah teman masa kecilku? Perasaanku padanya sama seperti perasaanku pada Donghae oppa. Seperti saudara.” Ia sejenak mendongak, menatap lekat-lekat pria yang dicintainya itu. “Apa yang aku lakukan selama ini, masih belum mampu membalas budinya. Mungkin tidak akan pernah bisa..”

“Berhentilah.. Aku tidak mau mendengarnya lagi!” Direktur SM itu membalikkan tubuhnya membelakangi Beom. Ia merasa apa yang dikatakan kekasihnya tidak penting untuk didengarkan, sesuatu yang berkaitan dengan Henry benar-benar membuat hatinya tidak nyaman. Merasa gadis pujaannya itu lebih mencintai dan memahami Henry daripada dirinya.

Beom menghela napasnya, berusaha menguatkan hatinya untuk menceritakan yang sebenarnya. Walau sangat susah, ia harus tetap bicara supaya tidak ada kesalahpahaman lagi kedepannya. Ia memeluk Kibum dari belakang dan mengelus-ngelus lengannya.

“Waktu tinggal di panti kami sering bermain di taman bunga. Saat itu karena malas melewati gerbang depan, kami memutuskan untuk masuk dengan menaiki pagar belakang..” Ia sejenak menahan kata-katanya. Dipikirannya sekarang seperti sedang memutar kembali peristiwa tersebut. “Ketika kakiku bertumpu pada sela-sela pagar. Tiba-tiba kaki dan tanganku gemetaran saking takutnya. Dan saat tubuhku bergerak akan melewati pagar pembatas, kakiku terpeleset dan aku terjatuh dengan mata.. ma..ta..ku.. tertusuk pagar..”

Kibum terhenyak. Tubuhnya seperti membeku mendengarkan cerita yang tidak pernah diketahuinya itu. Matanya membulat seolah tak percaya.

“Makanya, saat melihat keadaan Henry aku seperti melihat diriku sendiri. Tiap bertemu dengannya aku selalu bermimpi buruk tentang kejadian itu. Tapi anehnya, mimpi itu kebalikan dari yang sebenarnya. Henry yang mengalami kecelakaan itu dan aku melihatnya dengan jelas. Aku takut sekali, oleh sebab itu aku tidak pernah menceritakannya pada oppa!” Ia terisak dan semakin mempererat pelukannya. Bicaranya sudah mulai bergetar dan terbata-bata. Kibum lalu berbalik dan mendekapnya erat.

“Waktu ke Andong dengannya beberapa bulan yang lalu, aku baru mengetahuinya kalau dia adalah temanku. Dia bercerita banyak padaku.. Dan dari situ aku tahu kenapa dia menjadi buta. Mungkin mimpiku selama ini seperti sebuah firasat.. Dia mendonorkan matanya padaku..” Sejenak berdesis seperti sedang meratapi nasibnya sendiri, “Bodoh sekali! Dia bodoh!! Dengan apa aku harus membalasnya?”

Tangisannya semakin menjadi. Matanya memerah dan bertambah sembab, pipinya seperti sudah dicuci oleh air mata. Kibum tidak mampu berkata-kata, tangannya hanya bisa mengelus punggung Beom seraya menguatkannya. Pikiran negatifnya selama ini membuatnya semakin merasa bersalah. Ia merasa berdosa karena selalu mencurigai kekasihnya itu.

“Maafkan aku..” ujarnya dengan tulus. Sejenak mencium dahinya dan semakin mempererat dekapannya.



Continue..


Coment donk! Biar tahu bagus enggaknya.. Biar ketahuan dimana aja typonya.. biar tambah semangat aku ngelanjutinnya.. biar tahu juga siapa aja yang bacanya.. biar.. biar.. biar.. semuanya deh!! Saran dan kritiknya aku tunggu yah.. inget!! Kritik yah? Bukan cacian :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar