Author : Ulie Aya’aya Wae
Title : My Inspiration
Genre : Friendship, Romance
Cast :
Henry Lau
Kim Kibum
Park LieBeom aka Beom
Park JungSoo aka Teuki
Lee Hyosun (Cameo)
About me :
FB : Ulie Aya’ aya Wae
Twitter : @Lee_TeukBum ELF
Blog : www.ulieaya.blogspot.com
Beom menggeliat, menggisik matanya dan sesekali menguap. Rasanya terlalu enak dia bergumul dengan kasur empuknya, cuaca yang dingin membuatnya menarik lagi selimut setelah mematikan alarm ponsel yang sangat mengganggu telinga. Dia kembali dalam dunia mimpi dan terhanyut dalam ceritanya, mimpi yang indah dihari specialnya.
10:00 AM
Kring.. kring.. kring..
Dering jadul yang selalu Beom stel untuk alarm kembali berbunyi, saat ini Beom terpaksa bangun walaupun guling, bantal serta selimut masih menggodanya untuk dirangkul. Hari sudah hampir siang tapi sang surya masih belum menampakan sinarnya karena air yang turun dari langit cukup deras, awan terlihat kelam lebam seperti tidak ada tanda untuk menjadi putih. Dingin masih menyelimuti tubuhnya, hingga saat Beom beranjak ke dapur dia masih memakai selimut kesayangannya yang pernah diberikan Kibum disaat ulang tahunnya setahun yang lalu.
Suasana rumah hari ini tampak sepi, tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan oleh kedua orang tua-nya. Beom mengangkat satu alisnya, memeriksa tiap ruangan tapi hasilnya nihil.
“Apa mungkin appa kerja dihari minggu? Terus omma, kemana dia?” gumam Beom seraya bertanya tentang apa yang ada dibenaknya. Beom menghela napas lalu menuju dapur lagi karena cacing-cacing diperutnya bereaksi hingga membuat perutnya berbunyi. Dia membuka kulkas dan mencari sesuatu yang bisa dimasak untuk sarapannya. Saat dia menutup kulkas, ia melihat memo yang ditenpel dipintu bagian atasnya dan diapun membacanya.
“Saengil Chukae Hamnida..
Saengil Chuka Hamnida..
Sarang Haneun uri Beom..
Saengil Chukae Hamnida..”
Beom mengernyitkan keningnya, memcoba mengumpulkan semua kesadarannya lalu merogoh ponsel dan melihat tanggal hari ini. Dia tersenyum lebar lalu terkekeh geli.
“Aish.. kenapa aku bisa lupa seh?” pekik Beom. Lagi-lagi penyakit pelupanya telah membuat ia seperti orang bodoh. Kemudian Beom kembali membaca pesan yang tertera di memo itu.
“Ulang tahunmu sama dengan appa, jadi marilah bersenang-senang. Appa dan Eomma pergi ke luar kota untuk mengenang pertemuan romantis kita dulu. Mian, tidak membangunkanmu coz tidurmu terlihat nyenyak.. eomma tidak tega merusak mimpi indahmu. Bersenang-senanglah hari ini.. buat sejarah paling romantis dengan namja chingumu.. hari ini appa dan eomma tidak akan mengganggumu seperti tahun-tahun sebelumnya hehe..
Sekali lagi, Happy B’day.. semoga Tuhan selalu memberkatimu.. amin..”
From
Appa & Eomma
“Happy B’day too Appa..” gumam Beom. Senyuman manis langsung terukir di bibir tipisnya. Dia menyusun rencana paling romantis yang akan ia lakukan bersama namja chingunya, Kibum. Yup.. dia yakin kalau Kibum akan memberikan surprise dihari ulang tahunnya kali ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini tidak akan ada lagi double date bersama orangtua-nya. Yah, begitulah perayaan ulang tahun Beom di tahun-tahun sebelumnya, dimana dia harus merayakannya dengan dinner bersama keluarganya, berhubung ulang tahun dirinya bersamaan dengan appa-nya, Teuki.
“Ah, tumben appa dan eomma pengertian!” gumam Beom sambil senyum-senyum sendiri membayangkan hal romantis yang akan ia lakukan. Pikirannya dipenuhi dengan khayalan yang sangat indah dan ia akan membuat khayalan itu menjadi suatu kenyataan yang tidak pernah dia lupakan. Seharian bersama namja chingunya. Yup, hanya itulah harapannya tahun ini.
Hari sudah hampir sore tapi orang yang di harapkan memberi surprise belum nampak keberadaannya. Beom menggerutu kesal, tangan-nya tak henti-henti menekan tombol ponsel untuk menghubungi orang itu, tapi tak pernah ada jawaban darinya. Beom melangkahkan kaki-nya mengelilingi seluk beluk rumahnya, kamar.. teras depan.. teras belakang.. terus kembali lagi ke kamar untuk menumpahkan kekesalannya. Dia mengambil bingkai foto, sesosok cute dengan senyuman mengembang yang ada di dalam sana, dia delik dengan tajam.
“Ya! Kau dimana?” tanya-nya dalam hati
“SMS ga dibalas lagi, ich.. mengebalkan! Benar-benar tidak bisa diharapkan” Beom menggerutu terus disaat ucapan B’day dari si pujaan hati belum juga datang.
Dddrrrtt.. Dddrrrttt..
Ponsel Beom akhirnya mengeluarkan suara getaran menandakan ada pesan yang masuk, Beom mengambilnya dan tertera nickname sipengirim pesan ‘my everything’ yang tak lain dari si pujaan hatinya.
“Aku dikantor! Cepat kesini!”
Beom mengerutkan dahinya membaca pesan singkat itu, dia pikir untuk apa ke kantornya dihari libur.
“Waeyo oppa?” Beom membalasnya, tapi tidak ada balasan lagi dari si penerima pesan itu. Beom malah berleha-leha sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi, dia sengaja menunda kepergiannya supaya Kibum menunggu lama.
“Oppa tunggulah sampai kau jamuran xixixi…” gumam Beom sambil terkekeh, dia merasa perlu sekali-kali mengerjai namja chingunya itu.
Kibum POV
Minggu, 1 Juli.. hari special bagi yeoja chinguku. Tapi sayang, rencanaku untuk menghabiskan waktu bersamanya gagal total. Dari kemarin malam sampai saat ini, aku masih di kantor berkutat dengan pekerjaanku. Huh.. rasanya lelah sekali, aku pun merebahkan tubuhku sejenak kemudian tertidur dengan menelungkupkan wajahku diantara kedua tanganku di atas meja.
Sore hari aku baru sempat mengirim pesan dan menyuruh Beom datang ke SM. Rencananya aku akan mengajaknya keluar sambil bertemu klien. Setengah jam menunggu, dia tidak datang sama sekali.
End Kibum POV
SM Entertainment, 07:00 PM
Kantor sepi dihari libur? Yah, itulah yang ada dipikiran Beom. Tapi tidak berlaku untuk SM. Rasanya bodoh sekali saat beranggapan seperti itu. SME adalah menejemen artis terbesar di Korea, jadi mustahil untuk sepi. Bahkan di hari libur sekalipun. Beom berjalan santai menuju ruangan Direktur SM. Beberapa orang memperhatikan-nya, karena Beom tampak asing di SM, dan ada juga yang menyapa-nya dengan ramah.
“Annyeong nona Park!” sapa salah seorang staff yang sudah lama bekerja di SM. Beom hanya tersenyum membalasnya sambil menundukan sedikit kepala-nya. Artis yeoja yang melihatnya saat itu menyernyitkan dahi karena heran saat staff SM menyapa Beom dengan ramah.mungkin diotaknya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, siapa itu nona Park. Sampai-sampai beberapa staff disana merasa segan terhadapnya. Tidak ada yang special dari Beom, hanya saja dia mempunyai namja chingu seorang Direktur SME, yang tak lain adalah anak tunggal dari pemilik SME itu sendiri.
Beom langsung memasuki ruang kerja Kibum. Disana ia sedang melihat seorang yeoja sedang asik mengotak-atik ponsel yang dipegangnya.
“Annyeong..” sapa Beom pada yeoja bernama Hyosun, yang tak lain adalah sekretaris dari namja chingu-nya.
“Oh, nona Park! Annyeong..” balasnya dengan terbata-bata lalu dia meletakan ponsel yang dipegangnya di atas meja.
“Oedi?” Tanya Beom sambil mengerlingkan matanya kearah kursi sang Direktur.
“Eh..?” Hyosun sejenak berpikir “Oh, tuan Kim?” Tanya-nya balik untuk memastikan. Beom mengangguk.
“Beliau pergi keluar untuk bertemu klien!” tambah Hyosun
“Jinjja..?” Beom mendekati Hyosun, kemudian melihat sekeliling untuk memastikan.
“Ne.. wae?”
“Ani.. hanya saja, tadi dia yang menyuruhku kesini!” Beom mendelik kerah ponsel yang tadi sempat di otak atik oleh Hyosun, yang ternyata ponsel itu milik Kibum. Pasti semua ini adalah rencana Kibum untuk mengibulinya. Yup.. pasti semua ini bohong. Rasanya ganjal saat Kibum oppa pergi tanpa membawa ponselnya, pikir Beom.
“Oh baiklah, aku tunggu disini saja,” lanjutnya sambil duduk santai di kursi sang Direktur.
“Heh..?” Hyosun mengerutkan dahinya “oh baiklah, tapi Nona Park. Mianhae, sudah waktunya aku pulang! Annyeong..” pamit Hyosun kemudian berlalu dari sana, sementara Beom menatap curiga kerahnya yang pergi dengan tergesa-gesa.
Hyosun POV
Seharusnya hari minggu ini aku libur. Tapi, berhubung Direktur Kim kerja, jadi aku sengaja datang untuk membantunya. Ah.. ani. Lebih tepatnya aku ingin melihatnya. Itu hanya sekedar alasannku untuk selalu bersamanya.
Aku melihat Direktur Kim tertidur di meja kerjanya. Emh.. benar-benar namja paling sempurna yang pernah kulihat. Bahkan ketika tidurpun aura ketampanannya tidak hilang sama sekali. Aku mengeluarkan ponselku kemudian memotretnya. Ini adalah foto ke-100 yang aku ambil secara diam-diam selama satu tahun ini. Sudah hampir setahun aku mencintai Direkturku, tapi sayang cintaku tidak pernah tersampaikan karena dia sudah mempunyai yeoja chingu. Yeoja yang sangat beruntung itu bernama Park LieBeom.
Hari sudah hampir sore, tapi Direktur Kim masih setia berada di ruangannya. Harusnya sekarang, dia sudah pergi bertemu klien. Aku mencuri-curi pandang memperhatikan gerak-geriknya. Dia seperti orang yang sedang cemas, beberapa kali ia melihat waktu yang melingkar dipergelangan tangannya. Aku menghampirinya seolah mencari tahu, apa yang sedang dipikirkannya.
“Sajangnim, sudah waktunya anda menemui Direktur Lee,” ucapku basa-basi sekaligus mengingatkan janjinya. Dia kembali melirik jam tangannya kemudian mengambil koper dan beranjak pergi.
“Oh yah, kalau ada Beom. Tolong hubungi aku. Ara?!” pesannya padaku sebelum akhirnya dia meninggalkan ruang kerja. Aku hanya mengangguk sebagai balasan.
“Oh, ternyata gara-gara yeoja manja itu. Sampai-sampai Direktur Kim menunda kepergiannya!” gumamku sinis.
Setelah kepergian Direktur Kim, rasanya kantor ini sudah mulai membosankan. Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Jadi aku pikir, untuk apa lagi berlama-lama disini. Aku mulai membereskan berkas-berkas yang berserakan di mejaku. Kemudian berlanjut ke meja Direktur Kim. Di meja aku menemukan ponsel hitam miliknya. Awalnya aku hanya iseng melihat wallpaper ponsel yang memampang foto Direktur Kim bersama eomma-nya. Lalu ku mulai tergoda untuk membuka folder lainnya. Folder pertama yang sangat membuatku penasaran adalah folder my lovely. Isinya kumpulan foto-foto dirinya bersama yeoja chingunya, LieBeom.
“Huh menyebalkan! So manis neh yeoja,” pekikku saat melihat foto Beom yang sedang tersenyum dengan mengedipkan satu matanya.
“Ini lagi! So mesra bangeut!” dumelku lagi saat melihat foto Beom yang sedang mencium pipi Direktur Kim. Hatiku berhasil dibuat emosi oleh foto-foto dalam folder itu. Aku menyeringai dan pikiranku langsung menuntun ibu jariku untuk menghapus folder tersebut.
“Annyeong..” sapa seseorang yang berhasil mengagetkanku. Aku mendongak dan terbelalak melihatnya.
“Oh, Nona Park! Annyeong..” balasku gagap.
End Hyosun POV
Sudah hampir 2 jam Beom berada di ruang Kibum. Dia sudah merasa bosan dan mulai menggerutu kesal. Pikirnya yang semula menganggap ini semua hanya sebuah kebohongan, sirna sudah dengan bukti nyata kalau Kibum memang sedang tidak berada di kantor. Suasana SME sendiri sudah mulai sepi. Hanya satu, dua, orang saja yang masih terlihat di gedung yang sangat luas itu. Akhirnya Beom menyerah dan memutuskan untuk pergi dari sana. Dia berjalan melewati koridor menuju lobi SM. Tiba-tiba langkahnya melambat saat mendengar alunan musik yang samar-samar terngiang di telinganya. Tanpa ia sadari langkah kakinya berbelok dan berjalan menuju sumber suara. Alunan musik yang diketahui berasal dari violin itu, lambat laun mulai terdengar jelas. Melodi yang dimainkan mengalunkan sebuah lagu only hope yang sudah tidak asing lagi di pendengarannya. Beom mencari-cari sumber suara itu. Sampai akhirnya, langkah kaki yang tadinya menuju lobi, sekarang sudah berhenti di depan ruang musik SM. Matanya menangkap sesosok namja yang sedang membelakanginya sedang memaikan violin. Beom terpaku, seolah terhipnotis dengan alunan lagu yang dimainkan namja itu. Setelah only hope usai, namja itu berlanjut memaikan sebuah alunan lagu happy birthday. Beom tersenyum simpul mendengarnya, seolah lagu itu, diperuntukan untuknya. Beom mendekati namja itu.
Prok.. Prok.. Prok..
Beom bertepuk tangan setelah lagu happy birthday itu usai dimainkan. Namja itu langsung membalikan tubuhnya saat mendengar tepuk tangan yang ditunjukan padanya.
“Andwee!” jerit beom tiba-tiba. Kedua tangannya langsung menutupi wajahnya seolah menghindari penglihatannya dari sesuatu yang mengerikan.
Henry POV
Aku langsung berbalik saat menyadari ada orang lain di ruangan ini. Walaupun aku buta, tapi aku bisa mengenali siapa orang itu dari suaranya.
“Andwee!” jeritnya yang dilanjut dengan racauan-nya yang entah apa maksudnya. Dia terus berkata “Aku melihatnya.. kecelakaan itu, aku melihatnya dengan jelas! Andwe.. andwe!” dia semakin histeris membuatku susah untuk menenangkannya. Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya supaya sadar. Lambat laun dia mulai rileks dan terdiam bisu. Nafasnya masih bergemuruh hebat seolah tengah berlari mengelilingi lapangan sepak bola. Aku menuntun-nya untuk duduk kemudian memberinya air minum. Tercium bau khas parfum yang sangat kukenal dari tubuhnya. Aroma parfum ini, biasa dipakai oleh Beom. Apa mungkin dia adalah..?
“Apa kau benar-benar buta?!” tanyanya tiba-tiba
End Henry POV
Beom terdiam bisu saat Henry menuntunnya untuk duduk. Dia malah memperhatikan gerak-gerik Henry saat mengambil air minum yang berada di atas piano. Beom pikir, Henry tidak seperti orang buta. Dia malah bisa dengan mudah berjalan seperti orang normal pada umumnya.
“Apa kau benar-benar buta?!” Tanya Beom tiba-tiba setelah dia terdiam bisu.
“Wae??” Tanya Henry dengan satu alis terangkat.
“Ah, ani. Hanya saja kau bisa dengan mudah bergerak hehe.. tidak seperti orang buta!” ujar Beom pada namja berkaca mata hitam yang berada dihadapannya. Henry tersenyum renyah mendengarnya.
“SME, terutama ruang musik ini, seperti rumah keduaku. Jadi, aku sudah hapal benar seluk beluk ruangan ini. Dimana barang-barangnya diletakkan atau biasanya aku menyimpan air minum. Aku sudah tidak perlu bantuan orang lain lagi. Hanya diluar saja aku membutuhkannya!” jelas Henry.
“Owh.. ngomong-ngomong selain bermain alat musik, apa kau juga bernyanyi?” tanya Beom
“Eh..? apa kau tidak mengenaliku?” Henry menunjuk dirinya sendiri. Ia terlalu percaya diri kalau semua orang pasti mengenal penyanyi cute, buta, serta multitalented seperti dirinya.
“Apa penting, untuk mengetahui segala tentangmu?” Beom terkekeh geli mendengar ucapan Henry, lalu dia bertanya balik dengan satu alis terangkat.
“Ah, ani. Hanya saja aku pikir..” Henry menggantungkan kalimatnya karena keburu kepotong oleh Beom.
“Aku baru tiba di Seoul bulan lalu!” kata Beom seolah menjelaskan ketidaktahuannya tentang Henry.
“Aku ga nanya!” timpal Henry seolah meledek dan membalas Beom. Keduanya pun tertawa, sekarang giliran Beom yang wajahnya memerah karena malu. Tanpa disengaja dan direncanakan, mereka terlibat dengan obrolan yang mengasyikkan. Walaupun sebenarnya mereka belum berkenalan sama sekali. Keduanya merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan yang dekat satu sama lain. Seperti tidak ada canggung, obrolan mereka pun mengalir dengan sendirinya.
“Oh yah agasshi, kenapa kau ada disini? Apa kau staff baru?” tanya Henry yang merasa baru pertama mengenal suara yeoja yang dihadapannya itu.
“Ani. Aku kesini untuk bertemu dengan Direktur!” jawab Beom.
“Direktur Kim?” Henry menautkan kedua alisnya.
“Nde..”
“Hati-hati, dia killer!” bisik Henry. Beom langsung tertawa terbahak-bahak mendengarnya
“Hahahaha…. Jinjja?”
“Yup! Direktur Kim orangnya dingin, hanya seperlunya saja kalau bicara. Selebihnya, dia hanya diam seperti orang bisu!”
“Tapi, dia mempunyai senyum yang manis!” timpal Beom seolah membela namja chingunya.
“Oh yah? Tapi, pasti lebih manis senyumku,” Henry memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya. Dan kelakuannya itu berhasil lagi membuat Beom tertawa.
“Wae? Apa senyumku tidak manis?” tanya Henry ketika mendengar tawaan Beom seperti sedang meledeknya.
“Ah, ani. Hanya saja kau over confident! Hahaha…” ucap Beom sambil terus tertawa, tangannya pun reflek memukul-mukul tubuh Henry.
“Agasshi, apa menurutmu aku tampan?” lagi-lagi Beom harus mendengar pertanyaan konyol Henry, dia hanya terkekeh dan mengerutkan dahinya.
“Aku ingin tahu, sekarang wajahku seperti apa,” lanjut Henry dengan lirih. Beom mulai berhenti tertawa dan menanggapi Henry dengan serius.
“Sejak kapan kau tidak bisa melihat?” tanya Beom hati-hati.
“Sejak kecil!” balasnya dengan sunggingan senyum yang pahit “ ah sudahlah, ko jadi curhat! Hahaha..” tambah Henry dengan ketawa yang dibuat-buat. Beom merasa miris, dia bisa merasakan, bagaimana sedihnya memiliki dunia yang gelap seperti yang sempat dialaminya.
“You’re very cute!” ungkap Beom dengan tulus. Yang dipuji malah terkekeh mendengarnya.
“Wae?” Beom mengerutkan keningnya.
“Ani..” sejenak Henry terdiam “ ngomong-ngomong siapa namamu?!” lanjutnya saat tersadar kalau dia dari tadi hanya memanggil Beom dengan sebutan agasshi.
“Oh iya yah.. dari tadi kita belum kenalan. Hahaha…” kata Beom sambil tertawa renyah.
“Jonen Henry imnida!” kata Henry memperkenalkan dirinya.
“Jonen Lie~”
Ttanttaranttan.. ttanttaranttan.. ttanttaranttan.. ttadattarappa..
Ttanttaranttan.. ttanttaranttan.. ttanttaranttan.. ttadattarappa..
Dering ponsel Beom tiba-tiba mengagetkannya. Volume calling yang distel hingga 5 itu, membuat kalimat Beom tertahan. Dia hanya melihat sebuah nomor yang tertera dilayar ponselnya.
“Ah, mianhae..” ujarnya pada Henry lalu sedikit menghindar untuk menjawab teleponnya.
“Ya! Aku di SM, cepat kau kesini!” ucap Beom pada si penelepon yang diketahui adalah namja chingunya.
“Masih ada yang harus aku urus, tunggulah! Kalau lama, pulanglah.. ara?!” ucap Kibum disebrang sana dan langsung memutuskan panggilan teleponnya.
“Yoboseyo.. yobeseyo.. aish menyebalkan!” gerutu Beom.
“Waeyo..?” tanya Henry saat mendengar omelan Beom.
“Ah, ani.” Beom pun kembali menghampirinya.
“Nona Park! Ternyata anda masih disini?” sahut salah satu staff yang secara tidak sengaja melewati ruang musik. Kemudian ia menghampiri Beom.
“Apa anda akan bertemu dengan Direktur Kim?” lanjut staff berperawakan kekar itu.
“Ne..?” balas Beom.
“Bisakah anda membantuku, menyerahkan ini pada beliau?” pintanya sambil menyerahkan sebuah flashdisc.
“OK!” Beom mengambil barang tersebut.
“Gomawoyo..” ucapnya lagi dan langsung pergi meninggalkan Beom dan Henry.
“Lie, apa aku juga harus memanggilmu nona Park, seperti orang tadi?” tanya Henry tiba-tiba. Beom menautkan kedua alisnya karena merasa aneh saat Henry memanggilnya Lie. Bahkan tidak ada satu orang pun yang memanggilnya seperti itu. Ah.. dia baru tersadar kalau saat akan memperkenalkan diri dengan nama LieBeom, ucapnya tertahan oleh panggilan telepon yang masuk.
“Terserah saja!” jawab Beom datar.
“Kalau begitu, aku panggil Lie saja yah?” tanya-nya lagi seolah meminta persetujuan.
“Nde. Terus, aku harus memanggilmu apa?” Beom bertanya balik.
“Mmmhh…” sejenak Henry berpikir “OPPA?!” lanjutnya dengan penekanan kata yang kuat. Ekspresi wajahnya sengaja dibuat se-cute mungkin, jari telunjuknya di tempelkan di pipi chabby-nya.
“Hahahaha…” Beom kembali dibuat tertawa oleh sikap kocak Henry.
“Kau lucu sekali!” tambah Beom. Reflek jarinya mencubit pipi Henry karna gemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar