Minggu, 20 Februari 2011

FF/I Hate Namja/Angst,Romance/Choi Minho/Chapter/Epilog-End


Author : Ulie Aya’aya Wae
Title     : I Hate Namja
Genre   : Angst, Romance

Cast:
Park LieBeom aka Beom
Choi Minho
Kimjae
Kyuhyun & Hyori (Orang Tua Beom)
Lee Taemin (Cameo)
Sooyoung (Cameo)



Part sebelumnya:
Beom POV

Kemelut ini membuatku ingin mengakhirinya. Aku berkunjung dipagi buta untuk melihat Minho oppa, aku terpaku cukup lama memperhatikan tidur nya kemudian meninggalkan satu pesan untuknya. Aku pergi ke balkon di gedung itu, aku menghirup udara segar yang membuat tubuhku menggigil kedinginan. Aku memandang pusat kota yang masih diselimuti kabut.. melihat langit.. melihat sang surya yang masih malu-malu untuk merangkak dari peraduannya. Aku mulai duduk dengan manis dan menengadahkan tangan kiriku.. memegang pergelangan tangannya dan meraba halus dengan jari-jari tangan kananku.. mataku berubah sayu, tapi aku masih bisa melihat jelas dan menatap dalam-dalam sekitar telapak tangan kiriku. Tangan kananku mulai merogoh benda kecil tajam dalam sakuku, kemudian memotong kuku jari kiriku dengan silet tajam itu.. beberapa potongan melenceng hingga mengiris kulit disekitar kukunya sampai membuat jariku berdarah.
“AWW…” rasanya perih saat luka itu mulai tertetesi air mataku yang tanpa komando jatuh begitu saja. Aku menghisap jariku, dan kurasakan darah segar masuk dalam tenggorokanku.. aku mengacungkan silet itu, memcoba membersihkan darah yang menempel dengan baju putihku. Aku tersenyum getir dan aku mulai memainkan kembali benda tajam itu, aku memiringkannya kemudian membuat gerakan keatas kebawah seraya meraba lenganku yang halus.. dan disaat silet itu tepat diatas pergelangan urat nadiku.. aku merubah posisi silet itu menjadi tegak berdiri..
*SREEETTT… aku menggoreskannya hingga nadiku terputus, darah langsung mengalir.. sebagian ada yang muncrat mengenai wajahku. Aku melepaskan silet itu dan mengelap asal percikan darah pada wajahku. Tiba-tiba aku merasa lelah.. lengan kiriku seolah mati rasa, aku tidak bisa menggerakan nya sedikitpun. Aku meraba luka goresan itu dengan jari-jari kananku kemudian menekannya kuat hingga darahnya mengalir semakin deras sampai mengotori hampir seluruh bajuku. Aku tergeletak seketika.. mataku lambat laun mulai kabur.. remang-remang aku melihat Minho oppa mendekapku terus mengguncang-guncangkan tubuhku.. aku melihatnya menangis, air matanya jatuh tepat diwajahku dan sayup-sayup aku mendengar dia memanggilku..
“Mianhae oppa.. ini terakhir kali nya aku membuatmu menangis” ujar batinku dan setelah itu aku menyunggingkan senyum termanisku...


“ANDWEEEEE…..”

**


Message To Minho From Beom

“Oppa.. diary sapphire blue itu mencerminkan hatiku, saat mulutku suah untuk berucap maka diary itulah perantaraku berbicara.. hampir semua isinya bercerita tentang kita, tentang hatiku.. perasaanku dan juga cintaku terhadapmu. Sekarang Oppa tidak perlu menekuk wajah lagi saat aku hanya bilang kau adalah temanku, sebenernya dalam hatiku kau lebih dari sekedar teman.. kau adalah cahaya dalam gelapku.. kau adalah matahari yang slalu menghangatkan tubuhku.. kau adalah segalanya bagiku, Oppa.
Mianhae aku terlalu egois menyatakan cintaku seperti ini, sesungguhnya aku hanya membuatmu terluka, karna aku tidak bisa ada untukmu, mungkin saat Oppa baca pesan ini, aku sudah berada di alam lain. Mianhae.. jeongmal mianhae, Oppa
Berbahagialah karna masih banyak orang yang mencintaimu, jadi hiduplah dengan baik demi mereka.. SARANGHAE…”



Musim semi telah tiba.. bunga-bunga merekah dengan berbagai warna yang indah.. burung-burung bernyanyi dengan merdunya.. awan-awan putih terhampar luas bagaikan salju yang mencerahkan langit.. semilir angin membelai dedaunan seolah membuatnya menari.
Hyori melangkah penuh semangat, berjalan menuju ruangan meja hijau yang akan merubah hidupnya.. berharap meraih suatu kebahagiaan yang kemarin-kemarin belum sempat ia dapatkan.
TOK!!
TOK!!
TOK!!
Ketukan palu Hakim telah membuat hati Hyori yang tadinya was-was menjadi lega, senyuman manis seketika terkembang di wajahnya. Yah.. dia telah berhasil meraih impiannya untuk berpisah dengan Kyuhyun, sekaligus menjadi pembuktian keseriusannya dalam menanggapi pesan yang telah di tinggalkan Beom saat itu.

“Omma.. kesabaranmu dalam menjalani hidup ini merupakan contoh yang yang paling luar biasa untukku. Omma masih bisa tersenyum disaat semua hardikan terngiang-ngiang di telingamu.. omma masih bisa tenang disaat seutas tali hampir mencekik lehermu.. omma masih bisa ikhlas disaat sebuah pisau mencabik-cabik dagingmu. Omma.. aku bisa merasakan saat hatimu rapuh, sungguh pengorbanan yang sia-sia untukmu disaat kesabaran, keikhlasan dan pengabdianmu tidak dianggap sama sekali. Omma.. aku mohon jangan terus berpura-pura tegar didepanku.. jangan pura-pura senyum saat dihadapanku, menangislah.. saat tangisan itu bisa menghilangkan sedikit bebanmu, marahlah.. saat marah itu bisa meluapkan kekesalanmu. Omma.. jangan pernah menganggap bahwa semua kepedihan yang terjadi adalah takdir hidupmu.. berusahalah untuk merubah nasib itu, raihlah dengan tanganmu.. raihlah kebahagiaan itu..
Seandainya pisah dengan appa bisa membuatmu bahagia, maka aku akan slalu mendukungmu karna itu adalah harapanku”

Hyori meninggalkan ruang persidangan itu dengan hati yang tenang, tidak ada penyesalan sedikitpun. Hatinya sudah mantap memilih jalan cerai untuk hidupnya, terlebih untuk anaknya. Yup.. Hyori sangat puas karna dia telah mengabulkan permintaan Beom.
Hyori langsung pergi menemui seseorang, dia adalah salah seorang penyemangat sekaligus cahaya untuknya selama 3 bulan belakangan ini. Dia sangat perhatian dan mampu membangkitkan Hyori dari keterpurukannya. Orang itu telah membuat Hyori jatuh cinta, dia adalah Direktur salah satu Bank swasta di Seoul, namanya Lee Taemin



Minho memulai harinya dengan membuat sarapan pagi yang special, sandwish isi ayam plus dua gelas susu hangat. Minho beranjak keruang tengah lalu dengan gesit membereskan tumpukan sampah cemilan yang berada disana, kemudian merapihkan disc dvd yang tadi malam ditontonnya kedalam laci. Di tempat tidur masih terlihat seorang yeoja masih memeluk gulingnya, Minho menghampiri yoeja itu lalu duduk di tepian ranjang, dibelainya rambut yeoja itu kemudian mencium keningnya dengan lembut.
“Bangunlah.. sudah pagi!” bisik Minho padanya. Yoeja itu menggisik matanya lalu menggeliatkan tubuhnya, seketika senyuman langsung mengembang diwajahnya saat melihat namja yang dicintainya berada di hadapannya.
“Morning.. oppa..” sapanya pada Minho
“Cepat mandi, lalu kita sarapan!” Minho membantu yoeja itu bangun lalu menyeretnya kekamar mandi. yoeja itu langsung menuju meja makan setelah hampir 20 menit bermain busa di kamar mandi
“Oppa, semalam.. tidur di sofa lagi??” tanyanya yang dibalas dengan anggukan oleh Minho
“Oppa, lain kali.. kita tidur bersama saja!!” godanya yang membuat Minho tersedak mendengarnya.
“Bukannya suatu saat kita akan hidup bersama.. tidur bersama.. dan tinggal bersama??” Minho terdiam mendengar pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh yeoja dihadapannya itu. Minho takut jawabannya akan merusak senyuman yang terkembang di wajah yeoja itu.
“Makanlah, kalau sudah dingin maka tidak akan enak lagi!” Minho hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kemudian langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa berkomentar tentang penyataan yang dilontarkan yeoja itu.
“Oppa, apa kau tidak bisa melupakannya??” lagi-lagi pertanyaanya membuat Minho terdiam dan menghentikan langkahnya seketika, sementara si yeoja langsung menghampiri Minho dan memeluknya dari belakang.
“Bisakah, aku menggantikan posisi Beom, dihatimu??” tambahnya sedikit berbisik



Minho POV

Kejadian saat itu membuat shock, entah apa yang ada dipikiran Beom sampai dia nekat melakukan hal BODOH seperti itu. Rasanya napasku terasa berat saat melihat Beom tersengal-sengal dipangkuanku.. otakku buntu sampai tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat darah mengalir deras di pergelangan tangan Beom. Aku sangat terpukul dengan kejadian itu, aku sangat takut kehilangan Beom.. takut tidak bisa bermain lagi dengannya.. takut tidak bisa melihat lagi senyumannya.. takut tidak bisa lagi bersamanya.
Sekarang semua ketakutan itu sirna, tapi TETAP aku tidak bisa memilikinya, karna aku telah memilih yeoja lain, dia adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa Beom. Yup.. aku telah membuka hatiku untuk yeoja itu, yeoja yang slama 7 bulan ini slalu disampingku
Kimjae-ssi, yah.. itulah namanya, dan aku akan berusaha untuk mencintainya!!

END POV


Kimjae POV

Entah apa yang membuatku ingin menolongnya, padahal aku tidak begitu menyukainya karna bagiku dia adalah sainganku. Entah karena wajah pucatnya saat itu atau tangisan Minho oppa terhadapnya yang akhirnya membuatku rela mendonorkan darah AB-ku untuknya. Ini semuanya demi Minho Oppa, aku tidak rela melihat dia terus mengangisinya, aku hanya ingin Minho Oppa bahagia..

END POV


Flashback

“Kita kehabisan stok darah, adakah dari pihak keluarga yang bergolongan darah AB??” tanya seorang Dokter yang baru keluar dari ruang pemeriksaan pada beberapa orang yang sedang menunggu diluar. Hyori mengangkat tanganya sebagai jawaban
“OK! Suster tolong diperiksa, setelah itu baru diambil darahnya!!” perintah Dokter itu pada Suster yang ada di sebelahnya
“Ne..” Suster itu langsung membawa Hyori keruang sebelahnya untuk di check up. Setelah 30 menit Suster itu kembali dan melaporkan bahwa Hyori tidak bisa menjadi pendonor karna dia mederita amnemia, seketika suasana kepanikan semakin mencekam, terlihat para Dokter dan Suster sedang sibuk menghubungi rumah sakit lain untuk meminta bantiuan darah. Sementara keadaan si pasien semakin kritis, dia harus sesegera mungkin mendapatkan pendonor karna dia telah kehilangan banyak darah dan bisa membahyakan nyawanya. Di tempat yang berbeda Hyori sedang berdoa untuk kesembuhan anaknya, air matanya mengalir deras memohon pada Tuhan dengan khusyuk, sementara diruang tunggu Minho tampak sangat panik, dia hanya mondar-mandir ga karuan, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, matanya mulai berkaca-kaca dan raut wajahnya terlihat sangat lelah.
“Oppa.. gwenchanayo??” tanya seorang yeoja sambil menepak pundak Minho. Minho menatap sekilas dan tersenyum pahit padanya
“Ottoke..??” ucapnya penuh kekhawatiran
“Kalau darah AB itu tidak segera didapatkan, a.. apa Beom tidak bisa terselamatkan??” tanya yeoja itu dengan keraguan dan terbata-bata
“Mudah-mudah pihak rumah sakit bisa segera menemukan pendonornya, apapun akan kulakukan untuk membayar jasanya!!” ucap Minho penuh harapan
“Apa kau bisa mencintai, pendonor itu??” ucap yeoja itu dengan pelan tapi masih bisa terdengar jelas oleh Minho
“Heh,,,,?” Minho mengeritkan dahinya dan menatap tajam, mencoba mencerna dan memahani maksud yang di sampaikan yeoja yang sekarang duduk di sampingnya itu.
“Darahku, AB!”

End flashback



Dokter’s POV

Aku percaya kalau semua yang terjadi padaku adlah sebuah takdir. Takdir telah mempertemukannku dengan si yeoja bermuka masam yang bernama Beom. Yah begitulah saat temannya memanggil dia. Pertemuaan pertama, saat dia hendak tertabrak mobilku.. yah, malam itu aku masih mengingatnya dengan jelas, si yeoja bodoh itu berlari melintasi jalanan dengan pakaian pengantinnya tanpa menghiraulkan kendaraan yang lalu lalang. Rasanya saat itu aku ingin menghardiknya, tapi disaat aku melihat ekspresi wajahnya tiba-tiba aku merasa iba. Penampilannya yang kacau membuatku ingin menolongnya. Sejak kejadian itu aku selalu penasaran terhadapnya. Entahlah, hal apa yang membuatku merasa seperti itu.
Pertemuaan kedua malah dia yang hendak menabrakku, dia berjalan di mall seperti orang linglung, wajahnya terus di tekuk ke bawah tanpa melihat kedepan. Sebenernya aku sengaja berdiri menghalangi jalannya karna ingin menyapanya, saat itu dia hanya menatapku sekilas kemudian bergegas lari ke lantai 2 mall itu.
Pertemuaan ketiga saat ditaman, aku melihatnya menyodorkan air mineral ke adikku, entahlah mulainya dari mana sampai mereka terlihat sangat akrab. Untuk pertama kalinya aku melihat dia tersenyum.. sungguh senyuman yang sangat manis sampai membuat hatiku bergetar. Pagi itu dia benar-benar sangat cantik walaupun wajahnya terlihat lelah. Emh.. pagi yang singkat, lagi-lagi aku tidak sempat berkenalan dengannya, dia buru-buru pergi setelah menerima panggilan telepon, mungkin telah terjadi sesuatu padanya. Menjelang malam aku melihatnya kembali duduk di trotoar sambil menangis.. benar-benar pemandangan yang mengkhawatirkan. Senyuman manis saat pagi hari sudah berubah menjadi tangisan, sama percis saat pertama kali aku melihatnya, terlihat rapuh dan tertekan. Aku mencoba menghiburnya, menyodorkan sapu tanganku sambil berkata “hapuslah.. aku sangat benci melihatmu menangis!” tidak disangka perkataanku itu malah membuatnya sangat marah, jujur bukan maksudku seperti itu.. aku hanya ingin melihatnya tersenyum.. tersenyum dengan bahagia.

“Aku melihat pemandangan yang begitu indah diwajahnya, bahkan ketika aku menutup mata, aku bisa merasakannya dalam hatilu”


Tujuh bulan sudah aku bersamanya, aku selalu disampingnya.. menjaga dan merawatnya, lebih tepatnya setiap hari aku mengontrol perkembangan kesehatannya. Yup.. sekarang Beom adalah pasienku, orang yang beberapa bulan lalu telah melakukan percobaan bunuh diri. Masa kritis dan penyembuhan lukanya hanya berlangsung satu bulanan, tapi sekarang dia masih bersamaku di rumah sakit. Dia mengalami despresi berat, dia tidak pernah lagi berbicara, tatapannya kosong, dan tubuhnya seolah takbertenaga, hanya kursi rodalah perantaranya untuk bergerak, dan aku adalah orang yang slalu setia mendorong kursi rodanya itu.

Pagi ini seperti biasa aku memulai aktivitasku, hari senin yang sebagiaan orang membencinya, aku malah sangat semangat untuk sesegera mungkin mengenakan jas putih kebanggaanku, berkutik dengan obat-obatan, suntikan, stetoskop, termometer, tensi meter dan lainnya. Bersemangat, terlebih karna aku akan segera menemuinya. Setiap hari melihatnya membuat rasa penasaranku selama ini hilang, dan yakin bahwa dia adalah si love, yah.. begitulah aku mengingatnya.


10 tahun yang lalu,

Aku segera pulang saat mendapat kabar omma-ku kecelakaan, suasana dirumah sangat ramai dengan saudara dekat yang menjenguk. Terlihat seorang yeoja asing berada diantara kerubunan para tamu. Entahlah siapa namanya, aku terlalu mencemaskan keadaan omma sampai tidak sempat menyapanya. Menurut kabar yang kudengar yoeja itu adalah orang yang telah membantu ommaku saat terjadi kecelakaan, dia juga orang yang telah membiayai pengobatan rumah sakit sekaligus orang yang mengantarkan omma pulang. Saat itu omma terjatuh dari sepeda motor nya karena ulah copet yang merampas tas nya hingga membuat motornya oleng, omma langsung dirujuk ke rumah sakit, tapi pihak rumah sakit tidak segera mengobati luka-nya karena alasan administrasi yang belum diurus, Beom-lah yang mewakili dan mengurus semuanya, dan sejak kejadian tersebut aku sangat terobsesi menjadi seorang Dokter, Dokter yang tanpa pandang bulu menolong pasien yang kesulitan dalam biaya.
Dia langsung berpamitan setelah beberapa menit berada dirumahku, aku hanya tersenyum kearahnya dan membiarkan dia pergi tanpa mengucapkan tanda terima kasih sedikitpun.
“Love!!” gumamku saat melihat tanda lahir berbentuk eceng di bawah telinga sebelah kanannya.

**


Waktu yang kunantikan akhirnya tiba, menjalankan tugasku sebagai Dokter dan memanfaatkan sedikit waktu luangku dengan cara menemaninya. Aku masuk ke kamarnya sambil membawa mawar  ke-150 untuknya, sudah hampir 4 bulan aku selalu memberikannya mawar, selain untuk mengharumkan ruangan, mawar itu juga sebagai tanda bahwa aku serius menyukainya dan ingin segera melihat kesembuhannya, aku memeriksa kesehatannya dengan sangat teliti, berharap ada satu kemajuan dari sebelumnya.
“Annyeong..” sapaku setelah memeriksa tubuhnya, aku duduk di tepi ranjang kemudian menggenggam tanganya.
“Beom-ah, berjuanglah.. sembuhlah.. apa kau tidak kasihan dengan omma dan temanmu yang slalu menitikan air matanya saat menjengukmu.. bangkitlah, demi orang-orang yang mencintaimu, Beom” tatapannya kosong, wajahnya tidak menggambarkan ekspresi sedikitpun tapi aku terus mengajaknya bicara, bercerita tentang sesuatu yang tidak penting sekalipun untuk kesembuhannya.
“Aku sangat ingin mengenalmu, mendekatimu, membawamu kerumah dan mengenalkannya pada omma. Omma pasti akan senang melihatmu, omma dari dulu slalu ingin memberimu cake buatannya sebagai tanda terima kasih”
“Beom-ah, jebal.. sembuhlah!!” tiba-tiba buliran air mata jatuh dipelupuk mataku, entah rasa iba atau rasa sayangkuyang lambat laun semakin besar. Perasaan yang aneh, mencintai seseorang yang belum aku kenal, walaupun setiap hari aku mengajaknya bicara, tapi tidak ada reaksi sedikitpun darinya. Dia tetap pada pendiriannya, hidup seperti patung dan seperti mayat hidup. Entah rasa penasaran atau cinta yang sekarang aku rasakan, yang pasti aku selalu rindu saat jauh darinya dan selalu sesak saat melihat penderitaannya.
KREK!!
“Annyeong..” seorang Suster masuk membawakan makanan dan obar untuk si pasien. Aku dengan cepat menyeka air mataku, lalu meletakan mawar yang tadi aku bawa kedalam vas
“Dok, apa anda yang akan menyuapinya??” tawar Suster yang bernama Sooyoung. Dia telah terbiasa dengan perhatiaan lebihku terhadap si pasien. Prediksi Sooyoung yang selalu membuatku terkekeh adalah ramalan asalnya yang bilang kalau aku berjodoh dengan si pasien dan akan selalu terikat selamanya. Awalnya aku menanggapi secara dingin, aku tidak pernah percaya dengan yang namanya ramalan, tapi sekarang aku selalu bertanya-tanya, apakah mungkin? Yang pasti aku sangat mengharapkannya
“Dok, apa anda yang akan menyuapinya??’ tanya Sooyoung untuk kedua kalinya yang membuat lamunanku buyar
“Eh.. kau saja! Aku masih ada kerjaan lain!!” jawabku sambil beranjak kearah pintu
“Oh yah Sus, bisakah kau membantuku??” tambahku sambil mendongak kearah suster cantik itu.
“Eh…?” Sooyoung tampak heran dan penasaran terhadap permintaanku
“Nanti sore, tolong.. kau percantik si pasien terus pakaikan dress putih yang ada diruanganku, aku ingin membawanya jalan-jalan” ucapku tanpa basa-basi
“Tapi, Dok!!” timpal Sooyoung yang merasa khawatir
“Tenanglah.. aku hanya membawanya sebentar”
“Ne..” balasnya sambil mengangguk, lalu aku pun melangkah meninggalkan kamar itu.

End Dokter’s POV



Beom POV

Dokter cute itu slalu mengajakku bicara dan bercerita, rasanya aku ingin menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkannya dan menanggapi semua ceritanya. Tapi sayang, mulutku seolah terkunci, suaraku seolah lenyap begitu saja. Aku hanya mampu berkata-kata dalam hatiku, kata-kata yang tidak pernah bisa dia dengar. Hari ini dia menangis dihadapanku, hatikupun menjerit melihatnya, rasanya ingin aku memeluk untuk menghiburnya.
Seorang Suster tiba-tiba datang membawa makanan, Dokter itu pun menunduk dan menyeka air matanya, mereka terlibat obrolan serius yang mengarah tentangku sebelum akhirnya Dokter itu berlalu meninggalkan ruangan. Tiba-tiba air mataku jatuh, air mata yang dari tadi aku tahan akhirnya menetes tanpa komando meluapkan semua perasaanku
“Agasshi.. gwenchana??” tanya Suster itu yang tampak cemas, dia membantu menyeka air mataku lalu tersenyum manis.
“Agasshi, apa kau terharu dengan perhatian Dokter tadi?? Emh.. aku percaya kalian pasti berjodoh!!” tambahnya kemudian

End Beom POV



Dokter POV

Sore hari yang cerah menyambut hatiku yang senang, ini pertama kalinya aku membawa Beom keluar rumah sakit. Walaupun awalnya susah mendapat izin, tapi akhirnya aku berhasil dengan alasan bahwa suasana yangbaru bisa mempercepat kesembuhannya. Aku membawanya ketaman yang sama, tempat terakhir aku melihatnya. Dia mengenakan dress putih selutut yang kubeli seminggu yang lalu, dibagian lengannya sedikit menggelembung bergelombang terbentuk seperti bunga, rambutnya tergerai indah dan sebagian terurai kedepan menutupi bahunya. Aku terus mendorong kursi roda yang ditumpanginya mengelilingi taman sambil bercerita tentang keindahan taman ini. Aku berhenti dibawah pohon besar yang disekelilingnya tumbuh rerumputan halus, aku memboyong Beom kemudian membiarkanya duduk dirumput dan menyandarkan tubuhnya di pohon
“Apa kau masih ingat, kita pernah bertemu ditaman ini??” aku duduk di hadapannya dan mulai berceloteh
“Kita dulu duduk disana!!” telunjukku mengarah pada bangku panjang bercat putih yang dibelakangnya terdapat tanaman bunga
“Saat itu, pertama kalinya aku melihatmu tersenyum, hehe.. rasanya aneh sekali, tiba-tiba hatiku berdebar.. apa kau mempunya magic sampai membuatku seperti itu??” aku terkekeh dan menyipitkan mataku mencoba menyelidik, aku menatapnya dalam-dalam dan senyuman yang tadi tersungging dibibirku lambat laun memudar karna keprihatinanku terhadapnya
“Huh.. rasanya lelah sekali!!” aku mulai merebahkan tubuhku dan meletakan kepalaku dipahanya, nelipat kedua tanganku didada kemudian memejamkan mataku.
“Beom-ah, tahu tidak kalau waktu itu.. saat kau mengangkat panggilan teleponmu, aku sudah bersiap-siap mengeluarkan pinselku untuk meminta nomor ponselmu, tap sayang aku gagal karena kau bergegas pergi saat itu, hehe.. rasanya malu sekali kalau mengingat kejadian itu!”
“Waktu itu aku sangat penasaran terhadapmu, siapa namamu.. dimana rumahmu.. benar-benar sangat ingin mengenalmu.. apa kau tidak pernah merasakan hal seperti itu?? Apa kau tidak pernah ingin tahu siapa namaku?!”
“Harusnya waktu itu, aku memperkenalkan diri terlebih dahulu!!” aku mulai bergumam asal, kurasakan semilir angin membelai wajahku dengan lembut hingga seketika membuatku terlelap.
CLAK!!
Aku seketika terbangun, mataku membulat lebar dan kurasakan belaian halus menyapu rambutku

End Dokter POV



Beom POV

Dia membawaku ketaman, taman yang dulu biasa aku datangi saat perasaanku sedang sedih. Dia membawaku keliling taman kemudian duduk bersantai dibawah pohon. Dia bercerita banyak tentang dirinya, samar-samar aku mulai mengingatnya, tidak disangka kalau dia adalah namja yang pernah membuatku kesal. Rasanya aneh, tiodak saling kenal tapi dia sangat penasaran terhadapku. Dia merebahkan tubuhnya kemudian meletakan kepalanya di pangkuanku, terlihat wajahnya tampak lelah, dia mulai memejamkan matanya dan bergumam pelan, tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas apa yang diceritakannya. Aku mulai terbawa suasana, mataku berkaca-kaca karna terharu lalu seketika air mataku jatuh tepat diatas wajahnya. Dia terbangun, matanya membulat lebar karna shock melihatku menangis, aku tersenyum kearahnya kemudian membelai rambutnya dengan lembut, dia membalas senyumanku dan meraih tanganku kemudian menciumnya.

“Annyeong..” sapanya mencoba memperkenalkan diri
“Jonen Lee Donghae imnida”



…..The End….

Kamis, 10 Februari 2011

FF/I Hate Namja/Angst,Romance/Choi Minho/Chapter/Part 4



Author : Ulie Aya’aya Wae
Title     : I Hate Namja
Genre   : Angst, Romance

Cast:
Park LieBeom aka Beom
Choi Minho
Kimjae
Kevin
Kyuhyun & Hyori (Orang Tua Beom)



Beberapa bulan ini nampak perubahan drastis dalam diri Beom, entah apa yang terjadi padanya. Dia menjadi pendiam dan menjadi sosok yang susah untuk di hubungi Minho. Sudah beberapa hari Beom tidak bertemu dengannya, tidak ada masalah apapun diantara mereka. Beom hanya butuh waktu untuk menyendiri dan kesendirian nya itu berdampak negative terhadapnya. Beom mulai mengenal dunia malam, alkohol dan rokok sudah menjadi konsumsi nya setiap hari. Hobi nya menulis dan obsesi nya membuat sebuah novel sudah ia tinggalkan, tidak ada lagi hasrat untuk mencapai itu semua. Hidupnya hampa dan pikirannya hanya di penuhi dengan kebencian.


FLASHBACK

Kevin secara tiba-tiba berkunjung ke rumah Beom. Kyuhyun dan Hyori mempersilahkan Kevin masuk karena ingin mengetahui permasalahannya dengan jelas. Saat itu Beom sedang dalam perjalanan menuju rumah, Beom dihubungi Hyori untuk segera pulang karna ada Kevin yang ingin menemuinya. 30 menit kemudian Beom tiba di rumah dan langsung menarik Kevin ke halaman depan rumah.
“Waeyo..?” Beom menatap penuh amarah
“Jagi.. mianhae, aku hanya ingin memulai nya dari awal!” ucap Kevin tanpa basa-basi, terlihat raut wajahnya penuh penyesalan. Kevin menjelaskan kejadian sebenarnya waktu itu. Malam sebelum pernikahannya, Kevin bersama tenam-teman nya mengadakan bachelor party disalah satu club malam. Kevin terlalu banyak minum alkohol sampai akhir nya tidak sadarkan diri.
“Tiba-tiba saat aku terbangun, yoeja itu sudah ada di sampingku, aku benar tidak tahu apa-apa!” bela Kevin dengan polos nya
“Cih! Apa saat di kamar mandi, kau juga belum sadar?!” tanya Beom dengan sinis. Kevin menunduk malu “Jeongmal mianhae, aku hilaf!!” ucapnya pelan
“SHIRO..!! AKU MUAK MELIHAT WAJAHMU!!” bentak Beom dengan nada yang tinggi kemudian berlalu dari Kevin. Kevin hanya bisa melihat punggung Beom mulai menjauh dari nya.
“Semua ini juga salahmu, Beom!” teriak Kevin sehingga membuat langkah Beom terhenti.
“Kau selalu menolaknya saat aku minta, kau tidak pernah bisa MEMUASKANKU!, kau terlalu MUNAFIK!!” tambahnya dengan lancang. Beom mengepal tangannya, rasanya ingin ia melayangkan tinju nya ke wajah Kevin. Beom mendongak dan melihat Kevin sekilas dengan penuh amarah kemudian pergi meninggalkannya.

END FLASHBACK


Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, Beom pulang ke rumah sekitar jam 2 pagi. Langkahnya sempoyongan dan di mulut nya tercium bau alkohol .
*Krek.. Selang beberapa menit pintu depan rumah kembali terbuka.
“Beom-ah..” panggil Kyuhyun yang juga baru tiba di rumah. Beom mendongak sekilas lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju kamar tanpa menjawab panggilan Kyuhyun
“LIEBEOM..” panggil Kyuhyun untuk kedua kali nya sambil menahan lengan Beom.
“WAE..?” Beom menipis tangan Kyuhyun
“Dari mana kau..? Aish.. kau mabuk?!” ucap Kyuhyun setelah mencium bau alkohol dari mulutnya.
“Appa sendiri dari mana, jam segini baru pulang?!” Beom malah bertanya balik sambil menunjuk ke wajah Kyuhyun dengan mata yang sedikit teler.
“Apa caramu seperti itu, berbicara dengan orang tua??” nada Kyuhyun sedikit meninggi “Kenapa, kau jadi seperti ini?!!” dia memegang kedua bahu Beom kemudian meng-guncangkannya
“Waeyo..? bukanya appa mencontohkan nya seperti itu?!” ucap Beom sambil tersenyum sinis
“Appa selalu pulang pagi, aku ikutin.. appa slalu membentak, aku ikutin.. harusnya appa BANGGA karna aku telah BERHASIL MENCONTOH PRILAKUMU!” bentak Beom seenaknya
PLAKK!!
Tamparan keras Kyuhyun membuat wajah Beom yang tadi nya tegak menjadi tertunduk. Beom memegang pipi nya, tidak ada tangisan seperti biasanya, hanya tatapan penuh amarah yang di perlihatkan nya.
“CIH! Kau seperti PELACUR!!” maki Kyuhyun dengan geram
“Heh.. pelacur? Beom mengulang perkataan appa nya dan tertawa sinis
“Bukannya appa suka dengan PELACUR?? Bukannya appa pulang pagi setiap hari, demi tidur dengan seorang PELACUR?! HAH..!” Beom berteriak membuat tangan Kyuhyun hampir kembali melayang ke wajah nya.
“ANDWEEEEEE….” Teriak Hyori yang langsung menghampiri pertengkaran suami dan anak nya itu.
“Yaebo, jebal.. maafkan dia!” Hyori mewakili Beom meminta maaf. Kyuhyun meliri geram kearah Hyori dan Beom secara bergantian kemudian membanting pas bunga yang berada di samping nya.
“URUS TUH ANAKMU!!” tunjuk Kyuhyun kemudian berlalu. Hyori langsung memeluk Beom dan mengusap-usap punggung nya.
“Beom-ah mohon jangan seperti itu, bagaimana pun beliau adalah appa mu!” Hyori mencoba menasehatinya. Beom melepas pelukan Hyori dan menatap nya nanar
“Omma.. aku tidak sekuat yang kau kira.. aku tak se-sabar dirimu.. aku tak se-ikhlas dirimu..aku tak sebaik pikirmu..” ucap Beom lirih.
“Aku LELAH! Napasku SESAK! Hatiku SANGAT PERIH, Seperti luka yang slalu di taburkan garam setiap hari nya! Aku benar-benar tidak kuat dengan semua ini, omma!” tambahnya sambil terisak membuat Hyori tak kuasa menahan air mata nya terjatuh. Anak dan ibu itu menangis histeris, mencoba melepas semua beban yang mengganjal di hati nya. Kemudian mereka pergi ke kamar dan tidur bersama dalam pelukan.
Pagi hari nya dengan mata yang masih berbintit, Beom pergi jalan-jalan ke sebuah taman di pusat kota. Dia duduk di bangku yang berada di samping pohon besar, di sekelilingnya di penuhi dengan bunga-bunga yang cantik dan harum. Beom menghela napas nya panjang, mencoba menghirup udara segar untuk masuk ke paru-paru nya. Beom menengadah dan menutup mata nya, membiarkan semilir angin menyibak rambut nya dengan lembut, membiarkan imajinasi nya menerawang jauh tentang keindahan alam ini. Tiba-tiba suara anak kecil menyadarkan Beom dari lamunannya.
“Noona mianhae.. “ ujar seorang anak kecil tampan dengan napas ter engah-engah
“Bolehkah aku meminta airmu.?” tambahnya sambil menunjuk air mineral yang berada di samping Beom. Beom tersenyum lalu mengacak-acak rambut anak kecil itu.
“Gwenchana.. ambil lah..” Beom menyerahkan air mineral nya, anak itu langsung meminum nya sampai habis kemudian membungkuk kan tubuh nya sebagai tanda terima kasih
“Khamsahamnida noona, semoga Tuhan memberkatimu!” anak kecil itu langsung berlari, kepolosannya itu membuat Beom tersenyum renyah.
EHEM!
Seorang namja berkaos oblong dan bercelana pendek duduk di samping Beom
“Apa kau suka dengan anak kecil itu??” tanya nya so akrab sambil menunjuk anak yang yang tadi bersama Beom
“Eh….?” Beom mendongak sambil mengeritkan kening nya.
“Aku perhatikan, kau bisa tersenyum saat bersamanya…”
“Dia anak laki-laki yang sangat manis!” potong Beom menghentikan omongan namja itu
“Aish.. agasshi, apa kau tahu kalau anak itu begitu mengesalkan?! Ketika dirumah dia slalu menggangguku bekerja!” curhat namja itu
“Heh.. kau appa nya??”
“MWO.. setua itu kah wajah ku?!” namja itu menunjuk diri nya sendiri. Beom tertawa kecil melihat nya.
“Agasshi, kau terlihat lebih cantik saat tersenyum dibanding saat kau menangis!” ucap namja itu. Beom menatap tajam, senyuman yang dari tadi berkembang lambat laun memudar karna merasa heran.
Ddddrrrrttt…ddddrrrrtttt…
“Yoboseyo..” Beom merogoh ponsel di saku nya
“Ne.. ne.. aku akan segera pulang!” Beom langsung pergi tergesa-gesa tanpa sempat berpamitan pada namja yang sampingnya, namja itu hanya berdiam diri melihat Beom menjauh dari nya dan hanya mengelengkan kepalanya.
“Apa dia slalu berlari, setiap ada masalah?!” gumam namja itu


Beom segera pulang setelah pembantu di rumah menghubungi nya, Beom langsung melihat keadaan Hyori. Dilihat nya Hyori sedang merapihkan barang-barang, di ruangan itu seperti kapal pecah, barang-barang berserakan dimana-mana. seperti nya sudah terjadi perang maha dasyat antara appa dan omma nya. Beom hanya bisa melihat omma nya menangis tanpa bisa menghiburnya. Beom menghela napas nya panjang, memberika ruang untuk rasa sesak akibat amarah yang tidak bisa di keluarkannya. Beom pergi ke kamar nya, mencoba mengurangi segala beban dengan cara tidur.
Sore hari nya Beom kembali pergi untuk menemui namja yang sangat dia rindukan, namja yang slalu bisa membuat nya tenang.. namja yang slalu memberikannya kehangatan, CHOI MINHO!!
Beom tiba di depan pintu apartment Minho, dia masuk beberapa langkah dan melihat pemandangan yang membuat hati nya shock. Beom keluar kembali dan bersandar di balik pintu.
“Oppa.. Saranghae..” sayup-sayup terdengar suara dari dalam
“Na do saranghae..” balasnya. Seketika mata Beom membulat lebar, tetesan air mata mulai beraksi membasahi wajah pucat nya kemudian Beom pun pergi dari sana.


KimJae POV

Hari ini aku bermain di apartment Minho oppa, kami membuat kimbab bersama-sama. Aku bertugas membuat isiannya sedangkan Minho oppa menyiapkan segala keperluan lainnya. Saat aku mengiris sayuran, jariku menjadi korban ketajaman pisau yang ku pegang. Spontan Minho oppa memasukan jariku ke dalam mulut nya. Minho oppa langsung mengobati lukaku di ruang tengah, rasanya jantungku berdetak kencang saat wajah kami berhadapan sangat dekat, ada hasrat yang membludak saat itu. Minho oppa menyuruhku diam dan biarkan dia yang meneruskan kimbab nya. Setelah mengobati lukaku, Minho oppa beranjak menuju dapur, tapi aku menahan langkahnya.. aku memeluk Minho oppa dari belakang dan menyandarkan kepaku di punggungnya.. aku mengunci tubuhnya dengan pelukannku, sejenak kami terdiam, aku menghela napasku.. mengumpulkan seluruh kekuatan yang tersimpan untuk menyatakan cintaku
“Oppa.. saranghae..” ucapku tanpa basa-basi
“Na do saranghae..” balasnya. Kemudian Minho oppa membalikan tubuhnya jadi menghadapku lalu memegang kedua bahuku
“Tapi, aku hanya menganggapmu sebagai adik.. Mianhae…” tambahnya kemudian yang membuat hatiku sangat kecewa

END POV


Beom berjalan gontai menelusuri keramaian pusat kota, lampu-lampu kota mulai memancarkan cahayanya menggantikan sang surya yang mulai tenggelam ke peraduannya. Beom seperti orang linglung, berkali-kali dia hampir tertabrak karna pandanganya yang tidak pernah fokus melihat jalanan. Beberapa pengemudi menghadiknya kasar, tapi beom tidak memperdulikannya.. dia hanya terus berjalan walaupun tanpa arah tujuan.
Beom merasakan rasa pegal di kedua kakinya. Kakinya lambat laun mulai tak bertenaga hingga tidak kuat menompang tubuhnya lagi.. kemudian Beom duduk untuk istirahat, duduk di trotoar pinggir jalan.. tatapannya kosong, sesekali dia mengusap keringat di dahinya. Beom tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. Dia terpaku membayangkan tiap kejadian yang akhir-akhir ini menimpa-nya.. dia menangis lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua kakinya.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di dekatnya, seorang namja keluar dari mobil itu kemudian jongkok di hadapan Beom
“Agasshi.. apa dalam hidupmu, kau hanya tahu menangis..?” ucap namja itu sambil menyodorkan sapu tangannya. Beom mendongak kemudian buru-buru menghapus air matanya.
“Apa kau lupa, bagaimana caranya tersenyum seperti tadi pagi..?!” tambah namja itu
“Kau…?” Beom menatap nanar namja itu
“Usaplah.. aku sangat BENCI melihatmu menangis!!” namja itu menyodorkan kembali sapu tanganya. Ucapan namja cute itu membuat Beom kesal
“Apa pedulimu..?” Beom menatap penuh kebencian
“Urus saja urusanmu sendiri!!” tambahnya kasar sambil menepis tangan namja itu sehingga membuat sapu tangannya terhempas. Beom langsung berdiri dan meninggalkan namja itu sendirian
“Agasshi.. aku PERCAYA suatu saat, kau akan TERSENYUM kembali padaku!!” teriak namja itu


Pagi hari di apartment Minho,

Minho terbangun karna mimpi buruk, mimpinya tidak begitu jelas tapi sangat menakutkan, mimpi itu membuat dia mencemaskan Beom. Minho beranjak dari kasur dan duduk di bawah dekat meja, tubuhnya disandarkan ke sofa.. dia mencoba mengingat keras mimpi yang dialaminya.. Minho menengadahkan wajahnya dan meletakan kepalanya di sofa dan mencoba memejamkan matanya, tanganya tanpa sengaja menyentuh sesuatu yang berada di bawah kolong sofa.. Minho mengambilnya dan ternyata itu lipatan kertas yang berisi tulisan Beom waktu itu. Minho mendongak ke bawah kolong sofa.. dia heran karena begitu banyak lembaran-lembaran kertas di bawah sana. Minho kemudian menggeser sofa itu dan dia menemukan buku diary berwarna shappire blue, kemudian membacanya

“Seminggu yang lalu, aku bertemu dengan namja di sebuah toko bunga yang terletak di pinggir jalan. Dia berpakaian serba hitam seperti orang yang sedang berkabung. Namja itu memilih satu ikat bunga yang sama percis denganku. Saat itu aku melihat dia menyodorkan kartu kredit ke pedagangnya, tapi pedagang itu menolaknya kemudian dia menyerahkan kembali bunga yang di pilihnya. Saat dia hendak pergi dan ber pas-pasan denganku, dia melirik bunga yang ku pegang lalu dia mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya padaku. Setelah itu dia merampas bungaku dan langsung kabur dengan mobilnya.
Saat ini aku sedang berada di apartment si MALING bunga itu, dia meminta maaf dan menjelaskan alasannya, kenapa dia merampas bungaku! Kemudian dia menyerahkan uang ganti untuk bungaku. Si maling bunga itu bernama, CHOI MINHO!”

Minho tersenyum setelah membacanya, lalu membuka lembar berikutnya.

“Tidak di sangka bisa bertemu minho lagi. Emh.. dia terlihat sangat cute dengan rambut pendek nya, dan aku baru sadar ternyata senyumannya sangat manis xixixixi…”

“Hari ini aku mulai bertukar nomor ponsel dengan Minho. Aku harap kita bisa menjadi teman baik. Amin..”

“Akhir-akhir ini aku jadi sering bertemu dengan Minho, kadang-kadang dia juga slalu mengajakku ke apartment nya, tempatnya sangat tenang, membuatku merasa betah berada disana”

“Oh My God… aku mimpi MINHO! Kami sangat mesra di mimpi itu..”

Minho mengeritkan keningnya karna heran dan semakin penasaran dengan lembar-lembar selanjutnya

“Hari ini tepat satu tahun aku mengenal MINHO!”

“Sudah satu minggu aku tidak bertemu dengannya, Choi Minho BOGOSHIPO…”

“Akhir-akhir ini aku sering memikirkan Minho, hampir tiap hari dia hadir di mimpiku. Apa mungkin aku menyukainya??”

“Aku baru sadar tenyata perasaanku terhadap Minho bukan sekedar teman ataupun sahabat! Choi Minho SARANGHAE!!”

Minho terbelalak membacanya,
“Jadi, slama ini.. kita mempunyai perasaan yang sama??!!” gumam Minho dalam hati. Minho jadi ketergantungan membaca diary itu dan membuka lembar-lembar berikutnya.

“Aku tidak boleh mencintai Minho, semua ini tidak adil bagi Kevin. Mulai sekarang aku akan membuang rasa ini jauh-jauh. Aku akan menjadikan Minho sebagai teman terbaikku!”

“Valentine Day yang MENYEBALKAN!! Kevin terlalu sibuk di Negara orang sampai dia tidak bisa dating menemuiku. Untungnya ada Minho yang mengajakku candle light dinner. Huhuhu… So Sweet…”

“Seminggu lagi aku menikah dengan Kevin, tapi kenapa hatiku jadi bimbang??”

“Hari pernikahanku akhirnya tiba. Harusnya, hari ini adalah hari yang membahagiakan untukku, tapi aku salah! Hari ini.. hari yang sangat MENYAKITKAN!!”

“Terima kasih Tuhan karna Engkau slalu menghadirkan Minho untuk menghiburku! Seperti hari ini, dia membawaku ke apartment nya, suasana yang baru dengan cat sky blue”

“Mulai hari ini Minho menyuruhku untuk memanggilnya OPPA!! rasanya terdengar aneh ckckckc… MINHO OPPA!!”

“Waeyo saat bersama Minho oppa hatiku slalu bergetar?? Perasaan yang dulu sempat ada, apa mungkin sekarang kembali lagi?!
Apa mungkin cinta itu datang lagi??
Aiish.. ottoke..??”

“Oops.. Minho Oppa mencium keningku!! Hehe… Rasa nya senang sekali!”

Minho tersenyum mengingat kejadian itu
“Huh.. harusnya kau juga sadar saat aku mencium bibirmu waktu itu, alangkah senangnya kalau kau tahu isi hatiku! Beom.. saranghae!!” ucap Minho dalam hati, Minho membuka lembar-lembar berikutnya

“Akhir-akhir ini hidupku terasa KACAU! Aku sudah tidak betah lagi tinggal di rumah. Appa benar-benar MENGECEWAKANKU!!”

“Lagi-lagi aku harus melihat pertengkaran diantara kedua orang tuaku, dan untuk kesekian kali nya aku harus melihat omma menangis! Appa BENAR-BENAR JAHAT!!
AKU SANGAT-SANGAT MEMBENCINYA!!”

Minho mengeritkan keningnya lalu dengan cepat membuka lembaran-lembaran paling akhir yang di tulis, tertera tanggal penulisan terakhir adalah hari kemarin

“Aku benar-benar LELAH! Rasa nya aku SESAK menjalani hidup ini.. rumahku adalah lingkungan TERBURUK dalam hidupku, tiap hari harus melihar pertengkaran, pemukulan, tangisan, aku benar-benar STRES melihatnya..
Aku benar-benar BENCI hidup ini!
Aku benar-benar MUAK dengan semua ini!”

“Apa mungkin, ini terakhir kali nya aku menulis diary??
Aku harap semuanya bisa HIDUP BAHAGIA!!
OMMA…
OPPA…
SARANGHAE…”

Tulisan terakhir itu membuat Minho shock, tanganya gemetaran dan tiba-tiba diary itu terlepas. Minho langsung meraih ponsel dan menekan tombol nomor 1 untuk menghubungi Beom
“Nomor yang anda hubungi tidak bisa menerima panggilan atau berada di luar jangkauan, mohon coba beberapa saat lagi”
Perasaan Minho semakin was-was dan tidak karuan, dia khawatir terjadi sesuatu pada Beom. Apalagi dia baru sadar kalau akhir-akhir ini Beom agak sedikit aneh, terus kata terakhir yang diucapkannya seolah mengisyaratkan bahwa dia tidak akan bertemu lagi dengan Minho.
“Oppa… seandainya aku tidak ada, jaga dirimu baik-baik yah?!”
SHIT!!
Minho langsung keluar dan di lorong apartment Minho berpas-pasan dengan Kimjae
“Apa kau lihat Beom..?” tanya Minho panik
“Bukannya dia menginap di kamarmu..?”
“Heh…?” Minho mengeritkan dahinya
“Tadi malam aku melihat Beom masuk ke tempatmu, terus tadi pagi-pagi sekali aku melihatnya keluar!”
“Oedi…?” Minho semakin penasaran
“Kesana..” Kimjae menunjuk kearah balkon. Minho langsung berlari dan menaiki anak buah tangga yang berada di sana. Perasaan was-was menyelimuti pikirannya, rasa takut dan cemas bercampur menjadi sesuatu yang susah dicerna akal pikiran. Beberapa menit kemudian Minho tiba di balkon, diperhatikannya sekeliling.. pandangannya menerawang jauh ke tiap sisi dan di ujung sebelah kanan  Minho menemukan Beom tergeletak. Minho langsung menghampiri Beom, mengangkat kepalanya dan meletakan dalam pangkuannya.
“LieBeom…LieBeom…” panggilnya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Beom. Minho sangat panik karna darah mengalir deras di pergelangan tangan Beom, darah itu hampir membanjiri sekeliling hingga baju yang tadinya putih sudah berubah menjadi kemerahan. Minho mulai berkaca-kaca.. tubuhnya tiba-tiba melemas.. dia menangis dan berteriak histeris
“BEOOOOMMMMMM….”


Beom Diary

Oppa.. mianhae sering menjauhimu, oppa.. saat ini aku hanya ingin sendiri. Aku tahu, kau baik-baik saja. Walaupun akhir-akhir ini kita jarang bertemu, tapi aku slalu melihatmu tiap malam. Aku selalu ketempatmu saat kau sudah terlelap. Tidurmu sangat manis.. membuatku slalu ingin melihatnya. Aku benar-benar tidak sanggup berhadapan denganmu, aku sudah terlalu sering memperlihatkan kesedihanku. Aku tidak ingin berbagi lagi denganmu.. aku sangat LELAH, oppa!.. aku harap kau slalu mengingatku.. aku sengaja menyimpan semua catatan dan diary ku di tempatmu, berharap suatu saat kau tahu isi hatiku…


Beom POV

Kemelut ini membuatku ingin mengakhirinya. Aku berkunjung dipagi buta untuk melihat Minho oppa, aku terpaku cukup lama memperhatikan tidur nya kemudian meninggalkan satu pesan untuknya. Aku pergi ke balkon di gedung itu, aku menghirup udara segar yang membuat tubuhku menggigil kedinginan. Aku memandang pusat kota yang masih diselimuti kabut.. melihat langit.. melihat sang surya yang masih malu-malu untuk merangkak dari peraduannya. Aku mulai duduk dengan manis dan menengadahkan tangan kiriku.. memegang pergelangan tangannya dan meraba halus dengan jari-jari tangan kananku.. mataku berubah sayu, tapi aku masih bisa melihat jelas dan menatap dalam-dalam sekitar telapak tangan kiriku. Tangan kananku mulai merogoh benda kecil tajam dalam sakuku, kemudian memotong kuku jari kiriku dengan silet tajam itu.. beberapa potongan melenceng hingga mengiris kulit disekitar kukunya sampai membuat jariku berdarah.
“AWW…” rasanya perih saat luka itu mulai tertetesi air mataku yang tanpa komando jatuh begitu saja. Aku menghisap jariku, dan kurasakan darah segar masuk dalam tenggorokanku.. aku mengacungkan silet itu, memcoba membersihkan darah yang menempel dengan baju putihku. Aku tersenyum getir dan aku mulai memainkan kembali benda tajam itu, aku memiringkannya kemudian membuat gerakan keatas kebawah seraya meraba lenganku yang halus.. dan disaat silet itu tepat diatas pergelangan urat nadiku.. aku merubah posisi silet itu menjadi tegak berdiri..
*SREEETTT… aku menggoreskannya hingga nadiku terputus, darah langsung mengalir.. sebagian ada yang muncrat mengenai wajahku. Aku melepaskan silet itu dan mengelap asal percikan darah pada wajahku. Tiba-tiba aku merasa lelah.. lengan kiriku seolah mati rasa, aku tidak bisa menggerakan nya sedikitpun. Aku meraba luka goresan itu dengan jari-jari kananku kemudian menekannya kuat hingga darahnya mengalir semakin deras sampai mengotori hampir seluruh bajuku. Aku tergeletak seketika.. mataku lambat laun mulai kabur.. remang-remang aku melihat Minho oppa mendekapku terus mengguncang-guncangkan tubuhku.. aku melihatnya menangis, air matanya jatuh tepat diwajahku dan sayup-sayup aku mendengar dia memanggilku..
“Mianhae oppa.. ini terakhir kali nya aku membuatmu menangis” ujar batinku dan setelah itu aku menyunggingkan senyum termanisku...


“ANDWEEEEE…..”




Tunggu epilog nya yah!!

FF/I Hate Namja/Angst,Romance/Choi Minho/Chapter/Part 3

 

Author : Ulie Aya’aya Wae
Title     : I Hate Namja
Genre   :  Romance, Angst (?)

Cast  :
Beom
Choi Minho
Kang Hyori & Cho KyuHyun (Orang Tua Beom)
Kim Jae
SeoHyun SNSD (Cameo)



Beom POV..

Aku langsung pulang ke rumah setelah melihat kejadian di mall tadi, aku bergegas menemui omma dan meminta penjelasan darinya. Seminggu yang lalu saat aku dan omma belanja, aku tidak sengaja melihat appa makan siang dengan seorang yoeja, mereka terlihat sangat akrab. Omma bilang bahwa yeoja yang bernama Seo Hyun itu adalah rekan bisnis appa. Saat itu aku mencoba menghampiri mereka tapi omma melarangku katanya appa tidak akan suka kalau urusan bisnis nya di ganggu. Bagiku saat itu omma terlihat aneh, omma tak henti-hentinya memandangi appa dan yoeja itu sampai akhirnya omma memmutuskan untuk pulang. Di mall tadi aku melihat sosok yang mirip dengan appa, aku terus membuntutinya untuk memastikan dan saat sampai food court aku baru yakin kalau orang itu benar-benar appa. Aku pikir appa telat menemui kami karena makan siang yang kami rencanakan waktunya di majukan satu jam dari waktu yang sudah di tentukan. Aku hendak menghampiri appa, tapi langkahku terhenti saat appa melambaikan tanganya kearah yoeja yang sudah tak asing lagi untukku. Yoeja yang bernama SeoHyun itu datang bersama seorang anak kecil berumur 3 tahunan, dan anak kecil itu memanggil appaku, APPA!!

END POV..


Hyori POV..

Tiba-tiba Beom datang mengejutkanku, tanpa mengetuk pintu dia langsung menghampiriku yang sedang duduk di meja rias.
“Omma.. apa maksudnya ini??’ tanya Beom sambil memperlihatkan foto di ponselnya. Aku terbelalak melihat foto itu, tapi aku mencoba untuk tenang dan menjawab pertanyaanya.
“Emh.. bukannya itu appa dan rekan bisnis nya, Seohyun?! Wae??”
“Omma.. anak kecil yang bersama Seohyun memanggil appa dengan sebutan appa!!” nada Beom sedikit meninggi
“Apa omma bisa menjelaskannya??” tambahnya penuh penasaran. Aku hanya diam, mencoba untuk setenang mungkin dan kembali mengoleskan krim malam pada wajahku.
“Beom-ah.. sudah malam, tidurlah!” pintaku lalu beranjak menuju tempat tidur. Beom meraih tanganku dan menatap tajam.
“Apa diamnya omma itu, berarti yang aku pikirkan adalah BENAR?!” tanya nya dengan suara yang lirih. Terlihat matanya mulai berkaca-kaca tapi aku mencoba senyum, mencoba untuk tegar walaupun hatiku ingin sekali menjerit. Aku memegang kedua bahu Beom, membelai rambutnya dan memberikan ketenangan padanya.
“Beom.. percaya tidak? Kalau semua yang terjadi dalam hidup ini adalah sebuah takdir? Mungkin memang berat, tapi kita tidak bisa menolaknya karna sudah ada Tuhan yang mengatur ini semua!” aku mencoba menjelaskannya secara halus. Beom menatapku nanar dan berusaha menyelidik maksud yang aku bicarakan.
“Hump.. mungkin sudah waktunya!” aku bergumam dan mendesah pelan, berusaha menguatkan hatiku untuk bicara jujur dan menjelaskan semuanya tanpa menyakiti Beom.
“Setiap orang pasti mempunyai kesalahan, baik omma, appa,  ataupun Beom sendiri. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa intropeksi, supaya kesalahan itu tidak terulang kembali!” aku membawa Beom duduk lalu mengusap punggungnya perlahan.
“Jadi.. maksud omma, appa dan Seohyun terus anak itu…??” tanya Beom terbata-bata sambil terisak
“Ne..” jawabku singkat, aku yakin dia sudah mengerti apa yang aku maksudkan. Aku memeluk Beom dengan erat, tetesan air hangat terasa mengucur ke bahuku dengan deras walaupun tidak mengeluarkan suara. Aku membelai rambutnya dan tanpa sadar air mataku pun ikut jatuh membasahi pipi.
“Cukup! cukup omma..!” ucapnya lirih lalu berdiri
“Wae..?? omma masih membelanya padahal appa sudah menyakiti hati omma!!” tambahnya dengan suara yang tinggi. Beom menatapku penuh amarah, matanya memerah karna terlalu banyak mengeluarkan air mata. Kemudian dia pun berlalu meninggalkanku.
“Beom.. LieBeom..” panggilku dan berusaha menyusulnya, dia menepis tanganku lalu pergi entah kemana.
“Mianhae Beom.. jeongmal mianhae” kakiku tiba-tiba melemas sampai tidak kuat menopang tubuhku, aku terpuruk dalam tangisan dan suasana yang kelam ini mudah-mudahan cepat berakhir. Aku benar-benar bersalah karna telah merahasiakan masalah ini selama 4 tahun.

END POV..


Beom langsung pergi ketempat yang slalu bisa menenangkan hatinya, apartment Minho jadi tujuannya. Jam 10 malam Beom tiba disana, suasana nya sangat sepi, lampu-lampu di tiap ruangan mati dan hanya lampu kamar tidur yang terlihat terang. Beom menyalakan semua lampunya kemudian memeriksa tiap ruangan untuk mencari Minho, tapi dia tidak menemukanya. Beom mengambil selembar kertas dan ballpoint  lalu duduk di bawah meja dan menulis sesuatu di kertas itu.


Kim Jae POV..

Malam ini adalah malam yang paling menyenangkan untukku, akhirnya aku bisa membujuk Minho oppa untuk makan malam diluar bersamaku. Kami makan di sebuah restoran jepang kemudian berjalan jalan di sepanjang sungai HAN. Rasanya seperti bermimpi, apalagi pas Minho oppa melepaskan jaketnya untukku. Dia benar-benar perhatian, hal-hal yang slalu aku impikan akhirnya malam ini terkabulkan. Rencananya sesampai di apartment, kami akan bergadang nonton dvd sampai pagi, dan saat itulah aku akan menyatakan cintaku…

END POV…


Jam 11 malam Minho dan Kimjae tiba di apartment, Minho sedikit was-was karna ruangan yang tadinya gelap berubah jadi terang. Minho melihat seseorang tertidur di meja ruang tengah, tidurnya terduduk sambil melipat kedua tanganya di meja dan menjadikan tanganya sebagai bantal.
“Oppa.. nuguya??” tanya Kimjae dan berusaha melihat secara dekat orang yang tertidur itu. Minho hanya tersenyum karna sudah mengenalinya tanpa melihat wajah orang itu secara langsung.
“Kau pulanglah.. ini sudah malam!!” ucap Minho sambil menyeret Kimjae kearah pintu
“Oppa.. bukan nya kita akan nonton??” Kimjae mengacungkan disc yang tadi di belinya.
“Emh.. besok lagi yah?!” Minho mencondongkan tubuhnya, menatap Kimjae lalu mengacak-acak rambut bagian depannya. kemudian Minho mengantar Kimjae ke pintu luar.
“Huh.. kenapa yoeja itu slalu mengganggu rencanaku?!” gumam Kimjae sambil melirik kearah Beom sebelum akhirnya dia pergi.
Minho menghampiri Beom kemudian duduk di hadapannya. Di perhatikannya wajahnya dengan seksama, Minho mengelus-elus lengan Beom dengan jari-jari nya. Pandangannya menyelidik ke selembar kertas yang berada di bawah dekapan tangan Beom, di ambilnya kertas itu secara perlahan kemudian Minho membacanya.

Beom Diary

Aku tahu Tuhan itu maha pengasih dan penyanyang. Aku tidak pernah meragukan-Nya sedikitpun, tapi sekarang aku merasa kasih sayang Tuhan sedang tidak berpihak padaku. Entah jalan apa yang hendak Tuhan gariskan untukku, akhir-akhir ini kehidupanku sangat berat, kacau, sampai napasku terasa sesak. Aku benci hari ini.. aku benci kenyataan ini.. Aku kira aku sudah merasakan semua rasa sakit di dunia ini saat pernikahanku gagal, tapi ternyata salah.. kenyataan tentang keluargaku ternyata lebih menyakitkan, AMAT SANGAT MENYAKITKAN!!


“Apa lagi yang terjadi??” tanya Minho dalam hati. Minho menatap Beom khawatir lalu membelai rambutnya, membiarkan jari-jari nya bermain di rambut Beom yang terurai, menyibak rambut yang menghalangi kening dan wajahnya, kemudian mencium keningnya dengan lembut
*Muach…
Ciuman Minho membuat Beom terbangun
“Oppa..” Beom mendongak dan melihat Minho sedang tersenyum manis ke arahnya.
“Sudah lama kah..? mianhae..” tanya Minho
“Gwenchana… oppa, bolehkah aku menginap malam ini??” Beom menatap penuh harapan. Minho hanya tersenyum lalu duduk di samping Beom dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Waeyo..?” Minho mengacungkan sehelai kertas, mencoba menyelidik maksud yang Boem tulis di kertas itu.
“Ani.. “ jawab Beom gagap lalu merebut kertas itu kemudian melipatnya rapi
“Ini bahan untuk cerpenku!!” tambahnya
“Jeongmal..?” Minho mengangkat satu alis nya. Beom mengangguk lalu menghela napasnya panjang
“Oppa, apa kau pernah merasa sangat sedih? dan menganggap hidup ini tidak adil..?!” Beom melirik Minho dan menatap nya tajam. Minho sedikit menyunggingkan bibir nya “ Ye.. pasti semua orang pernah merasa seperti itu!”
“Onje..? Wae..?” tanya Beom penasaran
“Saat melihatmu hendak menikah!!”
“Eh..?” Beom menatap heran
“Untungnya GAGAL, jadi sekarang aku lega ekeke..!” Minho terkekeh
“OPPA!!” Beom meninggikan nada suaranya dan cemberut karna Minho menjawab pertanyaan nya asal
“Emh.. saat omma meninggal 2 tahun yang lalu! aku merasa Tuhan tidak adil, di tambah appa meninggalkannku tanpa sebab dan aku harus bertangung jawab atas segala hutangnya. Mungkin saat itu, aku adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini!” Minho menghela napasnya panjang
“Beom.. percaya saja, kalau segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya!”
“……” Beom tersenyum pahit
“Tadinya aku tidak akan pergi kemakaman omma karna terlalu sedih, tapi setelah aku pikir-pikir kembali, aku memutus kan datang karna itu hari terakhir aku melihat omma!, kalau saat itu aku tidak datang, mungkin aku juga tidak akan pernah bertemu denganmu!”
“Heh..??” Beom mencoba menyelidik maksudnya
“Masih ingat kan hari pertama kita bertemu??” sambung Minho kemudian. Beom mengangguk
“Jadi… hari itu..?” Beom  mencoba bertanya tapi ucapannya terhenti karna melihat Minho mulai berkaca kaca
“Ye.. hari itu.. hari pemakaman omma! Aish.. sudahlah, aku tidak mau mengingatnya lagi!” Minho hendak berdiri tapi Beom menahan lengan nya. Beom mengaitkan tanganya ke lengan Minho dan menyandarkan kepalanya di bahu namja itu.
“Oppa.. kau adalah namja satu-satu nya yang baik padaku!” ucap Beom pelan
“Jeongmalyo..?”
“Ne.. mereka jahat padaku! cuma kau seorang yang baik!” tegas Beom
“Sebagai balasan kebaikanku, kau harus slalu bersamaku, OK?!” Minho mengalengkan tanganya ke pundak Beom. Beom mendongak lalu tersenyum manis
“Janji..?” Minho mengacungkan jari kelingking nya.
“Ye.. janji!” Beom menyambut jari kelingking Minho dengan jari kelingkingnya hingga kedua jari mereka saling mengait.
“Oppa, aku lapar! bisa kah kau buatkan nasi goreng seperti yang dulu?” pinta Beom
“OK! Tapi syarat nya kau harus mentraktirku makan malam di restoran! Deal..?”
“Heh.. bagaimana bisa, sepiring nasi goreng di setarakan dengan makanan restoran?!” protes Beom sambil manyun
“Yah.. itu seh terserah! pilihan ada di tangan mu!” Minho dengan evil smile nya.
“Cih.. PEMERASAN!”
“Hahahaha…” Minho tertawa penuh kemenangan lalu beranjak menuju dapur. Beom  mengambil kertas yang tadi di lipatnya sambil sekilas melirik kearah Minho kemudian menyimpan kertas itu di bawah kolong sofa.



*Continue

Seperti biasa Saran dan Kritinya Reader!!

Jumat, 04 Februari 2011

FF/I Hate Namja/Angst,Romance/Choi Minho/Chapter/Part 2


Author : Ulie Aya’aya Wae
Title     : I Hate Namja
Genre   : Angst, Romance

Cast :

Beom
Choi Minho
Kyuhyun & Kang Hyori ( Ortu Beom)
Kim Jae



Pagi hari di apartment Minho

Sinar matahari yang tembus melalui jendela membuat Boem terbangun. Matanya sembab hingga susah untuk dibuka lebar. Di perhatikannya sekeliling yang tampak berbeda dari biasanya, dinding bercat sky blue membuat suasana ruangan itu terasa adem dan damai
“Dimana aku..??” gumamnya
*TREENG!!
Beom langsung menghampiri sumber suara itu. Suara benda yang terjatuh itu membawa langkah Beom menuju dapur. Jalannya sedikit pincang akibat rasa sakit di telapak kakinya ditambah tubuh yang terasa pegal di sana sini. Terlihat Minho sedang sibuk dengan masakannya. Beom memperhatikan sambil bersandar diantara penghalang pintu dan melipat kedua tangannya di dada layaknya seorang majikan yang mengawasi bawahannya hehe..
“Morning..” sapa Minho dengan senyuman manisnya. Beom membalas nya dengan senyuman yang agak di paksakan
“Apa nasi gorengku membuatmu terbangun??” ujar Minho sambil menata masakannya itu di meja makan.
“Berisik!!” keluh Beom sambil melirik ke peralatan masak
“Aku sengaja menjatuhkan nya supaya kau terbangun!” Minho terkekeh
“Ayo sarapan..” ajaknya.
Beom langsung duduk dan menyantap nasi goreng itu tanpa merasa sungkan. Suapan demi suapan berhasil masuk dengan cepat. Perut nya terasa perih karena tidak di isi dari kemarin. Minho hanya melongo melihatnya.
“Pelan-pelanlah nanti tersedak!” Minho menyodorkan air minum
“Nasi gorengmu ENAK! Kenapa tidak jualan saja??” candaan Beom membuat Minho tertawa kecil. Kekhawatirannya sedikit berkurang karna mood Beom sudah kembali normal, bukan lagi Beom yang putus asa dan kacau seperti kemarin.
Setelah sarapan Beom duduk di sofa sedangkan Minho mengambil kotak obat
“Angkatlah kakimu..!” Minho duduk di samping Beom
“Eh…??” Beom mendongak
“Kalau ga di obati nanti bisa infeksi!!” Minho mengangkat paksa kedua kaki Beom kemudian diletakkan dipangkuannya. Beom jadi duduk menyamping sedangkan Minho duduknya sedikit bergeser. Minho mengoleskan obat anti septik pada luka di telapak kaki Beom, terlihat kulit-kulit ari nya mengelupas dan goresan luka-luka kecil di seluruh kakinya.
“Aww..” Beom meringis kesakitan. Minho mendongak lalu mengoleskan anti septik itu sambil meniup pelan lukanya
“Sekarang sikutmu… lipatlah kemejannya!!” tambahnya. Beom melipat lengan kemeja panjangnya. Lipatannya terhenti saat Beom menyadari sesuatu yang aneh
“Heh..? bajuku..??” Beom kontan melipat kakinya yang terlentang serta melipat kedua tangannya di dada berbentuk hurup X saat menyadari bajunya berbeda dari yang kemarin di kenakannya


Flashback
Minho POV..

Aku harap Beom bisa beristirahat di rumahnya. Kejadian hari ini benar-benar membuatnya tertekan. Hari sudah terlalu malam jadi aku mengantarkannya pulang lalu memapahnya masuk kedalam rumah. Tatapan cemas dari Ny.Hyori sangat terlihat jelas tap[ berbanding terbalik dengan tatapan Tn.Kyuhyun yang tampak kecewa dan penuh amarah. Tanpa di sangka Tn.Kyuhyun menampar Beom dengan sangat keras sehingga membuatnya langsung kabur keluar. Aku juga terkena imbasnya,
*BUUGK!!
Satu pukulan Tn.Kyuhyun mendarat di pipiku, untungnya pukulan itu sedikit meleset karna aku mengelak jadi tidak membuatku terluka. Dia mengira Beom meninggalkan pernikahannya karena ingin hidup bersamaku. “Hehe.. lucu sekali! Seandainya itu benar, aku sangat senang sekali karna itulah harapanku, bahwa Beom mencintaiku!!”
Aku langsung menyusul Beom setelah menjelaskan secara singkat kejadian sebenarnya pada mereka (Ortu Beom). Aku melihat Beom berlari tanpa memperdulikan lalu lalang kendaraan yang ramai. Aku terus mengejarnya, aku sangat kaget saat salah satu mobil hampir menabrak Beom. Aku menghampirinya, mendekapnya kemudian membawanya kepinggir jalan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya hingga membuat kami basah kuyup. Aku hendak mengantarkan Beom kembali kerumahnya, tapi dia menolak lalu akupun membawa Beom ke apartment ku . sesampainya di apartment, dia langsung terlelap. Aku menghubungi Kimjae yang tinggal di gedung yang sama dengan apartment ku  dan menyuruhnya untuk menggantikan pakaian Beom. Hari ini benar-benar sangat melelahkan, aku merebahkan tubuhku di sofa sampai akhirnya terlelap dan merelakan kasur empukku hanya untuk Beom seorang.

End POV


“Si..si..siapa yang menggantikan bajuku??” ucap Beom gagap
“Menurutmu..??” Minho mendelik tajam
“Apa kau juga lupa kalau kita melakukan ‘itu’ semalam??” tambahnya sambil tersenyum nakal dan mengedipkan satu matanya *Wink
“MWO..? A.k.u.. d.a.n.. k.a.u..??” Beom terlihat shock dan wajahnya berubah menjadi pucat.
Sejenak mereka terdiam, Beom mencoba mencari kebenaran di mata Minho sedangkan Minho menatap Beom dengan pandangan yang serius.
“HAHAHAHA…” tiba-tiba keheningan itu pun pecah, Minho tertawa terbahak bahak sambil memegang perut nya.
“YA!!” bentak Beom saat menyadari dirinya di bohongi. Beom memukul-mukul tubuh Minho.
“AWW.. ampun.. ampun..!” rengek Minho tapi Beom tidak menggubrisnya, dia terus memukul Minho dengan murka. Tiba-tiba Minho tidak sengaja mendorong keras kedua bahu Beom sehingga tubuhnya jadi tersungkur ke tepi sofa. Posisi Beom jadi terjebak diantara kedua lengan Minho. Tubuhnya tidak bisa di gerakan karna tubuh Minho hampir merapat padanya. Minho tertawa kecil karna berhasil membuat Beom berhenti memukulnya sedangkan Beom soak karna Minho hampir menindih tubuhnya. Pandangan mereka saling membaur, jantungnya mendadak berdetak kencang. Sejenak mereka terdiam dalam posisi seperti itu, Minho menatap Beom dengan tajam.
“Seandainya tadi malam aku melakukan ‘itu’.. apa kau bersedia menikah denganku??” ucapnya pelan
*Glek… Beom menelan ludah, tubuhnya menjadi panas dan pipinya memerah seperti udang rebus.
*TING…TONG…
Suara bel membuyarkan mereka. Minho tersenyum manis dan mengacak-acak rambut Beom kemudian beranjak dari sofa menuju pintu. Seorang yoeja bernama Kimjae datang dengan membawa paper bag. Dia hanya melangkah 2 kali,melirik ke arah Beom lalu tersenyum padanya. Beom hanya mengangguk sebagai sapaan.
“Agasshi.. aku lihat di tubuhmu banyak sekali luka.. kalau perlu ke dokter lah!!” usul Kimjae
“Ne.. kamsahamnida..”
“Tidak perlu.. Beom hanya butuh DOKTER MINHO!!” sambung Minho sambil menunjuk diri nya sendiri sambil terkekeh. Beom melotot ke arahnya sementara Kimjae hanya tersenyum simpul.
“Oppa.. aku harus kerja!” ucapnya sambil menyerahkan paper bag berisi baju pengantin Beom pada Minho
“Agasshi cepat sembuh! Annyeong..” tambah Kimjae berpamitan. Beom hanya mengangguk.
“Fiuuhh..” Beom mendesah pelan sambil mengusap dadanya
“WAE..? apa kau KECEWA karna bukan aku yang melucuti bajumu? Hahaha..” ejek Minho sambil melangkah menghampiri Beom
“YA.. MINHO-SSI!!”  bentak Beom sambil melepar bantal sofa ke wajah Minho. Merekapun lalu tertawa dan bercanda seperti biasanya



3 Bulan kemudian

Beom Diary..
Semilir angin membelai wajahku dengan lembut dan membuat rambutku seolah menari-nari di sore yang cerah itu. Perasaan yang benar-benar menyenangkan, pernikahan yang gagal tidak membuatku terpuruk selamanya. Masih ada cinta yang datang untukku, cinta yang tanpa di sangka sangat besar dan tulus. Cinta dari teman terbaikku, CHOI MINHO!


Senyuman manis tersungging di bibir Minho saat melihat Beom dari kejauhan. Tangannya dilambaikan seolah memanggil Beom untuk mendekat.
“Gimana..??” tanya Minho saat Beom tiba di hadapannya.
“Di tolak!!” keluh Beom yang langsung masuk ke dalam mobil. Minho ikut mengikutinya.
“Coba ku baca..” Minho mengambil map berisi lembaran kertas yang di genggam Beom tapi dia merebutnya kembali.
“Andwee.. kau boleh baca! kalau INI..?” Beom mengacungkan lembaran-lembaran kertas itu “Sudah menjadi sebuah novel!” tambahnya.
“Aiisshh.. siapa tahu aku bisa bantu dan mengoreksi kekurangannya!” ucap Minho menyarankan tapi itu malah membuat Beom cemberut dan tambah kesal.


Beom POV..

Lagi-lagi aku meminta Minho menjemputku. Dia tersenyum manis dan melambaikan tangannya padaku saat aku keluar dari kantor penerbit. Dia bertanya tentang hasil nya tapi karena kesal aku hanya menjawabnya singkat lalu masuk kedalam mobil. Minho mencoba merebut dan membaca naskah novelku, tapi aku tidak membiarkannya. Huh.. bagaimana aku bisa membiarkan Minho membaca naskahku yang semua isi nya bercerita tentang kehidupannku bersama nya. Pasti dia bakal tinggi hati kalau sampai tahu aku menyukainya dari dulu, tepatnya setahun yang lalu saat aku masih bersama
Kevin.

END POV..


Beom sekarang menjadi seorang penulis. Kegemarannya menulis diary membuat dia jadi lebih kreatif dan mulai menulis sebuah cerita. Cerpen dan cerbung merupakan hasil karya nya yang slalu dia kirim ke sebuah majalah untuk di terbitkan. Tidak terlalu sulit untuknya menulis sebuah cerpen, karna hampir semua cerita yang dia angkat adalah pengalaman nyata yang pernah dia dan teman-teman nya alami. Beom tipikal orang pemerhati, dia lebih senang diam dan mengamati orang-orang daripada berbicara yang tidak penting. Obsesi Beom sekarang adalah membuat novel, walaupun sering di tolak penerbit tapi dia tetap berusaha mencapai itu semua.
2 bulan terakhir hubungan Beom dan Minho semakin dekat. Minho sudah menjadi supir pribadi yang slalu mengantar dan menjemput Beom disaat dia ada keperluan. Minho bahkan memberikan kode apartment nya supaya Beom bisa dengan leluasa bolak balik ke apartment nya. Beom memerlukan tempat yang tenang untuk menulis, dan pilihan nya jatuh pada apartment Minho sebagai tempat ideal nya. Tidak ada komitmen hubungan diantara mereka, hanya saling berbagi dan mengisi kekurangan masing-masing, tentu nya perasaan saling mencintai dan menyanyangi yang semakin tumbuh besar di antara mereka sekarang. dan sejak kedekatan itu Beom memanggil Minho dengan sebutan OPPA.


Setelah dari kantor penerbit Minho langsung mengantarkan Beom ke sebuah cafe yang berada di salah satu mall. Di sana sudah ada Kang Hyori yang sedang duduk sendirian. Mereka sudah janjian untuk makan siang karena hari ini adalah hari pernikahan orang tua Beom yang ke25 tahun. Beom sengaja merencanakan makan siang ini untuk memberikan kejutan pada orang tua nya.
“Annyeong…” sapa Minho pada omma nya Beom, Kang Hyori. Hyori hanya mengangguk
“Omma.. mana appa??” tanya Beom saat hendak duduk.
“Emh.. appa mu ada keperluan mendadak jadi tidak bisa datang!” jawab Hyori dengan raut muka yang sedikit kecewa
“Ayo kita pesan saja.. omma sudah lapar!” tambahnya sambil melambaikan tangan kearah pelayan
“Yaaahhh…padahal ini kan untuk perayaan pernikahan omma dan appa” Beom mendesah pelan.
“Wae..?” Hyori mendelik
“Aniyo..” Beom mengelak lalu mengalihkan pembicaraan.
Makan siang itu dijadikan kesempatan untuk Hyori bertanya tentang hubungan Beom dan Minho kedepannya. Hyori slalu ingin bukti keseriusan Minho terhadap anaknya itu, Hyori ingin melihat Beom cepat menikah dan memberinya seorang cucu. Tapi Beom tetap pada pendirian nya bahwa dia dan Minho hanya sekedar teman dekat, dan jawabannya itu slalu membuat Minho kecewa.
Setelah makan siang selesai Minho langsung menuju parkiran untuk mengambil mobil sedangkan Beom dan Hyori menunggu di pintu depan mall. Lumayan lama mereka menunggu, hilir mudik orang-orang menjadi pemandangan tersendiri untuk mereka. Sesekali Beom berbisik pada Hyori tentang orang-orang yang di lihat nya.
“Omma.. lihatlah yoeja berbaju merah itu” Beom mendekatkan suaranya ke kuping Hyori sambil melirik ke yoeja yang berdiri kira-kira dua meter di samping ommanya.
“Wae..?” jawab Hyori sedikit berbisik
“Pacar nya om-om, botak lagi hehe..” ucap Beom saat melihat yoeja itu dicium oleh namja yang umurnya sepantaran dengan appa nya. Beom segera mengalihkan pandangannya ke depan saat yoeja itu mendongak kearah nya.
“Ssstt… yoeja itu berjalan kearah kita!!” Hyori mencubit lengan Beom. Beom melotot dan membuka mulutnya seraya berkata “Aw..”
“EHEM..” yoeja itu berdeham dan menatap sinis saat ber pas-pasan dengan Beom, sementara Beom pura-pura so sibuk berbincang dengan omma nya. Kemudian setelah yoeja dan pasangannya itu berlalu Beom hanya terkekeh geli. Beom masih melihat ke samping kanan dan memperhatikan pasangan beda usia itu.
“Sayang! cantik-cantik ko mau sama OM-OM!” gumam Beom dalam hati. Tiba-tiba matanya beralih pada seorang namja separuh baya yang hendak masuk ke mall lewat pintu samping. Beom serasa mengenal namja itu, dia menyipitkan mata nya untuk memperjelas pandangannya yang sedikit kabur.
*Tiiiiiddddd….
Suara klakson membuyarkan pandangan Beom. Minho melambaikan tangan di dalam mobil itu.
“Kaja..” ajak Hyori. Beom menghampiri mobil Minho sambil sesekali menengok ke belakang
“Beom-ah.. masuklah!!” ajak Minho
“Waeyo..??” sambung Hyori yang merasa aneh dengan tingkah anak nya itu
“Oppa.. tolong antar dulu omma, aku masih ada perlu!” ucapnya tiba-tiba
“Heh..? Wae..?” Minho dan Hyori saling melirik heran
“Gwenchana omma.. cuma ada sesuatu yang harus aku beli!” Beom memegang bahu Hyori dan melirik tajam kearah Minho seolah memohon untuk menuruti perintah nya.
“Nanti telepon yah!” tegas Minho
“Ye.. oppa!” Beom langsung berlari ke dalam mall setelah mobil Minho melaju.
Beom mempertajam penglihatannya ke sekeliling mall. Memasuki tiap toko untuk mencari namja separuh baya yang mengenakan kemeja putih berpolet biru tadi. Beom berdiri dan terdiam di tengah-tengah, matanya di fokus kan melihat orang-orang sekaliling, di depan, belakang, samping kiri, samping kanan, mata nya terus menjelajahi tiap sudut mall.
“Apa aku salah lihat..?” gumam Beom dalam hati. Napas nya mendesah pelan lalu tertunduk. Dilangkah kan kaki nya perlahan dan terhenti saat melihat sepasang kaki yang menghalangi jalannya. Beom mendongak dan melihat orang yang sekarang berdiri di hadapannya.
“Kau..??” orang itu mengarahkan telunjuk nya tepat di depan hidung Beom.
“Mianhae..” Beom sekilas menatap orang itu lalu tanpa sengaja pandangannya mengarah ke lantai 2 dan menemukan sosok yang dari tadi di cari nya. Beom langsung berlari dan menaiki lift tanpa menghiraukan panggilan orang itu yg merasa mengenalinya. Beom terus membuntuti namja separu baya itu sampai ke food court dan saat terlihat wajah nya dengan jelas, dia baru yakin kalau namja itu benar-benar appa nya sendiri, Cho Kyuhyun. Beom langsung mendekati appa nya, tiba-tiba matanya terbelalak dan langkahnya terhenti seketika.

“Mworago..?? A.P.P.A..?!”



*Continue…

Please Kritik & Sarannya Reader!!