Author : Ulie Aya’aya Wae
Title : My Inspiration
Genre : Friendship, Romance
Cast :
Henry Lau
Kim Kibum
Park LieBeom
Park JungSoo aka Teuki ( Ayah Beom)
Bunda Sandra ( Cameo)
Desa Hahoe di Andong merupakan pedesaan kecil di wilayah tenggara Seoul. Desa tersebut diimpit pegunungan-pegunungan yang menjulang tinggi, hamparan sawah yang hijau dan perairan yang jernih. Disana berdiri panti asuhan kecil yang disebut taman surga, yup.. begitulah anak-anak disana menyebutnya. Mereka mendapat ketenangan, kedamaian dan arena bermain yang sangat indah layaknya surga. Tata desa Hahoe sangat terjaga lingkungannya, sangat bersih dan bebas dari polusi, ada taman bunga yang indah, sungai yang jernih dan pohon-pohon yang berbuah lebat.
Anak-anak yang tinggal di panti asuhan taman surga adalah anak yatim piatu yang dari balita sudah di tinggal orangtua-nya. Hampir ada 30 anak yang tinggal disana, sekarang mereka sudah berumur antara 5 tahun sampai 8 tahunan. Mereka sudah seperti keluarga, semuanya saling melengkapi dan harus menjaga satu sama lain seperti yang slalu dikatakan oleh bunda Sandra, pemilik sekaligus pengurus panti.
Hari yang sangat cerah, anak-anak sedang sibuk bermain dihalaman panti. Beberapa anak sedang asik bermain petak umpet dan menyembunyikan diri di tempat-tempat yang tidak terlihat sedangkan dua anak yang di juluki couple chubby sedang serius dengan adegan pernikahan yang sedang dimainkannya
“Would you marry me??” tanya si anak laki-laki sambil menyodorkan cincin hitam yang terbuat dari karet. Si anak perempuan tersipu-sipu malu dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian si anak laki-laki yang biasa dipanggil Mochi itu pun menyematkan cincinnya di jari manis si anak perempuan yang sering diejeknya dengan sebutan bakpau. Merka adalah sepasang anak yang sangat akrab, mereka slalu bermain layaknya orang dewasa, berbeda dengan kebiasaan bermain anak kecil pada umumnya.
“Oppa, mana hadiahnya??” pinta sianak perempuan itu
“Heh..? bukannya kalau orang dewasa menikah hanya dikasih cincin saja??” jawab Mochi dengan polosnya
“Aniyo Oppa, masih ada bulan madu dan hadiah-hadiah yang lainnya yang biasa diberikan saat orang dewasa menikah!”
“Owh…” Mochi membulatkan mulutnya membentuk hurup O
“Tapi Beom, aku tidak punya apa-apa lagi selain cincin itu!” tambahnya sambil menunjuk cincin karet yang sudah tersemat di jari sahabatnya itu.
“Gwenchana.. sekarang kita bulan madu dengan jalan-jalan disana!” telunjuk Beom mengarah pada taman bunga yang bersebelahan dengan tempatnya bermain sekarang.
“Kajja!” ajak Mochi sambil menyodorkan tanganya yang langsung disambut oleh tangan Beom, kemudian merekapun berjalan sambil bergandengan tangan
“Tunggu! Beom, kita lewat sini saja!” Mochi terheti ditengah perjalanan-nya lalu mengajak Beom untuk melewati jalan pintas.
“Eh..? lewat pagar??” tanya Beom untuk memastikan
“Yup! Kalau lewat pintu masuk, kita harus jalan memutar kesana! Terlalu jauh, jadi mending kita loncati pagar ini saja!” Mochi menatap Beom dan mengangkat satu alisnya seolah meminta persetujuan.
“Gwenchana??” tanya Beom khawatir ketika melihat pagar besi penghalang itu lebih tinggi dari tubuhnya dan terlihat tajam dibagian atasnya.
“Gwenchana, kau lihat caraku yah?!” kedua tangan Mochi memegang pagar yang setinggi orang dewasa itu, kakinya mulai menginjak sela-sela pagar terus mengangkat tubuhnya hingga naik, kemudian melangkahkan kaki kanan-nya secara hati-hati, setelah kaki kanannya berhasil bertumpu disela pagar bagian dalam taman, kaki kirinya baru dilangkahkan hingga sejajar dengan kaki kanannya
HAP!!
Mochi meloncat hingga sekarang dia sudah berhasil berada di dalam taman
“Pali! Sebelum ada orang yang melihat!” seru Mochi sambil memberi keyakinan pada Beom. Beom sejenak terdiam, pikiranya dipenuhi dengan ketidakyakinan dan perasaan was-was pada hatinya
“Ayo.. kamu pasti bisa!” tambah Mochi memberi semangat. Beom mulai memegangi pagar dengan kedua tangannya, kemudian kaki kirinya menginjak pijakan disela-sela pagar itu lalu menurunkan kembali kakinya karna ragu. Beberapa kali Beom hanya mengulangnya seperti itu tanpa menganggkat tubuhnya, ada perasaan tidak mampu dan takut yang menyelimuti hatinya, tapi Mochi berhasil memberinya pengarahan sehingga Beom berusaha kembali untuk mencobanya. Beom sekarang sudah berdiri disela-sela pagar, kaki kanannya mulai dilangkahkan melewati ujung pagar yang runcing, sangat pelan dan hati-hati sampai akhirnya kaki kanannya berhasil berpijak disela pagar bagian dalam taman, sekarang tinggal kaki kirinya yang dilangkahkan, tubuhnya pun ikut dimiringkan supaya berhasil melewati pagar tesebut, sangat pelan.. tapi secara tidak terduga kaki kanannya terpeleset
BLESS!
Beom terjatuh hingga kedua matanya tertusuk ujung pagar yang runcing
“ANDWEEE!!” teriak Mochi yang menyaksikan kejadian tersebut
“AWWWW…” Beom histeris dan menutupi kedua matanya yang mengalirkan banyak darah, seketika orang-orang yang mendengar teriakan mereka langsung menuju sumber suara. Mochi terlihat tampak shock, dia hanya terpaku melihat Beom berlumuran darah tanpa bisa berbuat apa-apa, sementara Beom terus menjerit dan meluapkan kesakitannya dengan menangis. Beberapa menit kemudian orang-orang berhamburan menghampiri mereka dan langsung membawa Beom ke rumah sakit.
**
Setelah kepulangannya dari Rumah sakit seminggu yang lalu Beom hanya mengurung diri di kamar, bahkan Mochi sahabatnya pun tidak bisa membujuknya untuk bermain. Ada penyesalan yang menyelimuti hati Mochi sekarang, rasa bersalah yang tidak pernah bisa dimaafkan. Seandainya waktu itu dia tidak memaksa Beom melewati pagar, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Kecelakaan yang terlah merenggut mata Beom dan membuat seisi dunianya menjadi gelap gulita
“Apa dia sekarang membenciku??” gumam Mochi ketika dia tidak berhasil masuk ke kamar Beom. Suara pintu yang dari tadi dia ketuk tidak mendapat respon sedikitpun dari sahabatnya itu. Kenyataan yang terlalu pahit bagi anak berumur 7 tahun itu, dengan sekejap dunianya menjadi gelap gulita disaat dia bersemangat menjelajahi keindahan dunia ini dengan hobi barunya menggambar. Beom hanya diam dan mengacuhkan panggilan Mochi yang dari tadi memekakan gendrang telinganya
“Ottoke??” tanya bunda Sandra yang sekarang sudah berdiri disampingnya. Mochi hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia tidak berhasil membujuk Beom untuk keluar
dari kamarnya
TOK.. TOK.. TOK..
“Beom-ah!” panggil bunda Sandra sambil mengetuk pintu kamar
“Beom-ah, cepat keluarlah.. bunda punya kabar baik untukmu! Kamu akan bisa melihat lagi!” bujuk bunda Sandra kemudian
Kreekk!
Pintu itu terbuka dari dalam, terlihat Beom meraba-raba daun pintu dengan wajah yang sumbringah walaupun masih tersirat guratan tangisan dari matanya yang sembab
“Jeongmal..?” tanya Beom sambil mengusap sisa air mata yang mengalir dipipinya
“Ne.. chukae!” bunda Sandra langsung memeluknya setelah memberi ucapan selamat pada Beom
Mochi POV
Hari ini panti kami dikunjungi pria berjas dari Seoul, beliau adalah dermawan yang dua hari lalu menyumbangkan perlengkapan belajar untuk panti kami. Aku melihat bunda Sandra terlibat obrolan serius dengan tamu yang diketahui bernama Park JungSoo, tapi lebih dikenal dengan panggilan Paman Teuki. Beliau merasa prihatin terhadap keadaan Beom, paman Teuki berjanji akan membawa Beom keluar negri untuk dioperasi sekaligus mengangkatnya sebagai anak. Kabar yang sangat bagus, itu berarti Beom bisa melihat lagi tapi kabar itu malah membuatku takut.. takut tidak bisa bertemu lagi denganya.
END POV
Sore hari yang cerah, tapi raut wajah anak-anak panti tidak secerah itu. Beberapa anak bahkan ada yang menangis mengantarkan kepergian Beom, rasa haru serta rasa kehilangan sangat tergambar jelas di wajah bunda Sandra yang sudah mengasuh Beom dari balita. Anak-anak panti sudah menjadi bagian dari keluarganya, bunda sangat menyanyangi mereka dan akan slalu memberikan yang terbaik untuk kehidupan mereka kelak. Yup.. inilah alasan bunda Sandra merelakan Beom diadopsi, selain untuk kesembuhan matanya juga untuk kehidupan yang lebih baik anak asuhnya
“Jaga diri baik-baik yah.. jangan nakal.. harus jadi anak penurut.. dan jangan pernah lupakan kami disini” pesan bunda Sandra pada Beom yang diikuti dengan pelukan teman-temannya sebagai tanda perpisahan. Sementara ditempat yang berbeda Mochi sedang duduk bersama paman Teuki
“Ajhussi, apa anda orang baik??” tanya anak berumur 8 tahun itu dengan polosnya. Teuki hanya terkekeh mendengarnya
“Jadi, kau mengajak paman kesini hanya untuk menanyakan itu??” selidik Teuki sambil tersenyum manis
“Aniyo.. aku hanya ingin memastikan kalau Beom mempunyai appa yang baik!” celoteh Mochi
“Ajhussi, apa benar setelah Beom pergi bersama anda, dia akan bisa melihat lagi?” tambahnya dengan suara yang lirih, ada kekhawatiran dan keraguan yang terlihat diwajahnya. Teuki membelai rambut Mochi dan mencoba memberi penjelasan padanya.
“Emh.. matanya sudah rusak, jadi kita harus mendapatkan mata pengganti, setelah itu baru dioperasi! Kita harus menunggu untuk itu!”
“Kalau tidak ada pendonor berarti Beom tidak bisa…?!” tiba-tiba air mata Mochi mengalir di pipi chubby nya yang putih, Teuki membelai rambut anak itu kemudian memeluknya
“Pasti ada!” tegas Teuki sambil mengusap pelan punggung Mochi
“Aku ingin sesegera mungkin melihatnya sembuh! Jadi biarkan aku membantunya ahjussi! Jebal..” Mochi mendongak lalu menghapus air matanya dan berusaha tersenyum
Teuki POV
“MWO..??” aku tersentak mendengar apa yang telah dikatakan anak laki-laki itu.
“Ne.. ahjussi! aku akan mendonorkan mataku untuk Beom!” tegasnya
“Hajiman..” aku mencoba memberinya pengertian untuk sabar menunggu
“Kalau Beom tidak segera melihat maka aku akan terus merasa bersalah! Beom buta karena salahku ahjussi, jadi biarkan aku menolongnya! Jebal..” tambahnya yang membuatku merasa terharu.
Aku berjanji akan membantu segala keperluannya.
END POV
Beom POV
Hari ini aku akan meninggalkan panti untuk selamanya, tempat yang indah dan penuh kenangan ini pasti akan sangat kurindukan. Kegelapan dunia ini pasti akan segera kulihat lagi keindahanya, aku sangat optimis akan bias melihat lagi dan kelak akan kugambarkan keindahan desa ini lewat karya lukisku. Teman-temanku menangis mengantarkan kepergianku.
“Jangan lupakan kami disini!” ucap bunda Sandra yang membuatku menangis lirih, pelukannya bagaikan dekapan seorang ibu yang tidak pernah aku rasakan sebelumya. Kurasakan pelukan-pelukan yang lain bergantian mendekapku
“Kamu pasti bisa melihat lagi! Cayyo..!” ucapan teman-teman membuatku terharu, aku bisa mengenali suara mereka yang mengantar kepergianku tapi aku tidak mendengar suaranya, apa mungkin dia tidak berada disini untuk mengucapkan selamat tinggal??
“Apa mungkin dia tidak ingin melihatku pergi??” pikirku disaat tersadar bahwa Mochi tidak ada untuk melepas kepergianku
Kurasakan pintu mobil terbuka dan kudengar suara paman Teuki, maksudku appa angkatku menyuruh sopir untuk berangkat. Kemudian kurasakan mobilpun melaju meninggalkan panti.
“Selamat tinggal Mochi.. semoga suatu hari, kita bisa bertemu lagi!” gumamku yang tanpa terasa air mataku pun ikut mengalir
END POV
15 tahun kemudian
“SEOUL I’AM COMEBACK!” jerit seorang yeoja saat baru tiba di Icheon airport, dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
“Oppa.. aku sudah sampai, kau ada dimana??” tanyanya sambil celingak-celinguk memperhatikan sekitar, tak lama kemudian dia melambaikan tangan-nya pada namja yang sangat cute yang berada jauh didepannya, lalu menghampirinya dan memeluknya seraya melepaskan rindu setelah satu tahun berpisah.
“Bogoshipo Beom..” ucap namja itu lalu mengecup keningnya
“Na do bogoshipo..” balas Beom dengan senyuman manisnya. Merekapun langsung menuju mobil namja cute itu yang bernama Kim Kibum. Dia adalah anak tunggal pemilik SM Entertainment sekaligus Direktur di perusahaan tersebut. Mereka sudah berpacaran selama 2 tahun dan setahun kebelakang mereka harus berpisah karna Beom kuliah di Paris untuk mendalami seni lukisnya.
Kibum langsung melajukan mobil silvernya menuju rumah Beom, ditengah perjalanan Kibum berhenti didepan lobi SME
“Tunggu yah, ada sesuatu yang harus aku ambil!” ujarnya pada Beom dan langsung bergegas keluar mobil. Beom mengarahkan pandangannya mengikuti langkah kemana Kibum pergi, dilihatnya namja itu masuk ke lobi sampai akhirnya pintu itu pun tertutup dengan sendirinya. Tak lama kemudian terdengar gemuruh sorak-sorai orang-orang yang entah darimana asalnya.
“Henry.. Henry.. Henry..” sorak sorai itu semakin keras diiringi dengan banyaknya orang yang keluar dari lobi SME, beberapa orang berbadan besar mengimpit namja berkulit putih dan berpipi chubby itu seolah menjaganya dari desakan orang-orang yang membawa kamera. Para reporter dengan sigap terus membuntuti namja itu untuk mewawancarainya. Disisi lain para fans makin bertambah banyak dan mengerubuni namja itu layaknya gula.
“Henry.. Henry.. Henry..”
“Artis barukah??” gumam Beom sambil terus mengarahkan pandangannya pada namja berjas putih dan berkaca mata hitam itu, dilihatnya dengan teliti dan terus memandanginya tanpa henti.
DEG!
Tiba-tiba hati Beom bergetar terus berganti menjadi rasa sakit di ulu hatinya, napasnya susah di kontrol dan mengeluarkan keringat dingin
“Hah.. aahhh.. aahhh…” napasnya terasa berat hingga menyesakkan dadanya. Tangannya mengusap dadanya dengan perlahan
Bruukk!!
Terdengar pintu mobil tertutup, tanpa disadari Beom kini Kibum sudah duduk didepan kemudi
“Gwenchana..?” tanyanya dengan tatapan khawatir, diusapnya keringat yang ada didahi Beom lalu memberinya air minum
“Ne.. gwencana” Beom mengambil air mineral itu lalu meminumnya, dengan seketika keadaanya mulai membaik
“Nuguya..?” tanya Beom dengan napas yang masih agak berat, ekor matanya mengarah pada namja yang berada diluar lobi SME
“Henry Lau!” Kibum membalasnya dengan singkat
“Sangat tenarkah? Sampai-sampai banyak sekali bodyguard-nya??” Beom tak henti-hentinya memandang namja itu. Kibum mendongak dan mendelik rasa penasaran Beom yang tidak seperti biasanya
“Dia buta! Jadi banyak bodyguard yang mendampinginya!” tambah Kibum yang membuat Beom tersentak mendengarnya
“Mwo??” Beom menatap tak percaya
Kibum menyunggingkan sedikit senyumannya lalu mengacak poni yoeja disampingnya itu
“Apa kita bisa pergi sekarang??” ujar Kibum yang merasa perjalanannya tertunda oleh pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Beom.
“Hehehe…” Beom hanya terkekeh dan mengangguk sebagai jawaban
Kibum melajukan kembali mobilnya meninggalkan SME sementara Beom masih melihat namja bernama Henry itu lewat kaca spion sampai akhirnya hilang dari pandangan matanya.
“Makanlah, setelah itu minum obat! Kau terlihat kurang baik!” Kibum menyodorkan bungkusan berisi makanan yang tadi dibelinya. Beom mendongak dan menatap nanar, dia merasa terharu dengan perhatian kecil yang diberikan Kibum terhadapnya
“Gomawo!” ucapnya lalu diambilnya roti isi berwarna putih dalam bungkusan itu
“Bakpau!!” pekik Beom lalu tersenyum renyah
“Wae??” Kibum menatap heran
“Ani hehe…” Beom kembali terkekeh
“Oppa.. apa pipiku seperti bakpau??” tambahnya sambil menempelkan bakpau itu dipipi sebelah kanannya
“Emh…” Kibum menyipitkan matanya mencoba menyelidik
“Yang pasti bakpau yang sebelah sini tampak terlihat lebih manis!” tambahnya yang langsung mendekatkan wajahnya kearah Beom, kemudian mencium pipi kirinya
CUP!
Beom hanya tersenyum mendapat perlakuan romantis dari namja chingu-nya itu. Kemudian memakan bakpau itu sambil sesekali menyuapi namja disampingnya itu yang telah membuatnya jatuh cinta
Beom POV
Aku melihat seorang namja keluar dari lobi SME dengan pengawalan yang ketat dari bodyguard-bodyguard-nya, dia sepernya artis baru yang sangat terkenal. Aku terus memandanginya, ada rasa penasaran yang sangat besar dan rasa ketertarikan yang entah kerena apa. Mataku tak henti-henti-nya melihat gerak-gerik-nya, sorak sorai fans yang bergemuruh seolah hanya angin yang tak mampu membuyarkan pandanganku terhadapnya.
DEG!
Aku merasakan sakit diulu hatiku, pandanganku tiba-tiba buyar oleh bayangan kecelakaan yang pernah membutakan mataku. Kejadian yang hampir terlupakan kembali terbersit dibenakku
“Andwe!” pekikku disaat kecelakaan itu tampak terlihat nyata. Aku mengeluarkan keringat dingin dan kurasakan dadaku sesak.
Beberapa menit kemudian Kibum Oppa memberiku bakpau dan menguruhku untuk minum obat, aku hanya terkekeh melihat roti isi berwarna putih itu. Makanan itu telah mengingatkanku pada sahabat kecilku, disaat marah dia akan memanggilku bakpau!
“Mochi Bogoshipo!!” ucapku dalam hati
END POV
“Hoooaaaaaammmm….” Beom menggeliatkan tubuh-nya, membuka matanya sedikit demi sedikit. Tanganya mulai mencari sesuatu yang selalu jadi benda pertama yang dia pedang setelah bangun tidur
04.45 waktu yang tertera dilayar ponselnya
“Tumben sudah terang!” gumamnya saat melihat kearah jendela. Beom mulai duduk dan bersandar di sofa
“Loh, ko tidur disini??” gumamnya lagi saat tersadar dia berada di sofa ruang tengah. Kemudian dia beranjak kedapur dan meminum air putih yang slalu jadi rutinitas-nya setiap pagi.
Di teras belakang Beom melihat appa-nya dan Kibum sedang bermain catur, dia menghampirinya dengan wajah yang masih linglung
“Morning..” sapa Beom pada 2 namja yang sedang sibuk berpikir tentang langkah bidak-bidaknya. Mereka hanya menautkan kedua alisnya mendengar sapaan Beom lalu kembali fokus kepapan catur tanpa membalas sapaannya. Beom sekilas memeluk appanya dari belakang sambil berbisik “Bogoshipo..” kemudian menarik kursi dan duduk diantara mereka
“Oppa.. tumben pagi-pagi sudah ada disini! Apa kau tidak kerja??” Beom bertanya dan mendongak kearah namja chingu-nya itu
“Apa kau tahu ini jam berapa??” Kibum malah balik bertanya
“Hampir jam 5!”
“Teruss..?” Kibum mengangkat satu alisnya
“Eh..?” Beom mengeritkan dahinya, mencoba mencerna maksud dari tatapan aneh Kibum terhadapnya
“Hey SADAR!” tambah Kibum sambil menepuk pipi yoeja yang dicintainya itu. Sementara Teuki hanya terkekeh melihatnya.
Beom sejenak berpikir, mengumpulkan semua kesadarannya untuk mengingat kejadiaan sebelum dirinya tertidur
“Pulang dari bandara.. nonton TV.. terusss…?” pikir Beom dan melihat sekitar yang tampak cerah, kemudian merogoh ponsel disaku celananya
05.00 PM, waktu yang ditunjukan. Beom seketika membulatkan matanya dan terkekeh geli dengan tingkahnya sendiri
“Sudah sadar??” tanya Kibum dengan senyuman yang meledek setelah melihat reaksi Beom yang sudah mulai normal
“Itulah alasannya, kenapa anak gadis tidak boleh tidur siang!” sambung Teuki sambil mendelik kearah Beom
“KARENA BISA MENYEBABKAN AMNESIA!” Teuki dan Kibum serempak menjawab lalu diikuti dengan suara ketawa keduanya yang menggema kemana-mana
HAHAHAHA…..
Beom mengendus kesal, wajahnya ditekuk dan pipinya dikembungkan mendengar ejekan kompak dari kedua namja yang dicintainya itu. Kemudian dia berlalu menuju gazebo yang berada ditaman belakang setelah sebelumnya mengambil perlengkapan melukisnya
Sore hari yang sangat cerah, matahari masih enggan pulang keperaduannya. Mega keemasan menghiasi cakrawala dengan indahnya. Layang-layang yang entah dari mana asalnya seolah menari-nari tertiup angin. Beom menikmati pemandangan itu, matanya sejenak dipejamkan dan membiarkan kuas yang dipegangnya menuangkan imajinasinya dalam sebuah kanvas.
Setelah selesai bermain catur Kibum menghampiri Beom, dilihatnya yoeja itu sedang berkutat dengan alat-alat lukisnya. Kibum memeluknya dari belakang, diperhatikannya sapuan demi sapuan hasil kuas yang lama kelamaan menggambarkan sesosok namja yang sudah tak asing lagi. Dahinya dikeritkan menandakan keheranan.
“Wae..? bukan aku yang jadi objeknya? Ah.. aku cemburu!” ucapnya sedikit berbisik. Pelukannya dipererat tapi tidak ada reaksi apapun dari yoeja yang dipeluknya itu, dia hanya diam membisu dan berkonsentrasi penuh pada hasil akhir lukisnya.
MUACH!!
Ciuman lembut dari namja itu mendarat mulus dipipinya yang putih, dia mendongak kaget dan mendapati senyuman manis dari namja yang memeluknya itu
“String juga ternyata?!” ujar Kibum
“Heh..?” Beom mengeritkan dahi karna ketidaktahuan maksud yang ditanyakannya. Kibum lalu mengerlingkan matanya pada hasil yang tergambar dikanvas. Beom mengerti isyarat mata itu lalu diapun mengarahkan pandanganya pada hasil lukisan-nya, dan seketika dia terbelalak tak percaya.
Beom POV
Sore ini aku melihat pemandangan langit yang sangat indah, awan yang keemasan serta layang-layang dan burung-burung yang seolah menari dilangit membuatku ingin mengabadikannya. Pertama aku menyiapkan perlengkapan lukisku, mengambil kuas dan cat serta kanvasnya. Aku sejenak memejamkan mataku dan kurasakan hawa hangat memeluk tubuhku, seketika terbersit bayangan seseorang dalam benakku. Imajinasi dan kuasku bekerja sama melukiskan sosok itu, tanganku seolah bergerak sendiri mengikuti kemana arah sapuan kuas. Kuasnya meliak-liuk lincah hingga sapuan kuas itu sudah tampak terlihat nyata menggambarkan sosok yang dimaksud.
Aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh pipiku, seseorang telah menciumku lalu aku mendongak dan terkaget ketika melihat Kibum Oppa yang melakukannya. Kedua tangannya melilit erat diperutku, entah sejak kapan dia seperti itu, aku benar-benar tidak menyadarinya.
“String juga ternyata??” ucapnya sambil melirik kearah kanvas. Awalnya aku tidak mengerti maksud yang ditanyakannya, kemudian aku mengarahkan pandanganku pada hasil lukisanku. Seketika mataku terbelalak, aku melihat gambaran sesosok namja yang tadi siang aku lihat, dia berdiri tegak dengan posisinya yang sedikit menyamping seolah sedang memandang layang-layang dan matahari yang sudah hampir tenggelam
“Heh.. bagaimana bisa aku melukisnya??” pekikku
Continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar