Minggu, 15 Mei 2011

FF/My Inspiration/Friendship,Romance/Henry Lau,Kim Kibum/PG+17/Part 2 [2/2]



Author : Ulie Aya’aya Wae
Title     : My Inspiration
Genre   : Friendship, Romance

Cast :
Henry Lau
Kim Kibum
Park LieBeom aka Beom
Park JungSoo aka Teuki
Lee Hyosun (Cameo)




Henry POV

Lie. Dia yeoja asing yang baru kukenal. Entahlah, walaupun malam ini pertemuan pertama kita. Tapi, aku merasa nyaman bersamanya. Aku juga tidak merasa segan bercanda dengan yeoja yang baru kukenal itu. Dan responnya cukup baik, dia terbuka dan sangat mengasyikan. Tidak seperti yeoja lain yang cenderung jual mahal. Apalagi padaku yang hanya seorang namja buta, baru beberapa bulan inilah yeoja-yeoja mengerubuniku seperti gula. Yup.. hanya karena Henry Lau yang seorang penyanyi. Bukan karena Mochi, namja buta dari Andong.
Hari semakin larut, sudah waktunya aku pulang dari SM. Tapi, yeoja yang sedang bersamaku masih terdiam, sedang menunggu kepastian orang  yang akan menjemputnya. Akupun rela mengulur kepulanganku untuk menemaninya. Rasanya tidak enak membiarkan seorang yeoja sendirian di gedung yang luas ini. Ah, ani.. sebenarnya aku yang masih betah bersamanya. Setengah jam sudah kami menunggu. Tapi, seseorang yang Lie harapkan menjemputnya, tidak datang sama sekali. Akupun mulai inisiatif untuk menawarkan jasa.

“Lie, Kita pulang bareng saja. Kebetulan tujuan kita searah!” ajakku padanya setelah dari obrolan sebelumnya dia memberitahuku alamat rumahnya. Dia awalnya menolak, yah.. mungkin karena merasa tidak nyaman pulang dengan namja yang baru dikenal-nya. Tapi, dia berkelit. Katanya dia takut dengan fans-fansku yang nanti melihatnya. Aku pun tidak kehabisan akal, aku terus membujuknya dan menceritakan hal-hal menyeramkan di SM saat malam hari. Semua itu aku lakukan hanya untuk pulang bersamanya. Bahkan aku pun berdusta kalau rumah kita searah, padahal sebenarnya arahnya berlawanan. Aku harus melipat gandakan perjalananku kalau sampai jadi mengantarkannya pulang.

“Ayolah..” bujukku lagi. Akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk pulang bersamaku. Aku terkekeh saat dia bilang iya, mungkin dia terpengaruh dengan cerita menyeramkan yang aku buat-buat. Hahaha.. aku jahat sekali!

“Aku kira kau yang akan mengemudi!” ujarnya saat aku duduk dibelakang bersamanya dan mendapati supirku didepan kemudi.

“Ya! Apa kau mau, aku kirim ke surga?” dia hanya tertawa mendengar ucapanku. Mungkin sedang menertawakan dirinya sendiri dengan pertanyaan bodoh yang ia lontarkan padaku.

“Hahaha… kirain aku, kau bisa mengenali jalan menuju rumahmu seperti kau mengenali seluk-beluk ruang musik,” candanya seolah membela diri.

Sepanjang perjalanan kami isi dengan obrolan-obrolan yang mengasyikkan. Sering kali aku mendengarnya tertawa lepas. Rasanya ingin sekali melihat ekspresi wajahnya saat tertawa. Pasti sangat manis, apalagi tawanya terdengar sangat renyah di telingaku. Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening. Pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan padanya hanya mendapat gumaman malas darinya. Aku mendengarnya menguap, mungkin dia sudah mengantuk. Pantas saja beberapa menit terakhir, dia tidak menanggapiku sama sekali.

Pluk!

Kepala Lie jatuh tepat dibahuku. Dia tertidur pulas. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang, sangat susah untuk aku mengaturnya. Entahlah, aku juga tidak mengerti mengapa aku seperti ini. Aroma bubble gum dari tubuhnya menyegarkan penciumanku. Awalnya sebelum kami berkenalan, aku berharap dia adalah Beom. Beom selalu setia memakai parfum beraroma bubble gum karena dia sangat menyukainya, terlebih karena kulitnya selalu alergi dengan parfum beraroma lain. Aku tersenyum kecut, menertawakan diri sendiri yang tampak sangat bodoh, semua kesamaan yang ada di diri orang lain, slalu aku kait-kaitkan dengan Beom. Tapi semua itu bagiku adalah hal yang wajar, karena yeoja yang aku cintai itu, sangat aku rindukan.

End Henry POV



Kibum POV

Shit! Aku mengerutu kesal saat menyadari ponselku tertinggal di ruang kerja. Barang itu memang tak seberapa mahal, tapi fungsinya sangat penting untuk sehari-hari. Berkas-berkas yang belum aku salin, semua di save dinote ponsel. Dan disaat aku butuh informasi, pasti akan browsing menggunakan barang serba bisa itu. Kayanya untuk zaman modern sekarang ini, terlalu ribet untuk membawa leptop disetiap perjalanan kita.

“Kikwang-ssi, mianhae.. bisakah aku meminjam ponselmu sebentar? Punyaku tertinggal di kantor!” dengan malu-malu aku memberanikan diri meminjam ponsel pada rekan bisnisku. Aku menghubungi Beom dan menanyakan dimana keberadaannya. Awalnya aku berecana untuk menjemputnya kemudian mengajaknya dinner. Tapi, ditengah perjalanan ban mobilku bocor. Dengan terpaksa aku harus ke bengkel untuk mengurusnya.
11:00 PM. Waktu yang ditunjukan di jam dinding keluarga Park. Aku sekarang berada di rumah Beom, karena aku pikir pasti dia sudah pulang. Suasana rumah tampak sepi, hanya ada ajhumma yang bekerja di kediaman keluarga Park yang tadi membukakanku pintu. Aku menuju kamar Beom, dan benar saja. Yang empu-nya rumah sedang tidak berada di tempatnya.

“Aiish.. sudah selarut ini, kenapa belum pulang?!” gumamku penuh kekhawatiran. Perasaan bersalah kini hinggap dihatiku, harusnya aku tadi ke kantor dulu untuk menjemputnya. Tak habis akal, akupun menyiapkan surprise kecil sebagai permintaan maafku. Sekaligus menjalankan rencana yang sempat tertunda.

End Kibum POV



Beom melangkah gontai memasuki rumah besarnya. Gelap.. hening.. menakutkan.. itulah suasana rumahnya saat ini. Jam dipergelangan tangannya sudah hampir menunjukan 12:00 PM.
Tiba-tiba terdengar suara piano dirumahnya itu. Alunan melodinya sangat Beom kenal. Menakutkan, alunan musik yang biasanya dimainkan di film-film horor. Bulu kuduk Beom berdiri, dilangkahkan kakinya menuju sumber suara itu. Ruangan yang bersebelahan dengan kamarnya dimana piano itu berada. Sangat menakutkan, tapi hal itu juga sangat membuat Beom penasaran. Beom bagai terhipnotis, hingga langkah kakinya terus berjalan menuju ruangan itu, walaupun hatinya tidak sependapat. Ingin rasanya kabur meninggalkan rumahnya itu. Tapi, telat. Sekarang dia sudah berada di ambang pintu ruangan itu.

Krek!

Beom membuka pintu itu perlahan-lahan, alunan melodi yang tadi menakutkan sudah berubah menjadi alunan melodi yang riang. Alunan melodi itu dibarengi dengan nyanyian dari seorang namja cute.

Happy Birthday to You..
Happy Birthday to You..
Happy Birthday.. Happy Birthday..
Happy.. Birthdaaay.. tooo.. Youuu..

“Oppa!” pekik Beom saat melihat namja yang masih mengenakan pakaian kantor itu tersenyum manis kearahnya. Beom menghampirinya dan namja itu pun berdiri untuk menyambutnya. Mata Beom mulai berkaca-kaca, entah kerena rasa takut atau rasa haru. Ia menatap namja didepannya dalam-dalam, kemudian memeluknya erat.

“Aku takut bodoh!” maki Beom seolah melupakan semua kekesalannya. Dipukul-pukulnya punggung namja yang dipeluknya itu. Sementara yang dipukul hanya terkekeh, karena merasa rencananya berjalan lancar.

“Saengil chukaeyo..” bisik Kibum di telinga yeoja chingunya itu.

“Sekarang sudah tanggal 2. Bukan ulang tahunku lagi!” protes Beom sambil melepaskan pelukannya.

“Suruh siapa, kau pulang selarut ini?!” ucap Kibun dengan entengnya.

“Ya!! Kau yang memintaku ke kantormu dan menyuruhku menunggu disana!” balas Beom dengan nada suara yang tinggi. Kemudian dia berbalik dan hendak meniggalkan namja chingunya. Tapi, dengan cepat Kibum menahannya. Kemudian menarik Beom dan memeluknya dari belakang.

“Mianhae..” ucapnya. Yang dipeluk hanya cemberut tanpa membalas permintaan maaf namja cute itu. Kibum merogoh sesuatu dari saku celanannya. Kemudian melingkarkan barang tersebut di leher jenjang Beom. Sebuah kalung emas putih yang diselipkan cincin putih polos sebagai bandulnya. Beom melihat dan meraba kalung yang mengguntai hampir kedadanya. Wajah yang tadi cemberut, sekarang sudah berbunga-bunga saking senangnya. Kemudian dia berbalik lagi jadi berhadapan dengan Kibum.

“Oppa, gomawo!” ujarnya. Kibum hanya tersenyum lalu memeluknya erat.

“Kalau sudah siap, pakailah cincinnya! Karena saat itu, aku akan menikahimu,” kata Kibum sambil membelai halus rambut yeoja yang dipeluknya.

“Kajja!” lanjutnya.

“Oedi?” Beom mendongak meminta jawaban. Kibum hanya tersenyum tipis lalu menutup kedua mata Beom dengan tangan-nya.



Beom POV

“Oedi?” tanyaku saat Kibum oppa mengajakku meninggalkan ruangan. Dia menutup kedua
mataku dengan tangannya. Kemudian menuntunku berjalan beberapa langkah.

Cekrek!

Aku mendengan suara kenop pintu di tekan. Aku rasa dia membuka pintu dengan bantuan sikut tangannya. Dia melepaskan tangannya dari mataku. Aku menggisik mataku, pandangan yang tadinya sedikit remang-remang, kini sudah terlihat jelas.

“Wow..” pekikku takjub saat melihat ruang kamarku disulap beda dari biasanya. Diatas kasur berserakan jutaan kelopak mawar putih. Sedangkan disetiap sudut ruangan dihiasi sebuket mawar merah. Pencahayaan yang hanya dari satu lampu tidur seolah menggambarkan cahaya lilin yang temaram. Sangat indah.. aku benar-benar menyukai suasana-nya. Aku menghampiri ranjang kemudian duduk di tepinya. Kuhambur-hamburkan kelopak mawar itu hingga menerpa wajahku. Aroma harum mawar langsung menusuk penciumanku kemudian kubaringkan tubuhku dikasur empuk nan harum ini.

“Ottoke?” tanya Kibum oppa sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur. Aku mendongak dan kusampingkan tubuhku hingga berhadapan dengannya.

“Gomawo..” balasku singkat. Entahlah apa yang harus aku ucapkan lagi. Aku sangat menyukai semua ini hingga susah untuk mengungkapkannya.

“Baguslah! Ah capek sekali..” Kibum oppa tersenyum puas karena usahanya direspon baik olehku. Kemudian dia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu.

“Oppa..!” aku memanggilnya seolah mengetes, ia tidur apa tidak.

“Ye..”

“Oppa..!” panggilku lagi setelah beberapa menit kemudian.

“Mmmhh…” dia hanya bergumam. Aku tersenyum melihat ekspresinya. Sangat manis, walaupun terlihat jelas kelelahan diraut wajahnya.

“Oppa..!” panggilku lagi untuk memastikan.

“………” kali ini benar-benar tidak ada jawaban, sepertinya Kibum oppa sudah pergi kealam mimpi. Aku menatap dalam namja yang telah menemaniku selama 2 tahun ini. Kulepaskan kaca mata yang masih bertengger dihidung mancungnya dan kubelai halus rambut bagian depannya. Kumainkan jari-jariku dirambut hitam itu. Kemudian kuarahkan telunjukku untuk meraba tiap lekuk wajahnya. Mulai dari dahi, lalu menelusuri hidung mancungnya sampai akhirnya berhenti dibibir merahnya. Kuraba halus bibir merahnya dengan ibu jariku.

Glek!

Aku menelan air liurku, kurasakan jantungku mulai berdetak dengan sangat kencang dan tubuhku mulai panas terbawa suasana.

“Kiss me!!” ucap Kibum oppa tiba-tiba yang membuatku terkaget.

“A.n.i.y.o..” ucapku gagap. Lalu kupalingkan tubuhku, tapi Kibum Oppa berhasil menahannya. Kemudian menarikku kepelukkannya hingga membuat bibirku menempel dibibirnya. Aku terbelalak, kurasakan dia menghisap bibir bawahku. Aku mulai memejamkan mataku menerima perlakuannya. Kami bergantian saling menghisap, kemudian saling melumat. Kubuka mulutku dan membiarkan lidahnya menelusuri tiap rongga mulutku. Sejenak kami melepas ciuman untuk mengambil napas kemudian melanjutkannya kembali. Sekarang giliranku mendominasi, kulumat bibir manisnya lalu kubuka mulutku hingga lidah kami mulai bergumul hebat dan saling mengait. Jari-jariku menjambak halus rambutnya, sementara tangannya meremas-remas punggungku hingga membuatku merasa geli.

“Aaahh..” aku mendesah, walaupun suaranya tidah begitu jelas karena bibir kami masih saling melumat dan bergumul. Cukup lama kami mengekspresikan napsu, sampai akhirnya kami tersadar dan harus mengakhirinya. Kulepaskan ciumanku perlahan-lahan dan kamipun saling menatap. Terdengar gemuruh desahan-desahan napas dari kami berdua. Aku menundukan wajahku karena malu. Tapi, lagi-lagi Kibum oppa mengangkat daguku kemudian mencium bibirku sekilas.

“Saranghaeyo..” ucapnya setelah melepaskan bibirnya dari bibirku.

“Na do…” balasku, kemudian kupeluk erat tubuhnya dan kuletakkan kepalaku di dadanya. Kurasakan tangan-nya membelai rambutku lalu dilanjut dengan mencium pucuk kepalaku.
“Ingat, pakai cincinnya. Jangan buat aku menunggu terlalu lama!” kata Kibum Oppa sambil menggenggam punggung tanganku yang sekarang sedang berada didadanya.

“Ara!” aku mendongak lalu kucium dahinya sebagai balasan.

End Beom POV



Kibum POV

Sang surya merangkak perlahan disebelah timur. Sinar hangatnya menembus ventilasi kamar dan menyilaukan mataku. Pagi ini. Pertama kalinya, aku mendapati yeoja chinguku tertidur pulas dalam pelukku. Tangannya melingkar erat dipinggangku, seolah mengunci tubuhku. 2 tahun berhubungan, baru kali ini kami tidur seranjang. Rasanya ingin selalu seperti ini, aku ingin Beom jadi orang pertama yang kulihat setiap paginya.
Tanganku mencoba meraih setangkai mawar yang berada dimeja. Kumainkan mawar itu menelusuri wajah yeoja dihadapanku. Dia menggisik dan mencoba menghindar, tapi aku terus mengganggunya. Ekspresi wajahnya sangat lucu, dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan
melihatku sekilas.

“Oppa!” pekiknya dengan manja. Matanya masih enggan ia buka. Ia malah mempererat pelukannya dan menenggelamkan wajahnya didadaku.

“Hey, bangun!” titahku sambil berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku.

“Sebentar lagi, oppa!” aku menyibak poninya kemudian kucium dahinya.

“Oppa, apakah kalau kita sudah menikah. Kita akan selalu seperti ini?” tanya-nya sambil mendongak padaku. Kemudian dia membenarkan posisinya supaya sejajar denganku.

“Ye..?” kedua alisku saling bertaut.

“Aku tidak akan perlu selimut, karena oppa akan selalu menghangatkanku!” ucapnya sambil tersenyum malu.

“Apa kau suka tidur dalam pelukanku?” dia mengangguk sebagai jawaban.

“Tapi sayang, kalau sudah menikah. Kau harus tidur agak menjauh dariku!” mataku melirik kearah tepi ranjang.

“Wae..?” tanyanya dengan dahi mengkerut.

“Karena ditengah-tegah, akan ada anak kita!” ucapku dengan candaan. Dia tersenyum menanggapiku kemudian menenggelamkan kembali tubuhnya dalam pelukku.

“Oppa, aku ingin anak perempuan. Dan akan kuberi nama Aya!”

“Wae? Apa gara-gara sosok Aya Ikeuchi di film one litre of tears?” aku membelai halus rambutnya dengan jari-jariku. Aku tahu, Beom sangat menyukai film itu karena dia sering mengulangnya.

“Nde, aku ingin anak kita jadi anak yang kuat dan sabar seperti Aya. Pantang menyerah dan menjadi sosok yang penuh semangat!”

“Anak kita..?!” aku mengulang kalimat Beom seolah memperjelas apa yang telah diucapkannya.

“Itu berarti, kau sudah siap menjadi nyonya Kim?” lanjutku kemudian.

“Ani. Bukannya oppa, yang pertama kali membahas soal anak?! Ujarnya dengan satu alis terangkat. Aku tersenyum lalu kukecup dahinya.

“Oppa sendiri, mau kasih nama apa?” tanya-nya kemudian.

“Aya!” jawabku singkat.

“Wae..?” Beom mengernyitkan dahinya saat nama yang kupilih sama dengannya.

“Karena.. aku menginginkan Aya Hirano! Emh.. ternyata sangat susah membujuknya bergabung ke SME!” jelasku datar.

“Oppa! Kau membujuk Aya Hirano ke SM, apa karena dia seorang penyanyi? Atau kau ingin mengencani-nya?” Beom mendelik tajam.

“Dua-duanya!” jawabku dengan seringaian.

“Aish, menyebalkan!” yeoja yang beberapa detik lalu masih menghadapku dan memelukku. Sekarang, sudah berbalik menghindariku. Wajahnya cemberut dengan bibir sedikit mengerucut. Apa seperti itu saat yeoja cemburu? Dalam hitungan detik saja bisa berubah drastis. Aku memeluknya kemudian mencium pundaknya.

“Oppa sana! Aku masih ngantuk!” tukasnya sambil menepis tanganku.

“Ayo, bangunlah. Hari ini, kita pergi piknik!”

“Jinjja..?” dia mendongak lalu membalikan lagi tubuhnya jadi menghadapku. Ternyata sangat mudah untuk membuatnya baik kembali. Kadang-kadang dia terlihat childish. Tapi, sangat dewasa saat membahas suatu pekerjaan. Aku mencintai Beom dengan segala apapun yang ada dalam dirinya. Bahkan aku rela menyakiti diriku sendiri untuk kebahagiaannya.

“Oppa, aku ingin pergi ke Andong!” pintanya.

“Emang, ada apa disana?’ tanyaku penasaran. dia tersenyum manis sebelum melontarkan alasannya pergi ke sana.

“Ada kisah, yang ingin kubagi denganmu,”





Continue..







Tidak ada komentar:

Posting Komentar