Author : Ulie Aya’aya Wae
Title : I Hate Namja
Genre : Angst, Romance
Cast:
Park LieBeom aka Beom
Choi Minho
Kimjae
Kyuhyun & Hyori (Orang Tua Beom)
Lee Taemin (Cameo)
Sooyoung (Cameo)
Part sebelumnya:
Beom POV
Kemelut ini membuatku ingin mengakhirinya. Aku berkunjung dipagi buta untuk melihat Minho oppa, aku terpaku cukup lama memperhatikan tidur nya kemudian meninggalkan satu pesan untuknya. Aku pergi ke balkon di gedung itu, aku menghirup udara segar yang membuat tubuhku menggigil kedinginan. Aku memandang pusat kota yang masih diselimuti kabut.. melihat langit.. melihat sang surya yang masih malu-malu untuk merangkak dari peraduannya. Aku mulai duduk dengan manis dan menengadahkan tangan kiriku.. memegang pergelangan tangannya dan meraba halus dengan jari-jari tangan kananku.. mataku berubah sayu, tapi aku masih bisa melihat jelas dan menatap dalam-dalam sekitar telapak tangan kiriku. Tangan kananku mulai merogoh benda kecil tajam dalam sakuku, kemudian memotong kuku jari kiriku dengan silet tajam itu.. beberapa potongan melenceng hingga mengiris kulit disekitar kukunya sampai membuat jariku berdarah.
“AWW…” rasanya perih saat luka itu mulai tertetesi air mataku yang tanpa komando jatuh begitu saja. Aku menghisap jariku, dan kurasakan darah segar masuk dalam tenggorokanku.. aku mengacungkan silet itu, memcoba membersihkan darah yang menempel dengan baju putihku. Aku tersenyum getir dan aku mulai memainkan kembali benda tajam itu, aku memiringkannya kemudian membuat gerakan keatas kebawah seraya meraba lenganku yang halus.. dan disaat silet itu tepat diatas pergelangan urat nadiku.. aku merubah posisi silet itu menjadi tegak berdiri..
*SREEETTT… aku menggoreskannya hingga nadiku terputus, darah langsung mengalir.. sebagian ada yang muncrat mengenai wajahku. Aku melepaskan silet itu dan mengelap asal percikan darah pada wajahku. Tiba-tiba aku merasa lelah.. lengan kiriku seolah mati rasa, aku tidak bisa menggerakan nya sedikitpun. Aku meraba luka goresan itu dengan jari-jari kananku kemudian menekannya kuat hingga darahnya mengalir semakin deras sampai mengotori hampir seluruh bajuku. Aku tergeletak seketika.. mataku lambat laun mulai kabur.. remang-remang aku melihat Minho oppa mendekapku terus mengguncang-guncangkan tubuhku.. aku melihatnya menangis, air matanya jatuh tepat diwajahku dan sayup-sayup aku mendengar dia memanggilku..
“Mianhae oppa.. ini terakhir kali nya aku membuatmu menangis” ujar batinku dan setelah itu aku menyunggingkan senyum termanisku...
“ANDWEEEEE…..”
**
Message To Minho From Beom
“Oppa.. diary sapphire blue itu mencerminkan hatiku, saat mulutku suah untuk berucap maka diary itulah perantaraku berbicara.. hampir semua isinya bercerita tentang kita, tentang hatiku.. perasaanku dan juga cintaku terhadapmu. Sekarang Oppa tidak perlu menekuk wajah lagi saat aku hanya bilang kau adalah temanku, sebenernya dalam hatiku kau lebih dari sekedar teman.. kau adalah cahaya dalam gelapku.. kau adalah matahari yang slalu menghangatkan tubuhku.. kau adalah segalanya bagiku, Oppa.
Mianhae aku terlalu egois menyatakan cintaku seperti ini, sesungguhnya aku hanya membuatmu terluka, karna aku tidak bisa ada untukmu, mungkin saat Oppa baca pesan ini, aku sudah berada di alam lain. Mianhae.. jeongmal mianhae, Oppa
Berbahagialah karna masih banyak orang yang mencintaimu, jadi hiduplah dengan baik demi mereka.. SARANGHAE…”
Musim semi telah tiba.. bunga-bunga merekah dengan berbagai warna yang indah.. burung-burung bernyanyi dengan merdunya.. awan-awan putih terhampar luas bagaikan salju yang mencerahkan langit.. semilir angin membelai dedaunan seolah membuatnya menari.
Hyori melangkah penuh semangat, berjalan menuju ruangan meja hijau yang akan merubah hidupnya.. berharap meraih suatu kebahagiaan yang kemarin-kemarin belum sempat ia dapatkan.
TOK!!
TOK!!
TOK!!
Ketukan palu Hakim telah membuat hati Hyori yang tadinya was-was menjadi lega, senyuman manis seketika terkembang di wajahnya. Yah.. dia telah berhasil meraih impiannya untuk berpisah dengan Kyuhyun, sekaligus menjadi pembuktian keseriusannya dalam menanggapi pesan yang telah di tinggalkan Beom saat itu.
“Omma.. kesabaranmu dalam menjalani hidup ini merupakan contoh yang yang paling luar biasa untukku. Omma masih bisa tersenyum disaat semua hardikan terngiang-ngiang di telingamu.. omma masih bisa tenang disaat seutas tali hampir mencekik lehermu.. omma masih bisa ikhlas disaat sebuah pisau mencabik-cabik dagingmu. Omma.. aku bisa merasakan saat hatimu rapuh, sungguh pengorbanan yang sia-sia untukmu disaat kesabaran, keikhlasan dan pengabdianmu tidak dianggap sama sekali. Omma.. aku mohon jangan terus berpura-pura tegar didepanku.. jangan pura-pura senyum saat dihadapanku, menangislah.. saat tangisan itu bisa menghilangkan sedikit bebanmu, marahlah.. saat marah itu bisa meluapkan kekesalanmu. Omma.. jangan pernah menganggap bahwa semua kepedihan yang terjadi adalah takdir hidupmu.. berusahalah untuk merubah nasib itu, raihlah dengan tanganmu.. raihlah kebahagiaan itu..
Seandainya pisah dengan appa bisa membuatmu bahagia, maka aku akan slalu mendukungmu karna itu adalah harapanku”
Hyori meninggalkan ruang persidangan itu dengan hati yang tenang, tidak ada penyesalan sedikitpun. Hatinya sudah mantap memilih jalan cerai untuk hidupnya, terlebih untuk anaknya. Yup.. Hyori sangat puas karna dia telah mengabulkan permintaan Beom.
Hyori langsung pergi menemui seseorang, dia adalah salah seorang penyemangat sekaligus cahaya untuknya selama 3 bulan belakangan ini. Dia sangat perhatian dan mampu membangkitkan Hyori dari keterpurukannya. Orang itu telah membuat Hyori jatuh cinta, dia adalah Direktur salah satu Bank swasta di Seoul , namanya Lee Taemin
“Bangunlah.. sudah pagi!” bisik Minho padanya. Yoeja itu menggisik matanya lalu menggeliatkan tubuhnya, seketika senyuman langsung mengembang diwajahnya saat melihat namja yang dicintainya berada di hadapannya.
“Morning.. oppa..” sapanya pada Minho
“Cepat mandi, lalu kita sarapan!” Minho membantu yoeja itu bangun lalu menyeretnya kekamar mandi. yoeja itu langsung menuju meja makan setelah hampir 20 menit bermain busa di kamar mandi
“Oppa, semalam.. tidur di sofa lagi??” tanyanya yang dibalas dengan anggukan oleh Minho
“Oppa, lain kali.. kita tidur bersama saja!!” godanya yang membuat Minho tersedak mendengarnya.
“Bukannya suatu saat kita akan hidup bersama.. tidur bersama.. dan tinggal bersama??” Minho terdiam mendengar pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh yeoja dihadapannya itu. Minho takut jawabannya akan merusak senyuman yang terkembang di wajah yeoja itu.
“Makanlah, kalau sudah dingin maka tidak akan enak lagi!” Minho hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kemudian langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa berkomentar tentang penyataan yang dilontarkan yeoja itu.
“Oppa, apa kau tidak bisa melupakannya??” lagi-lagi pertanyaanya membuat Minho terdiam dan menghentikan langkahnya seketika, sementara si yeoja langsung menghampiri Minho dan memeluknya dari belakang.
“Bisakah, aku menggantikan posisi Beom, dihatimu??” tambahnya sedikit berbisik
Kejadian saat itu membuat shock, entah apa yang ada dipikiran Beom sampai dia nekat melakukan hal BODOH seperti itu. Rasanya napasku terasa berat saat melihat Beom tersengal-sengal dipangkuanku.. otakku buntu sampai tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat darah mengalir deras di pergelangan tangan Beom. Aku sangat terpukul dengan kejadian itu, aku sangat takut kehilangan Beom.. takut tidak bisa bermain lagi dengannya.. takut tidak bisa melihat lagi senyumannya.. takut tidak bisa lagi bersamanya.
Sekarang semua ketakutan itu sirna, tapi TETAP aku tidak bisa memilikinya, karna aku telah memilih yeoja lain, dia adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa Beom. Yup.. aku telah membuka hatiku untuk yeoja itu, yeoja yang slama 7 bulan ini slalu disampingku
Kimjae-ssi, yah.. itulah namanya, dan aku akan berusaha untuk mencintainya!!
END POV
Kimjae POV
Entah apa yang membuatku ingin menolongnya, padahal aku tidak begitu menyukainya karna bagiku dia adalah sainganku. Entah karena wajah pucatnya saat itu atau tangisan Minho oppa terhadapnya yang akhirnya membuatku rela mendonorkan darah AB-ku untuknya. Ini semuanya demi Minho Oppa, aku tidak rela melihat dia terus mengangisinya, aku hanya ingin Minho Oppa bahagia..
END POV
Flashback
“Kita kehabisan stok darah, adakah dari pihak keluarga yang bergolongan darah AB??” tanya seorang Dokter yang baru keluar dari ruang pemeriksaan pada beberapa orang yang sedang menunggu diluar. Hyori mengangkat tanganya sebagai jawaban
“OK! Suster tolong diperiksa, setelah itu baru diambil darahnya!!” perintah Dokter itu pada Suster yang ada di sebelahnya
“Ne..” Suster itu langsung membawa Hyori keruang sebelahnya untuk di check up. Setelah 30 menit Suster itu kembali dan melaporkan bahwa Hyori tidak bisa menjadi pendonor karna dia mederita amnemia, seketika suasana kepanikan semakin mencekam, terlihat para Dokter dan Suster sedang sibuk menghubungi rumah sakit lain untuk meminta bantiuan darah. Sementara keadaan si pasien semakin kritis, dia harus sesegera mungkin mendapatkan pendonor karna dia telah kehilangan banyak darah dan bisa membahyakan nyawanya. Di tempat yang berbeda Hyori sedang berdoa untuk kesembuhan anaknya, air matanya mengalir deras memohon pada Tuhan dengan khusyuk, sementara diruang tunggu Minho tampak sangat panik, dia hanya mondar-mandir ga karuan, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, matanya mulai berkaca-kaca dan raut wajahnya terlihat sangat lelah.
“Oppa.. gwenchanayo??” tanya seorang yeoja sambil menepak pundak Minho. Minho menatap sekilas dan tersenyum pahit padanya
“Ottoke..??” ucapnya penuh kekhawatiran
“Kalau darah AB itu tidak segera didapatkan, a.. apa Beom tidak bisa terselamatkan??” tanya yeoja itu dengan keraguan dan terbata-bata
“Mudah-mudah pihak rumah sakit bisa segera menemukan pendonornya, apapun akan kulakukan untuk membayar jasanya!!” ucap Minho penuh harapan
“Apa kau bisa mencintai, pendonor itu??” ucap yeoja itu dengan pelan tapi masih bisa terdengar jelas oleh Minho
“Heh,,,,?” Minho mengeritkan dahinya dan menatap tajam, mencoba mencerna dan memahani maksud yang di sampaikan yeoja yang sekarang duduk di sampingnya itu.
“Darahku, AB!”
End flashback
Dokter’s POV
Aku percaya kalau semua yang terjadi padaku adlah sebuah takdir. Takdir telah mempertemukannku dengan si yeoja bermuka masam yang bernama Beom. Yah begitulah saat temannya memanggil dia. Pertemuaan pertama, saat dia hendak tertabrak mobilku.. yah, malam itu aku masih mengingatnya dengan jelas, si yeoja bodoh itu berlari melintasi jalanan dengan pakaian pengantinnya tanpa menghiraulkan kendaraan yang lalu lalang. Rasanya saat itu aku ingin menghardiknya, tapi disaat aku melihat ekspresi wajahnya tiba-tiba aku merasa iba. Penampilannya yang kacau membuatku ingin menolongnya. Sejak kejadian itu aku selalu penasaran terhadapnya. Entahlah, hal apa yang membuatku merasa seperti itu.
Pertemuaan kedua malah dia yang hendak menabrakku, dia berjalan di mall seperti orang linglung, wajahnya terus di tekuk ke bawah tanpa melihat kedepan. Sebenernya aku sengaja berdiri menghalangi jalannya karna ingin menyapanya, saat itu dia hanya menatapku sekilas kemudian bergegas lari ke lantai 2 mall itu.
Pertemuaan ketiga saat ditaman, aku melihatnya menyodorkan air mineral ke adikku, entahlah mulainya dari mana sampai mereka terlihat sangat akrab. Untuk pertama kalinya aku melihat dia tersenyum.. sungguh senyuman yang sangat manis sampai membuat hatiku bergetar. Pagi itu dia benar-benar sangat cantik walaupun wajahnya terlihat lelah. Emh.. pagi yang singkat, lagi-lagi aku tidak sempat berkenalan dengannya, dia buru-buru pergi setelah menerima panggilan telepon, mungkin telah terjadi sesuatu padanya. Menjelang malam aku melihatnya kembali duduk di trotoar sambil menangis.. benar-benar pemandangan yang mengkhawatirkan. Senyuman manis saat pagi hari sudah berubah menjadi tangisan, sama percis saat pertama kali aku melihatnya, terlihat rapuh dan tertekan. Aku mencoba menghiburnya, menyodorkan sapu tanganku sambil berkata “hapuslah.. aku sangat benci melihatmu menangis!” tidak disangka perkataanku itu malah membuatnya sangat marah, jujur bukan maksudku seperti itu.. aku hanya ingin melihatnya tersenyum.. tersenyum dengan bahagia.
“Aku melihat pemandangan yang begitu indah diwajahnya, bahkan ketika aku menutup mata, aku bisa merasakannya dalam hatilu”
Tujuh bulan sudah aku bersamanya, aku selalu disampingnya.. menjaga dan merawatnya, lebih tepatnya setiap hari aku mengontrol perkembangan kesehatannya. Yup.. sekarang Beom adalah pasienku, orang yang beberapa bulan lalu telah melakukan percobaan bunuh diri. Masa kritis dan penyembuhan lukanya hanya berlangsung satu bulanan, tapi sekarang dia masih bersamaku di rumah sakit. Dia mengalami despresi berat, dia tidak pernah lagi berbicara, tatapannya kosong, dan tubuhnya seolah takbertenaga, hanya kursi rodalah perantaranya untuk bergerak, dan aku adalah orang yang slalu setia mendorong kursi rodanya itu.
Pagi ini seperti biasa aku memulai aktivitasku, hari senin yang sebagiaan orang membencinya, aku malah sangat semangat untuk sesegera mungkin mengenakan jas putih kebanggaanku, berkutik dengan obat-obatan, suntikan, stetoskop, termometer, tensi meter dan lainnya. Bersemangat, terlebih karna aku akan segera menemuinya. Setiap hari melihatnya membuat rasa penasaranku selama ini hilang, dan yakin bahwa dia adalah si love, yah.. begitulah aku mengingatnya.
10 tahun yang lalu,
Aku segera pulang saat mendapat kabar omma-ku kecelakaan, suasana dirumah sangat ramai dengan saudara dekat yang menjenguk. Terlihat seorang yeoja asing berada diantara kerubunan para tamu. Entahlah siapa namanya, aku terlalu mencemaskan keadaan omma sampai tidak sempat menyapanya. Menurut kabar yang kudengar yoeja itu adalah orang yang telah membantu ommaku saat terjadi kecelakaan, dia juga orang yang telah membiayai pengobatan rumah sakit sekaligus orang yang mengantarkan omma pulang. Saat itu omma terjatuh dari sepeda motor nya karena ulah copet yang merampas tas nya hingga membuat motornya oleng, omma langsung dirujuk ke rumah sakit, tapi pihak rumah sakit tidak segera mengobati luka-nya karena alasan administrasi yang belum diurus, Beom-lah yang mewakili dan mengurus semuanya, dan sejak kejadian tersebut aku sangat terobsesi menjadi seorang Dokter, Dokter yang tanpa pandang bulu menolong pasien yang kesulitan dalam biaya.
Dia langsung berpamitan setelah beberapa menit berada dirumahku, aku hanya tersenyum kearahnya dan membiarkan dia pergi tanpa mengucapkan tanda terima kasih sedikitpun.
“Love!!” gumamku saat melihat tanda lahir berbentuk eceng di bawah telinga sebelah kanannya.
**
Waktu yang kunantikan akhirnya tiba, menjalankan tugasku sebagai Dokter dan memanfaatkan sedikit waktu luangku dengan cara menemaninya. Aku masuk ke kamarnya sambil membawa mawar ke-150 untuknya, sudah hampir 4 bulan aku selalu memberikannya mawar, selain untuk mengharumkan ruangan, mawar itu juga sebagai tanda bahwa aku serius menyukainya dan ingin segera melihat kesembuhannya, aku memeriksa kesehatannya dengan sangat teliti, berharap ada satu kemajuan dari sebelumnya.
“Annyeong..” sapaku setelah memeriksa tubuhnya, aku duduk di tepi ranjang kemudian menggenggam tanganya.
“Beom-ah, berjuanglah.. sembuhlah.. apa kau tidak kasihan dengan omma dan temanmu yang slalu menitikan air matanya saat menjengukmu.. bangkitlah, demi orang-orang yang mencintaimu, Beom” tatapannya kosong, wajahnya tidak menggambarkan ekspresi sedikitpun tapi aku terus mengajaknya bicara, bercerita tentang sesuatu yang tidak penting sekalipun untuk kesembuhannya.
“Aku sangat ingin mengenalmu, mendekatimu, membawamu kerumah dan mengenalkannya pada omma. Omma pasti akan senang melihatmu, omma dari dulu slalu ingin memberimu cake buatannya sebagai tanda terima kasih”
“Beom-ah, jebal.. sembuhlah!!” tiba-tiba buliran air mata jatuh dipelupuk mataku, entah rasa iba atau rasa sayangkuyang lambat laun semakin besar. Perasaan yang aneh, mencintai seseorang yang belum aku kenal, walaupun setiap hari aku mengajaknya bicara, tapi tidak ada reaksi sedikitpun darinya. Dia tetap pada pendiriannya, hidup seperti patung dan seperti mayat hidup. Entah rasa penasaran atau cinta yang sekarang aku rasakan, yang pasti aku selalu rindu saat jauh darinya dan selalu sesak saat melihat penderitaannya.
KREK!!
“Annyeong..” seorang Suster masuk membawakan makanan dan obar untuk si pasien. Aku dengan cepat menyeka air mataku, lalu meletakan mawar yang tadi aku bawa kedalam vas
“Dok, apa anda yang akan menyuapinya??” tawar Suster yang bernama Sooyoung. Dia telah terbiasa dengan perhatiaan lebihku terhadap si pasien. Prediksi Sooyoung yang selalu membuatku terkekeh adalah ramalan asalnya yang bilang kalau aku berjodoh dengan si pasien dan akan selalu terikat selamanya. Awalnya aku menanggapi secara dingin, aku tidak pernah percaya dengan yang namanya ramalan, tapi sekarang aku selalu bertanya-tanya, apakah mungkin? Yang pasti aku sangat mengharapkannya
“Dok, apa anda yang akan menyuapinya??’ tanya Sooyoung untuk kedua kalinya yang membuat lamunanku buyar
“Eh.. kau saja! Aku masih ada kerjaan lain!!” jawabku sambil beranjak kearah pintu
“Oh yah Sus, bisakah kau membantuku??” tambahku sambil mendongak kearah suster cantik itu.
“Eh…?” Sooyoung tampak heran dan penasaran terhadap permintaanku
“Nanti sore, tolong.. kau percantik si pasien terus pakaikan dress putih yang ada diruanganku, aku ingin membawanya jalan-jalan” ucapku tanpa basa-basi
“Tapi, Dok!!” timpal Sooyoung yang merasa khawatir
“Tenanglah.. aku hanya membawanya sebentar”
“Ne..” balasnya sambil mengangguk, lalu aku pun melangkah meninggalkan kamar itu.
End Dokter’s POV
Beom POV
Dokter cute itu slalu mengajakku bicara dan bercerita, rasanya aku ingin menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkannya dan menanggapi semua ceritanya. Tapi sayang, mulutku seolah terkunci, suaraku seolah lenyap begitu saja. Aku hanya mampu berkata-kata dalam hatiku, kata-kata yang tidak pernah bisa dia dengar. Hari ini dia menangis dihadapanku, hatikupun menjerit melihatnya, rasanya ingin aku memeluk untuk menghiburnya.
Seorang Suster tiba-tiba datang membawa makanan, Dokter itu pun menunduk dan menyeka air matanya, mereka terlibat obrolan serius yang mengarah tentangku sebelum akhirnya Dokter itu berlalu meninggalkan ruangan. Tiba-tiba air mataku jatuh, air mata yang dari tadi aku tahan akhirnya menetes tanpa komando meluapkan semua perasaanku
“Agasshi.. gwenchana??” tanya Suster itu yang tampak cemas, dia membantu menyeka air mataku lalu tersenyum manis.
“Agasshi, apa kau terharu dengan perhatian Dokter tadi?? Emh.. aku percaya kalian pasti berjodoh!!” tambahnya kemudian
End Beom POV
Dokter POV
Sore hari yang cerah menyambut hatiku yang senang, ini pertama kalinya aku membawa Beom keluar rumah sakit. Walaupun awalnya susah mendapat izin, tapi akhirnya aku berhasil dengan alasan bahwa suasana yangbaru bisa mempercepat kesembuhannya. Aku membawanya ketaman yang sama, tempat terakhir aku melihatnya. Dia mengenakan dress putih selutut yang kubeli seminggu yang lalu, dibagian lengannya sedikit menggelembung bergelombang terbentuk seperti bunga, rambutnya tergerai indah dan sebagian terurai kedepan menutupi bahunya. Aku terus mendorong kursi roda yang ditumpanginya mengelilingi taman sambil bercerita tentang keindahan taman ini. Aku berhenti dibawah pohon besar yang disekelilingnya tumbuh rerumputan halus, aku memboyong Beom kemudian membiarkanya duduk dirumput dan menyandarkan tubuhnya di pohon
“Apa kau masih ingat, kita pernah bertemu ditaman ini??” aku duduk di hadapannya dan mulai berceloteh
“Kita dulu duduk disana!!” telunjukku mengarah pada bangku panjang bercat putih yang dibelakangnya terdapat tanaman bunga
“Saat itu, pertama kalinya aku melihatmu tersenyum, hehe.. rasanya aneh sekali, tiba-tiba hatiku berdebar.. apa kau mempunya magic sampai membuatku seperti itu??” aku terkekeh dan menyipitkan mataku mencoba menyelidik, aku menatapnya dalam-dalam dan senyuman yang tadi tersungging dibibirku lambat laun memudar karna keprihatinanku terhadapnya
“Huh.. rasanya lelah sekali!!” aku mulai merebahkan tubuhku dan meletakan kepalaku dipahanya, nelipat kedua tanganku didada kemudian memejamkan mataku.
“Beom-ah, tahu tidak kalau waktu itu.. saat kau mengangkat panggilan teleponmu, aku sudah bersiap-siap mengeluarkan pinselku untuk meminta nomor ponselmu, tap sayang aku gagal karena kau bergegas pergi saat itu, hehe.. rasanya malu sekali kalau mengingat kejadian itu!”
“Waktu itu aku sangat penasaran terhadapmu, siapa namamu.. dimana rumahmu.. benar-benar sangat ingin mengenalmu.. apa kau tidak pernah merasakan hal seperti itu?? Apa kau tidak pernah ingin tahu siapa namaku?!”
“Harusnya waktu itu, aku memperkenalkan diri terlebih dahulu!!” aku mulai bergumam asal, kurasakan semilir angin membelai wajahku dengan lembut hingga seketika membuatku terlelap.
CLAK!!
Aku seketika terbangun, mataku membulat lebar dan kurasakan belaian halus menyapu rambutku
End Dokter POV
Beom POV
Dia membawaku ketaman, taman yang dulu biasa aku datangi saat perasaanku sedang sedih. Dia membawaku keliling taman kemudian duduk bersantai dibawah pohon. Dia bercerita banyak tentang dirinya, samar-samar aku mulai mengingatnya, tidak disangka kalau dia adalah namja yang pernah membuatku kesal. Rasanya aneh, tiodak saling kenal tapi dia sangat penasaran terhadapku. Dia merebahkan tubuhnya kemudian meletakan kepalanya di pangkuanku, terlihat wajahnya tampak lelah, dia mulai memejamkan matanya dan bergumam pelan, tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas apa yang diceritakannya. Aku mulai terbawa suasana, mataku berkaca-kaca karna terharu lalu seketika air mataku jatuh tepat diatas wajahnya. Dia terbangun, matanya membulat lebar karna shock melihatku menangis, aku tersenyum kearahnya kemudian membelai rambutnya dengan lembut, dia membalas senyumanku dan meraih tanganku kemudian menciumnya.
“Annyeong..” sapanya mencoba memperkenalkan diri
“Jonen Lee Donghae imnida”
…..The End….
baguss banget..
BalasHapusendingnya diluar dugaan ^^
thanks udah baca ^^ baca sequelnya juga yah, yang judulnya GoodBye My Angel hehe..
BalasHapusThanks juga buat kunjungannya, semoga betah ckckc..