Author : Ulie Aya’aya
Wae
Title : My Inspiration “No
Start No End”
Genre : Romance,
Friendship, AU
Rate : NC 17
Lenght : Chapter
Cast :
Henry Lau
Kim Kibum
Park Lee Beom
Zhoumi
And other
Hawa dingin masih
menyelimuti daerah di sekitar pantai Gwangalli. Hujan rupanya masih setia
mengguyur daerah tersebut. Gemercik air yang jatuh ke lantai membuat malam
semakin sunyi, hembusan angin kecil yang masuk lewat fentilasi udara membuat seorang
perempuan bernama Park Lee Beom terbangun dari tidurnya. Selimut tebal yang
membungkus tubuhnya tidak mampu menghangatkannya. Dengan terpaksa ia merapatkan
tubuh yang tanpa sehelai benang itu ke tubuh pria yang tertidur disampingnya
seraya memeluknya. Kulit mereka saling menempel sehingga menghasilkan rasa
hangat pada tubuhnya. Sejenak ia memandang wajah tampan kekasihnya itu, ia
tersenyum kecil lalu mencium lembut pipinya. Dan berbisik, “I love you..”
Setengah jam sudah
dirinya hanya berguling-guling tak jelas di kasur, matanya sangat susah untuk
dipejamkan kembali. Hanya melamun, dan membayangkan kejadian beberapa jam yang
lalu. Tidak menyangka bahwa ia akan menyerahkan kesuciannya sebelum menikah,
hubungan intim yang telah dia lakukan bersama sang direktur SM membuat daerah
intimnya perih dan terasa ngilu. Ia meraba-raba daerah sensitifnya itu dan
ternyata ada sedikit luka di bagian bibir miss-v nya. Ia meringis, dan sedikit
melebarkan kakinya supaya luka itu tidak tergesek-gesek. Hal itu juga yang
membuatnya tidak bisa tertidur kembali. Ia memutuskan untuk bangkit lalu memakai bra dan celana dalamnya,
kemudian terduduk menyandar ke tembok dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Tidak ada kerjaan, Beom
pun meraih ponselnya dan iseng-iseng membuka twitter untuk sekedar mengecek mention
dan timeline. Waktu yang tertera di
layar ponselnya sudah menunjukan pukul 02.00. Di pagi buta ini, timeline twitter-nya masih cukup ramai.
Postingan-postingan yang di update
dari beberapa fanbase membahas soal
ulang tahun artis SM yang bernama Henry Lau. Ucapan-ucapan birthday dari fans-nya di
retweet kembali oleh fanbase ber-unname Henry Bisaed itu. Beom menyernyit heran, lalu melihat
tanggal di ponselnya itu, 12 Oktober 2012. Yang artinya sehari sebelumnya
adalah hari penting sahabat kecilnya itu. Ia memukul kepalanya dan bergumam,
“Aish.. oppa, aku lupa lagi hari ulang tahunmu.”
“Padahal tadi siang
sempet ketemu,” gerutunya pada diri sendiri. Untuk menjadi orang pertama yang
mengucapkan selamat ulang tahun pun gagal total. Merasa waktunya masih sempat
dan tidak terlalu telat ia pun menutup aplikasi twitter-nya lalu mamakai headset
bluetooth hedak menghubungi Henry. Tapi, sebelum ia sempat menekan tombol
berwarna hijau itu, ponselnya bergetar dan tertera nama Henry di layarnya.
Tanpa sadar ia pun tersenyum kecil karena orang yang akan dihubunginya telah
menghubunginya terlebih dahulu. Batin mereka seolah saling terkait, ketika
salah seorang dari mereka sedang memikirkannya, maka yang satunya lagi akan
memikirkannya juga.
“Hallo...” ujar Beom
ketika mengangkat panggilan teleponnya.
“Apa aku mengganggu tidurmu?”
“Tidak.. Tadi aku
terbangun terus tidak bisa tidur lagi..”
“Kenapa? Apa karena kau memikirkanku?” canda Henry. Dan berhasil membuat Beom
tertawa kecil. Candaan itu berhasil menerka pikiran yang ada dalam benaknya.
Yup.. memang betul, beberapa detik yang lalu dirinya sedang memikirkan artis SM
itu.
“Kau sendiri, kenapa
tidak tidur?” tanya Beom seolah mengalihkan candaan yang tadi sempat membuatnya
bergeming.
“Aku tidak bisa tidur. Entah kenapa,
aku merasa cemas..”
“Cemas karena apa?”
“Entahlah, pikiranku dipenuhi hal-hal
yang tidak jelas..”
“Mungkin kau terlalu
lelah. Cobalah sehari saja kau liburan untuk me-refresh otakmu.”
“Hmm.. sepertinya aku memang
membutuhkannya.” Henry
tertawa kecil, dan sangat renyah terdengar di telinga Beom. Pria yang selalu
memakai kaca mata hitam itu diam sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya yang
sempat tertahan, “Apa kau bersedia
menemani liburanku, Lee Beom?” Terdengar pelan dan ragu-ragu.
Deg!
Kekasih direktur SM itu
tercekat. Merasa ada sesuatu yang aneh menyelimuti hatinya, ajakan tersebut
terdengar seperti bukan dari seorang teman pada sahabatnya. Tapi seperti ajakan
kencan seorang pria pada seorang gadis.
“Heh...?” Beom bergumam
seolah ingin mendengar Henry mengulang kembali ucapannya. Ia tahu, temannya itu
sedang tidak bercanda dengannya.
“Lupakan saja..”
Beberapa menit mereka
terdiam, hanya saling berdeham tidak jelas sebagai tanda bahwa mereka masih
saling terhubung. Rupanya kalimat terakhir yang mereka bahas itu berhasil
membuat mereka menjadi canggung dan tidak tahu harus berbicara apa lagi.
Hening.
Henry mulai iseng
bernyanyi untuk mencairkan suasana. Beom tertegun mendengarkan alunan lagu yang
sangat memanjakan telingannya itu. Bibirnya pun menyungging senang tanpa sadar,
lalu ikut bernyanyi pelan seraya menyamai suara indah yang berada di sebrang
sana.
“Kau sedang apa? Aahh..
dingin sekali..”
Suara lain yang sudah
tidak asing itu terdengar samar-samar oleh Henry. Ia tercekat, dadanya mendadak
sedikit sesak. Suara milik direktur SM itu dibarengi oleh desisan Beom yang
sepertinya juga terkejut.
“Uuuhh.. oppa!!”
pekiknya tanpa sadar ketika Kibum, kekasihnya yang sedang tertidur menarik
lengannya hingga terjatuh dalam dekapannya. Matanya masih terpejam, antara
sadar dan tidak sadar. Beom yang menyadari segala gerakan dan ucapannya akan
terdengar oleh Henry langsung menutup mulutnya. Dan membenarkan posisi tidurnya
secara perlahan-lahan kesamping supaya tidak menimbulkan suara.
“Maaf.. sepertinya aku telah mengganggu
tidurmu,” kata Henry lemas
seperti akan mengakhiri pembicaraan.
“Hey!!” timpal Beom
tiba-tiba seolah menahan sejenak Henry untuk tidak memutuskan panggilannya.
Suaranya sedikit pelan karena merasa tidak enak hati.
“Apa?”
“Happy birthday..” ucap
Beom dengan tulus.
Henry sedikit terkejut.
Senang? Tentu saja. Tidak menyangka ia akan
mendapat ucapan dari wanita yang disukainya. “Hari ini bukan ulang tahunku,” jawabnya datar.
Beom terkekeh dan
sedikit protes, “Tanggal 11 baru saja 2 jam yang lalu berakhir. Kalau tidak
bisa menjadi yang pertama, maka aku ingin jadi orang terakhir yang
mengucapkannya..”
Kalimat yang sepertinya
pernah didengar Henry sebelumnya itu, membuatnya sejenak berpikir. Kapan dan
oleh siapa kata-kata tersebut diucapkan. Tapi, ia tidak berhasil mengingatnya.
“Kenapa ingin jadi yang terakhir?”
Pertanyaan sarkastis
Henry itu membuat Beom bergeming. Seperti ragu harus bagaimana menjawabnya. “Supaya
kau bisa terus mengingatnya,” ucapnya pelan.
Henry tercekat.
Jantungnya berdetak tidak jelas, seperti ada sesuatu yang tiba-tiba
menggetarkan hatinya. “Kenapa kau tidak
ingin aku melupakannya?”
Hening.
“Thanks..” Karena tidak
ada respon Henry mengucapkan kata terakhirnya sebelum ia menekan tombol merah
untuk mematikan sambungan teleponnya. Ia mendesah pelan seolah tidak rela untuk
mengakhirinya. Begitu juga yang dirasakan oleh Beom.
05.00 pm. Beom
berbalik, dan membenarkan posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Kibum.
Dari semalam setelah pembicaraannya dengan Henry di telepon berakhir dia memang
tidak tidur lagi. Pikirannya tidak karuan karena Henry terus terlintas dalam
benaknya. Ada perasaan diluar logikannya yang tidak bisa dipahaminya, sungguh
aneh.
Beom membelai pipi
Kibum seolah menegaskan dirinya bahwa pria yang masih tertidur itu adalah
kekasihnya. Bibirnya tersenyum seduktif dengan tatapan mata yang sendu, lambat
laun ia mulai mendekatkan wajahnya dan mencium dagu Kibum, lalu beralih ke arah
leher dan menciumnya dengan lembut. Sejenak menahan bibirnya disana, dan mulai
menghisapnya secara perlahan-lahan. Lama kelamaan hisapannya semakin kuat dan
berhasil membuat Kibum mendesah dan bergerak sehingga bibirnya terlepas dari
leher jenjang itu. Walau tidak begitu jelas, tapi disana sudah ada tanda merah
hasil perbuatannya.
Kibum mendongak, dan
menatap Beom dengan senyuman. Beom tercekat, matanya sedikit membulat karena
tiba-tiba wajah yang berada dihadapannya itu, selama beberapa detik menyerupai sosok
Henry.
“Kau sudah bangun? Aku
masih ngantuk, Lee Beom! Ah.. rasanya ingin terus tidur seperti ini.” Bibir
Kibum menyungging senang dengan mata yang terlihat sayu karena masih mengantuk.
Dan benar saja, beberapa detik kemudian matanya kembali terpejam. Sedangkan Beom
masih terpaku, dan berusaha membuyarkan pikirannya tentang Henry.
Dengan handuk yang
hanya menutupi bagian dada sampai pahanya. Beom duduk di tepi ranjang sambil
mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Ia melihat dibagian dadanya
banyak sekali tanda merah yang telah ditorehkan oleh Kibum, tempat yang menjadi
daerah favorite-nya. Segar rasanya,
tubuhnya sudah bersih dari keringat serta cairan bening yang semalam sempat
melekat di sekitar daerah sensitifnya. Mandi besar yang ia lakukan selama
hampir 30 menit itu membuat tubuhnya menjadi harum. Aroma shampoo dan sabun mandi menyeruak di sekitarnya. Kibum terbangun
dan langsung mendekapnya dari belakang. Tangan kanannya memeluk leher gadis itu
dan menyandarkan kepalanya dipundaknya. Beom sedikit menoleh karena itu.
“Kau sudah mandi?
Kenapa tidak membangunkanku, supaya kita bisa mandi bareng..” bisiknya nakal. Akibatnya
pria yang masih telanjang, dan hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuh bagian
bawahnya itu mendapat cubitan kecil di lengannya. Ia hanya terkekeh. Lalu membenarkan posisi kakinya jadi sejajar
dengan kaki Beom. Menggantungkannya ke bawah ranjang dan semakin menempelkan
tubuhnya. Ia membantu menyisir rambut kekasihnya itu. Setelah dirasa cukup
rapi, ia menyibak rambut yang menghalangi punggung kekasihnya itu ke samping
sebelah kiri lalu menciumi punggung putih yang masih ada tetes-tetes air dengan
lembut. Dipundak sebelah kanan, ia sedikit menghisapnya dan membuat tanda cinta
di sana. Beom sedikit menoleh kearah kanan, lebih tepatnya kebelakang. Tangan
kanannya meraih bagian belakang kepala Kibum supaya bisa sedikit memajukan
wajahnya. Mereka berciuman, tangan kanan Beom lebih menekan supaya ciumannya
semakin dalam dan membiarkan lidah Kibum menelusuri tiap rongga mulutnya.
Selain semakin menempelkan tubuh mereka, tangan Kibum pun mulai terbawa
permainan. Tangannya meraba-raba di sekitar paha Beom dan menyingkap handuknya.
Lambat laun tapi pasti tangannya menuju ke arah selangkangan, alat vitalnya pun
mulai menegak akibat bergesekan dengan pinggul kekasihnya itu. Walau terhalang
oleh handuk, tapi hal itu cukup bisa membuatnya
mendesah kenikmatan disela-sela ciuman yang masih dilakukannya.
Tangannya pun semakin liar meraba-raba lebih dalam daerah sensitif gadis
tercintanya itu. Sementara tangan kirinya bermuara di buah dada sebelah kiri
dan meremas-remasnya.
Beom merintih kesakitan
ketika tangan Kibum mulai menyentuh bibir miss-v nya. Dan terpaksa ia harus
melepaskan aktivitas ciumannya dan menahan tangan Kibum supaya menghentikannya.
“Kenapa?” protes Kibum
yang merasa tidak rela harus menghentikan aktivitasnya.
“Ada luka..”
Kibum mengernyit. Masih
tidak mengerti maksud yang diucapkan oleh Beom.
“Semalam meninggalkan
sedikit luka. Dan itu sangat perih jika disentuh..” paparnya seolah
menjelaskan.
“Owh. Apa semalam aku
terlalu kasar melakukannya?” Terdengar pelan, karena Kibum merasa malu bertanya
seperti itu.
Beom tersenyum,
“Mungkin karena ini pertama kalinya..” Ia beranjak dari duduknya kemudian
melangkahkan kakinya menjauh.
“Apa kau menyesal?”
tanya Kibum dengan tatapan penasaran.
Beom menoleh sejenak.
“Tidak.. kenapa harus menyesal?” Ia tersenyum seduktif. Kemudian melempar
handuk kearah Kibum. “Cepat mandi! Apa oppa akan tinggal di sini terus?”
Kibum pun tersenyum
bahagia dan menuruti titah kekasihnya lalu langsung pergi ke kamar mandi.
Sebelum kembali ke
Seoul. Mereka menyempatkan diri bermain di tepi pantai dan mengambil beberapa selca berdua sebagai kenang-kenangan.
Mereka mampir sejenak ke toko pakaian. Membelinya lalu memakainya karena laju
mobil mereka langsung mengarah menuju
gedung SM, dimana Kibum harus bekerja. Sekitar pukul 2 siang mereka tiba
di sana, Kibum langsung mengerjakkan tugas-tugasnya yang sempat tertunda.
Sementara Beom pergi ke ruang musik untuk memberikan sesuatu pada Henry sebagai
kado ulang tahunnya. Tapi sayangnya, ruangan itu tampak sepi dan tidak ada siapapun
di sana.
Henry dan Zhoumi sedang
makan siang di resto yang tak jauh dari SM. Sepertinya Henry sedang tidak
bernapsu, ia cuma makan sedikit dan menyisakan banyak makanan di piringnya.
Jiwanya seperti sedang tidak berada disana, melayang entah kemana. Bahkan
ketika ponselnya pun berdering dia seolah tidak mendengarnya. Dan baru tersadar
setelah Zhoumi mengetuk-ngetuk meja makannya.
“Ponselmu berdering..”
ujarnya mengingatkan. Pria jangkung itu terheran karena Henry tidak mengangkat
teleponnya dan malah me-reject nya. Caller
ID yang tadi tertera di layar ponsel itu atas nama Beautiful girl, seseorang yang sangat dirahasiakan oleh Henry
identitasnya. Dan dia selalu senang ketika mendapat panggilan dari nama
tersebut. Tapi entah kenapa saat ini dia tidak bersemangat.
“Kenapa tidak
mengangkatnya? Bukankah gadis itu selalu bisa membuatmu senang?”
“Siapa?”
“Beautiful Girl. Apa
kau sekarang menyesal tidak mengangkat panggilan teleponnya?”
Henry terdiam beberapa
detik. Melamun. Membiarkan Zhoumi keheranan atas sikapnya. Dan ponselnya
kembali berdering. Henry tetap membiarkannya, seolah tidak peduli.
“Angkatlah.. mungkin
ada sesuatu yang penting!” saran Zhoumi.
“Biarkanlah..” jawabnya
datar.
Orang-orang yang berada
dimeja lain menoleh ke arah mereka dengan tatapan aneh. Zhoumi yang merasa
terganggu dan risih dengan dering ponsel yang terus berbunyi itu langsung
mengangkat panggilan tersebut seraya menggantikan Henry.
“Hallo..”
Orang disebrang sana
tidak menjawab hingga Zhoumi harus mengulang sapaannya, “Hallo..”
Henry sedikit terkejut
saat mendengar sapaan Zhoumi, itu berarti dia telah mengangkat panggilan
telepon untuknya.
“Zhoumi?” tanya seseorang disebrang sana. Suara
yang ternyata sudah tidak asing juga bagi Zhoumi, “Nona Park?” tanyanya memastikan.
“Iya.. Kenapa kau yang mengangkatnya?
Apa Henry tidak ada?”
Sebelum menjawab,
Zhoumi sejenak melihat kearah Henry. “Owh. Dia sedang ke toilet..” dusta pria
jangkung itu. “Apa ada pesan? Nanti aku sampaikan..”
“Ah tidak. Kalian sedang dimana? Apa
akan kembali ke kantor?”
“Iya tentu..”
“Yah sudah, aku tunggu disini saja..”
Zhoumi menjauhkan
ponsel berwarna putih itu dari kupingnya karena orang yang di sebrang sana
telah memutuskan panggilannya. Ia menatap dingin dan prihatin ke arah Henry.
“Jadi selama ini, orang yang kau sebut sebagai gadis khayalan itu dan sms yang selalu
aku bantu kirim itu untuknya?” gumam Zhoumi.
“Orang yang kau sukai.
Orang yang selalu memberimu semangat dan membuat hari-harimu bahagia. Orang yang
sangat ingin kau jadikan istrimu itu ternyata adalah nona Park?” lanjutnya
dengan nada yang sedikit tinggi. “Apa kau sudah..” Zhoumi tidak sanggup
melanjutkan kata-katanya. Ia masih tidak percaya, ternyata selama ini dia
mendukung sebuah hubungan yang salah. Tadinya ia selalu membantu mengetik sms
untuk caller id ‘Beautiful Girl’ itu
berharap Henry bisa melupakan cintanya terhadap Beom. Sungguh tidak disangka
bahwa ternyata beutiful girl itu
sendiri adalah kekasih bosnya.
“Jadi dari awal kau
sudah menyukainya?”
“Tidak usah membahasnya
lagi hyung.. aku akan segera melupakannya!” jawab Henry tegas. Hal itu semakin
membuat Zhoumi prihatin karena ia tahu bahwa Henry sedang membohonginya.
“Aku dengar-dengar mereka sudah tinggal
serumah.”
“Bisa jadi. Tadi saja mereka ke sini
berbarengan. Dan sepertinya telah terjadi sesuatu semalam xixi..”
“Memangnya ada apa?”
“Sepertinya mereka habis bercinta
ckck.. aku melihat ada tanda merah di leher direktur Kim dan nona Park.”
“Apa??”
“Iya.. sepertinya mereka tidak
menyadarinya.”
“Ah.. mereka memang pasangan yang
serasi. Aku merasa iri sama nona Park. Andai saja aku yang berada di
posisinya..”
“Apa mereka akan segera menikah?”
“Mmm.. katanya tahun depan.”
Henry tercekat dan
menghentikan langkahnya ketika melewati satu ruangan dimana disana sedang ada
sekumpulan staff yang bergosip.
Ruangan yang biasanya di pakai untuk tempat istirahat para karyawan wanita SM
itu memang selalu terbuka lebar. Pintunya jarang ditutup karena banyak sekali yang lalu lalang. Jadi perbincangan
yang terjadi didalam sana pasti akan terdengar sampai keluar.
Ruang musik SM terletak
di ujung koridor, secara otomatis saat akan menuju kesana pasti akan melewati 3
ruangan yang salah satunya adalah ruangan itu. Zhoumi meraih lengan Henry untuk
melanjutkan langkahnya, terdengar desahan panjang dari pria berpipi chubby itu. Kedua telapak tangannya
mengepal, entah karena merasa marah wanita yang disukainya digosipkan atau
karena ia merasa cemburu atas apa yang baru didengarnya. Dengan langkah yang
berat, ia melanjutkan kakinya menuju ruang musik. Dan sekumpulan wanita itu pun
terdiam ketika melihat Henry dan Zhoumi melewati ruangan tersebut.
Beom langsung berdiri
dari duduknya ketika mendengar derap langkah yang menuju kearahnya. Ia melihat
kearah pintu, seolah sudah siap menyambut seseorang yang akan masuk ke ruang musik SM itu. Benar saja, 2 menit
kemudian terlihat 2 sosok pria yang sudah dikenalnya. Beom menempelkan jari
telunjuknya di bibir seraya memberi isyarat pada salah satu pria yang bertubuh
tinggi untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada pria yang satunya lagi.
Sepertinya ia akan memberikan sedikit kejutan pada pria chubby yang saat ini terlihat
casual itu. Celana jean dan hoodie kuning bergambar bebek yang dikenakan,
membuatnya terlihat santai. Sangat sederhana tapi tetap menawan. Ia duduk di
sofa dan tidak menyadari kalau Beom berada dihadapannya, bersiap untuk memberi surprise kecil untuknya.
Beom meraih topi merah
dalam paper bag-nya lalu langsung
memakaikannya pada Henry tanpa bersuara sedikitpun. Henry terlihat kebingungan
dan tangannya refleks hendak menepis
topi itu. Tapi tidak jadi karena setelah itu terdengar ucapan selamat ulang
tahun dari suara yang sudah dikenalnya itu.
“Happy Birthday.. Make
a wish terus tiup lilinnya.” Ucap Beom sambil menyodorkan cup cake yang sudah diberi lilin itu ke hadapan Henry dengan
senyuman yang merekah sempurna. Artis SM itu tercekat selama beberapa detik,
“Kau melakukan ini semua untukku? Kenapa?”
“Eh?” Beom menoleh ke
arah Zhoumi seolah meminta penjelasan kenapa Henry berkata seperti itu. Zhoumi bergeming.
Heran.
“Apa kau menyukaiku?
Atau kau iba karena aku buta? Jangan
terlalu baik padaku nona Park, aku merasa terbebani kalau kau seperti itu.”
Henry beranjak dari duduknya kemudian berlalu menjauh, mengambil tongkatnya dan
pergi meninggalkan ruangan itu. Beom mematung, tangannya bergetar dan cup cake yang dibawanya itupun terlepas
jatuh ke lantai. Matanya berkaca-kaca, perkataan Henry barusan seperti anak
panah yang langsung menusuk hatinya. Sakit sekali. Orang yang semalam masih
meneleponnya dan ramah padanya, orang yang selalu mengejeknya namun tetap
hangat mendadak menjadi sangat dingin dan menyebalkan.
“Maafkan dia..” ujar
Zhoumi sambil meraih tangan Beom, berusaha membangunkannya yang sedang terduduk
rapuh.
“Apa aku melakukan
sesuatu yang salah?” tanya Beom lirih.
“Tadi diluar terjadi
sesuatu yang tidak mengenakan hatinya. Mungkin karena kelelahan dia jadi sensitif
dan bersikap seperti itu.” papar Zhoumi. Dusta. Beom menatapnya tajam, berharap
apa yang dikatakannya itu benar.
“Aku akan menyusulnya.
Takut terjadi sesuatu..” imbuh pria jangkung itu lalu bergegas pergi
meninggalkan kekasih direktur SM itu sendiri.
Zhoumi menyusul Henry
sampai ke parkiran, dan melihat pria chubby itu duduk sendirian di dalam mobil.
Ia menghampiri lalu duduk disampingnya. “Kenapa kau berbicara seperti itu
padanya?”
Henry terlihat
menghembuskan napas, seolah sedang membuang beban yang menyesakkan hatinya.
“Apa kau tidak senang
mendengar kebersamaan nona Park dan direktur Kim?” imbuhnya.
Henry terkekeh, seperti
sedang menertawakan dirinya sendiri. “Ada apa sebenarnya denganku hyung? Awalnya
aku hanya mengaguminya kerena dia adalah sosok pribadi yang sangat menyenangkan.
Lambat laun perasaan ini terus tumbuh, sampai tidak sadar aku jadi mencintainya
dan ingin memilikinya.”
Zhoumi membulatkan
matanya, tidak menyangka bahwa cinta yang Henry rasakan sebesar itu.
“Apa aku tidak berhak
untuk cemburu? Memang dia bukan milikku, tapi ketika mendengar dia menghabiskan
waktu semalam dengan direktur Kim dan akan segera menikah. Hatiku susah untuk
dikontrol, aku sangat marah sekali.” Henry sejenak mengatur napasnya, berusaha
untuk menegarkan hatinya sendiri.
Ia melanjutkan, “Bukankah
bagus aku bersikap seperti itu? Dengan begitu dia akan membenciku.”
Zhoumi menepuk-nepuk
pundak Henry setelah mendengarkan curhatan hatinya. Memberinya sedikit kekuatan
supaya bisa lebih tabah.
1 minggu kemudian..
@Apartemen Henry
“Baiklah.. aku akan memikirkannya.”
Ucap Henry pada seseorang yang meneleponnya.
“Ini adalah kesempatan bagus untukmu.
Kalau kau tidak mengambilnya, kau harus menunggu lama lagi untuk kesempatan
seperti ini.”
“Aku tahu. Aku akan
segera mengambil keputusan dan menghubungimu kembali.”
“Baiklah.. aku akan menunggu
kedatanganmu.”
Henry menyudahi
percakapannya. Ia termenung, bimbang.
“Bagaimana? Apa yang
dikatakan Kris?” tanya Zhoumi penasaran setelah Henry memutuskan panggilan
teleponnya dengan Kris, dokter muda dari China yang juga adalah teman mereka.
“Masih belum pasti. Dia
ingin aku melakukan pemeriksaan terlebih dahulu kesana untuk mencocokannya..”
“Lakukanlah.. Semoga
kali ini berhasil.”
Henry sejenak terdiam.
Terlihat melamun, seperti sedang bingung bagaimana harus memutuskannya. “Kata
Kris pemeriksaannya akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Bagaimana dengan
kontak-kontrakku hyung? Apa yang harus kulakukan?”
“Apa benar karena
kontrak? Atau kau merasa berat untuk meninggalkan Seoul?”
Henry terkesiap. Apa
yang dikatakan Zhoumi seperti sedang meragukan alasannya. Sindiran yang mengacu
pada gadis yang disukainya, Park Lee Beom.
“Ti.. tidak! Bukan
karena dia,” ucapnya terbata-bata.
“Tenang saja. Aku akan
mengurus semuanya, kontrak yang tersisa hanya untuk offair dan pemotretan saja. Jadi aku akan berusaha untuk memajukan
jadwalnya, bagaimana?”
“Apa mungkin bisa?”
“Kita lihat saja,
serahkan semuanya padaku.”
Henry tersenyum, merasa
puas dengan kerja keras yang Zhoumi lakukan untuknya, “Terima kasih hyung..”
Ting.. tong..
Suara bel pintu membuat
mereka menoleh kaarah sana. Zhoumi mendekat dan melihat tamu yang datang lewat
layang monitor pintu. “Nona Park..” pekiknya seraya memberitahu Henry.
“Katakan saja aku tidak
ada. “sergah Henry yang langsung melangkah keruangan sebelah untuk bersembunyi.
Zhoumi mengangguk dan segera membukakan pintu.
“Hai..” sapa Beom
ketika melihat Zhoumi dihadapannya.
“Apa Henry ada?”
tanyanya kemudian. Masih berdiri di depan pintu.
“Hmm.. dia sedang
keluar membeli makanan.” Ucap Zhoumi ragu. Bodoh sekali! Runtuknya dalam hati
karena alasan yang tidak masuk akalnya itu. Ia tersenyum tipis seolah menutupi
kebohongannya.
Beom mengedarkan
pandangannya sejenak ke dalam. Dan melihat ujung tongkat berdiri di ruangan
sebelah kanan. Ia tahu tongkat itu ada yang memegangnya. Ia menunduk dan
terkekeh lalu kembali menatap Zhoumi tajam, “Apa dia tidak ingin menemuiku?”
Zhoumi bergeming.
“Baiklah..” lanjut Beom
seraya menghembuskan napasnya. Ia terdiam dan bibirnya sedikit bergetar lalu
kembali menghembuskan napas panjang. Ia merogoh berkas dalam tasnya kemudiaan
menyerahkannya pada Zhoumi. “Ini berkas nama-nama panti yang akan didatangi
itu. Berikan padanya.. Sorry aku telat menyelesaikannya,” Dengan langkah yang
berat, wanita bermarga Park itu pun berlalu meninggalkan apartemen yang sempat
menjadi tempat bermainnya itu.
Sesuai rencana, Zhoumi
menata ulang jadwal Henry. Dan dalam
sebulan ini Henry kerja lembur untuk memenuhi kontrak yang sudah terlanjur
ditanda tanganinya. Jadwalnya yang penuh membuatnya tidak ada waktu untuk
mengunjungi gedung agensi yang telah membesarkan namanya, SM entertainment.
Hanya mengutus Zhoumi ketika ada sesuatu yang dibutuhkannya. Ia tidak tahu
kalau ada seseorang yang selalu menati kehadiannya di ruang musik, perempuan
yang juga adalah kekasih direktur SM itu hampir tiap hari mengunjungi ruangan
itu berharap bisa bertemu dengannya. Tapi sayangnya, niatnya itu tidak pernah
kesampaian.
Sebulan full ia bekerja untuk memenuhi deadline-nya. Pemotretan untuk majalah
dan undangan-undangan offair akhirnya terselesaikan. Sekarang dia bersama Zhoumi
sedang berada di ruang kantor direktur SM, Kim Kibum untuk menyampaikan
rencananya. Sekaligus meminta izin untuk sementara meng off-kan dirinya dari
semua kegiatan SM entertainment.
“Apa keputusanmu sudah
bulat?” tanya Kibum yang merasa aneh dengan keputusan tiba-tiba Henry itu.
Henry mengangguk.
“Kalau kau off untuk
jangka waktu yang lama, maka aku tidak bisa membantu karirmu nantinya.. Dengan
begitu kau harus memulai kembali dari nol.” Ujar direktur SM itu mengingatkan.
“Iya.. aku mengerti.”
Jawab Henry mantap.
“Apa aku boleh tahu
untuk apa kau ke China?”
“Ada sesuatu yang harus
aku urus. Maaf.. aku tidak bisa menjelaskannya secara rinci pada anda.”
“Apa kau berniat untuk
berkarir disana?”
“Heh?” Henry
mengernyit.
“Kalau kau ingin. Aku
masih bisa membantumu..”
“Ah tidak. Aku
benar-benar ingin off dalam setahun ini. Dan akan tinggal bersama keluargaku di
China untuk mengelola perusahaan.”
“Baiklah.. aku
mengerti. Apa kau juga akan ikut dengannya?” tanya Kibum pada Zhoumi. Dan
Zhoumi pun mengagguk sebagai jawaban.
Henry dan Zhoumi pun akhirnya
berpamitan dan segera meninggalkan ruangan itu. Di pintu keluar mereka
berpas-pasan dengan Beom, wanita itu rupanya telah mendengarkan apa yang telah
dibicarakan mereka dengan kekasihnya, Kibum. Zhoumi yang berada lebih depan,
sejenak menghentikan langkahnya ketika berada dihadapan Beom. Dengan wajah yang
menunduk, kekasih direktur SM itu menyingkir ke samping seolah memberi jalan
untuk mereka berdua. Lalu mengikuti langkah mereka tanpa sadar, Zhoumi menoleh
padanya. Tapi Henry masih tidak sadar akan keberadaannya. Sampai akhirnya
mereka bertiga tiba di ruangan musik, terlihat Henry meraba-raba tiap sudut dan
benda yang ada disana. Mungkin baginya ini terakhir kalinya berada di ruangan
yang penuh kenangan itu. Zhoumi sedikit menjauh setelah mendapatkan tatapan
memohon dari Beom. Ia tahu ada sesuatu yang akan disampaikannya.
“Ada apa? Kenapa
mendadak kau harus ke China?” tanya Beom lirih. Henry tercekat, diam mematung
dengan tangan masih beraba dinding di ruangan itu. Suara yang berusaha ia jauhi
dan tidak didengarnya selama sebulan belakangan ini tiba-tiba hadir menusuk
gendrang telingannya. Dia tidak menjawab dan terkesan tidak memperdulikannya.
“Hyung, apa kau sudah
membereskan barang-barangnya? Ayo kita pergi,” tanyanya pada Zhoumi. Berkilah,
seraya melangkah menjauhi Beom dan mengacuhkannya.
Beom menahan lengannya,
dan secara otomatis menghentikan langkahnya. “Kenapa kau bersikap seperti ini
padaku?”
Henry berbalik,
menghadap wanita yang dicintainya itu. “Maaf.. ini bukan kapasitas anda untuk
mengetahuinya. Dan berhentilah bertanya karena aku benci pada orang yang selalu
mencampuri urusanku!”
“Apa dimatamu aku
seperti itu?” tanya Beom. Suaranya terdengar bergetar, air mata yang sempat
tertahan dipelupuk matanya itu pun jatuh begitu saja. Sakit rasanya ketika
sahabat yang ingin dilindunginya seperti menganggapnya tidak ada. Henry
berbalik dan melangkah pergi. Mereka saling membelakangi.
“Baiklah.. aku tidak
akan mencapuri atau peduli lagi tentangmu. Terima kasih buat semuanya, oppa!”
kata terakhir yang Beom sampaikan sebelum Henry benar-benar menjauh darinya.
Walau pelan tapi Henry masih bisa mendengarnya tapi dia tetap tidak peduli dan
terus melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ingin segera menghindar
karena ia juga sangat sakit harus bersikap seperi itu. Zhoumi yang juga
mendengarnya, sejenak menoleh ke arah Beom. Merasa aneh ketika kekasih direktur
SM itu tiba-tiba menyebut Henry dengan kata oppa dan mengucapkan terima kasih.
Terima kasih untuk apa? Sungguh sangat membuatnya penasaran.
Beom masih mematung.
Kakinya seolah terasa berat untuk dilangkahkan keluar dari ruangan itu.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan berdiri dihadapannya, rupanya
orang itu telah berada dipintu keluar dari tadi dan sempat mendengarkan
pembicaraan Beom dan Henry. Beom mendongak dengan tatapan sayu, dan dia
langsung didekap oleh pria yang ternyata adalah kekasihnya. Ia terisak,
mulutnya ia bekap supaya tidak mengeluarkan suara tapi Kibum mengetahuinya, dia
semakin mempererat dekapannya dan mengelus-elus punggung kekasihnya itu.
Sepasang kekasih ini
tiba di rumah sekitar pukul 7 malam dan langsung duduk di sofa untuk
mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tanpa berbicara Kibum sejenak mendongak
ke arah Beom dengan tatapan penuh tanya lalu meninggalkannya. Sementara gadis
itu masih dengan dunianya sendiri, menatap kedepan tanpa jelas objek yang
dipandangnya. Ia seperti orang yang sedang tersesat, berada di tempat serba
putih sendirian.
Ribuan air menerpa wajahnya.
Matanya ikut terpejam dan dalam benaknya pun terlintas kejadian sore tadi
antara kekasihnya dan Henry. Entah harus prihatin atau marah pada kekasihnya
itu, penjelasan yang ingin ia dengar pun sepertinya tidak akan pernah terjawab
karena ia juga merasa bingung bagaimana harus menanyakannya. Ia membuka
matanya, mengusap wajahnya dan segera menyelesaikan mandinya. Dengan balutan
t-shirt v-neck dan celana selutut ia menghampiri Beom sambil membawa baskom
berisi air hangat. Ia berjongkok dihadapan Beom yang masih mematung dan baru
tersadar setelah Kibum mengusapkan
handuk hangat ke wajahnya. Gadis itu sedikit terkejut dan hanya bisa
memberikan senyuman kecil yang ia paksakan.
“Kau tidak usah mandi.
Airnya sangat dingin, lebih baik cuci maka saja..”
Beom hendak meraih
handuk yang dipegang Kibum. “Biar aku saja yang melakukannya, oppa.”
Kibum menggeleng. Dan
terus melanjutkan membersihkan wajah kekasihnya itu. Setelah bagian atas
selesai ia beralih kebagian kaki. Dengan telaten ia membersihkan sela-sela jari
kakinya dan sedikit membuat pijatan pada telapak kakinya.
Beom terenyuh melihat
perhatian Kibum padanya. Orang yang sedang membersihkan kakinya adalah pria
paling baik dalam hidupnya. Sedikit merasa bersalah ketika ia menyadari bahwa
dirinya sering mengecewakannya. Ia sedikit merendahkan tubuhnya lalu mencium
pucuk kepala Kibum. “Maafkan aku, oppa..”
Kibum mendongak dan
sejenak menatapnya. Lalu mengepal kedua tangannya dengan senyuman manisnya
seolah dirinya tidak apa-apa. Ia membungkuk lalu mencium kedua mata gadis
tercintanya itu yang sembab secara bergantian. “Jangan menangis lagi
karenanya.. Aku benci!”
Beom menatap nanar. Membisu.
Entah harus berkata apa, itu terdengar seperti ultimatum baginya untuk menjauhi
Henry.
Kibum melanjutkan,
“Sudah beres. Lebih baik kau sekarang tidur..” titahnya. Lalu langsung
mengangkat tubuh Beom dan merebahkannya di kasur. Ia mengikuti dan tidur
disamping sambil mendekapnya.
Setengah jam sudah
mereka dalam posisi seperti itu. Tapi mata mereka masih belum juga bisa
dipejamkan. Pikiran keduanya masih melayang, ada sesuatu yang ingin disampaikan
tapi sangat susah untuk dikatakan. Takut apa yang akan sampaikan itu malah
memperburuk hubungan mereka.
“Kau belum tidur?”
tanya Kibum. Sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat.
“Mmm.. aku tidak bisa
tidur, kepalaku sedikit pusing. Oppa tidur duluan saja..”
“Tiap habis menangis,
pasti seperti ini.” Kibum merubah posisinya jadi sedikit lebih tinggi dengan menyandarkan
tubuhnya pada ranjang. Tanpa dititah tangannya langsung memijat kening Beom. Ia
tahu betul kebiasaan kekasihnya yang selalu sakit kepala setelah habis
menangis. Beom hanya diam seolah menikmati servis yang dilakukan Kibum padanya.
“Apa oppa ingin tahu,
kenapa aku sangat baik dan peduli padanya?”
Tangan Kibum sejenak
berhenti memijat ketika Beom berbicara seperti itu. Ia tahu orang yang dimaksud
adalah Henry. Ia tetap diam seolah ingin mendengarkan penjelasan yang akan
disampaikan padanya.
“Karena dia sangat baik
padaku. Dia bilang kebaikanku sangat membebaninya, aku sedih mendengarnya..
Justru aku akan merasa terbebani kalau sampai dia menolaknya.”
“Kenapa kau berbicara
seolah-olah dia lebih penting bagimu daripada aku?” timpal Kibum.
“Bukan seperti itu. Aku
pernah bilang ‘kan kalau dia adalah teman masa kecilku? Perasaanku padanya sama
seperti perasaanku pada Donghae oppa. Seperti saudara.” Ia sejenak mendongak,
menatap lekat-lekat pria yang dicintainya itu. “Apa yang aku lakukan selama ini,
masih belum mampu membalas budinya. Mungkin tidak akan pernah bisa..”
“Berhentilah.. Aku
tidak mau mendengarnya lagi!” Direktur SM itu membalikkan tubuhnya membelakangi
Beom. Ia merasa apa yang dikatakan kekasihnya tidak penting untuk didengarkan,
sesuatu yang berkaitan dengan Henry benar-benar membuat hatinya tidak nyaman.
Merasa gadis pujaannya itu lebih mencintai dan memahami Henry daripada dirinya.
Beom menghela napasnya,
berusaha menguatkan hatinya untuk menceritakan yang sebenarnya. Walau sangat
susah, ia harus tetap bicara supaya tidak ada kesalahpahaman lagi kedepannya.
Ia memeluk Kibum dari belakang dan mengelus-ngelus lengannya.
“Waktu tinggal di panti
kami sering bermain di taman bunga. Saat itu karena malas melewati gerbang
depan, kami memutuskan untuk masuk dengan menaiki pagar belakang..” Ia sejenak
menahan kata-katanya. Dipikirannya sekarang seperti sedang memutar kembali
peristiwa tersebut. “Ketika kakiku bertumpu pada sela-sela pagar. Tiba-tiba
kaki dan tanganku gemetaran saking takutnya. Dan saat tubuhku bergerak akan
melewati pagar pembatas, kakiku terpeleset dan aku terjatuh dengan mata..
ma..ta..ku.. tertusuk pagar..”
Kibum terhenyak.
Tubuhnya seperti membeku mendengarkan cerita yang tidak pernah diketahuinya
itu. Matanya membulat seolah tak percaya.
“Makanya, saat melihat
keadaan Henry aku seperti melihat diriku sendiri. Tiap bertemu dengannya aku
selalu bermimpi buruk tentang kejadian itu. Tapi anehnya, mimpi itu kebalikan
dari yang sebenarnya. Henry yang mengalami kecelakaan itu dan aku melihatnya
dengan jelas. Aku takut sekali, oleh sebab itu aku tidak pernah menceritakannya
pada oppa!” Ia terisak dan semakin mempererat pelukannya. Bicaranya sudah mulai
bergetar dan terbata-bata. Kibum lalu berbalik dan mendekapnya erat.
“Waktu ke Andong
dengannya beberapa bulan yang lalu, aku baru mengetahuinya kalau dia adalah
temanku. Dia bercerita banyak padaku.. Dan dari situ aku tahu kenapa dia
menjadi buta. Mungkin mimpiku selama ini seperti sebuah firasat.. Dia
mendonorkan matanya padaku..” Sejenak berdesis seperti sedang meratapi nasibnya
sendiri, “Bodoh sekali! Dia bodoh!! Dengan apa aku harus membalasnya?”
Tangisannya semakin
menjadi. Matanya memerah dan bertambah sembab, pipinya seperti sudah dicuci
oleh air mata. Kibum tidak mampu berkata-kata, tangannya hanya bisa mengelus
punggung Beom seraya menguatkannya. Pikiran negatifnya selama ini membuatnya
semakin merasa bersalah. Ia merasa berdosa karena selalu mencurigai kekasihnya
itu.
“Maafkan aku..” ujarnya
dengan tulus. Sejenak mencium dahinya dan semakin mempererat dekapannya.
Continue..
Coment donk! Biar tahu
bagus enggaknya.. Biar ketahuan dimana aja typonya.. biar tambah semangat aku
ngelanjutinnya.. biar tahu juga siapa aja yang bacanya.. biar.. biar.. biar..
semuanya deh!! Saran dan kritiknya aku tunggu yah.. inget!! Kritik yah? Bukan
cacian :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar