Special
Days
By : Ulie
Aya’aya Wae
Genre : Fluff, Romance, Friendship
Rate : PG13
Length : Drabble
Cast :
Choi Minho SHINee
Yuri SNSD
Taemin SHINee (Cameo)
BANGUUUNNN…
Yuri
terkejut oleh suara yang entah darimana asalnya itu. Mimpi indahnya pun harus
diakhiri di pagi yang menurutnya masih buta ini, 05.30 AM. Sang mentari sudah
mulai merangkak naik, walaupun masih malu-malu. Warna jingga di ufuk timur
sudah hampir mewarnai seperempat langit kota Seoul. Yuri terpaksa membuka
matanya dan terduduk. Biasanya ia hanya akan terbangun disaat sinar matahari
sudah menusuk-nusuk matanya yang tembus lewat ventilasi udara kamarnya,
sekitar pukul 9 pagi. Yuri berdecak
kasal, masih mencari sumber kebisingan itu.
Banguuunnn..
banguuunnn..
Suara itu
tidak asing lagi bagi Yuri, milik temannya, Choi Minho. Suara itu hanya sebuah
rekaman yang biasanya digunakan Minho untuk mengingatkan atau sekedar
mengusilinya. Suara teriakan itu sedikit mengecil, mungkin terhalang sesuatu.
Yuri meraih ponselnya di samping bantal, tempat dimana ia biasa meletakkannya.
“Aish.. Choi
Minho!!” desis Yuri saat mematikan pengingat di ponselnya. Beberapa menit
kemudian satu pesan singkat masuk ke inbox-nya.
From : Minho
Pagi jelek! Apa ilermu sudah dicuci? Xixixi..
Refleks
tangan gadis itu mengusap sudut bibirnya. “Aish,, bagaimana dia bisa tahu
kebiasaan burukku ini?” gumamnya saat menyadari sudut bibirnya memang sedikit
basah.
Sesuai perjanjian, hari ini kau bisa menghabiskan
seluruh uangku. Datanglah ke tempat-tempat yang aku tulis di memo pintu
kamarmu. Kau bisa menikmati segala fasilitasnya dengan gratis! Syaratnya, kau
hanya menyebutkan sebuah password pada orang disana. Password-nya “Choi Minho
Tampan!”
“Narsis!”
desis Yuri. Matanya langsung mengarah ke pintu untuk mengecek, dan benar saja,
disana tertempel sebuah memo untuknya. Keberuntungan? Tentu saja. Kapan lagi
Yuri bisa membobolkan dompet temannya yang pelit itu.
Semalam,
Yuri berhasil mengalahkan Minho dalam permainan winning eleven. Memang sedikit aneh, Minho bisa kalah di game yang
jadi favorite-nya itu. Apalagi
melawan seorang perempuan seperti Yuri, yang notabene jarang memainkan
permainan sepak bola itu.
Yuri
menggeliat, meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Ia beranjak dari kasur dan
langsung mengambil memo dari Minho. Dilihatnya daftar-daftar tempat yang
dipilih Minho untuknya. Memo yang ditulis Minho sebelum pulang dari rumah Yuri
semalam.
“Sepertinya
hari ini akan menyenangkan.” gumam Yuri, lengkungan bibirnya pun langsung mengembang
begitu saja. Lalu dia pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Tempat
pertama yang Yuri kunjungi adalah Restoran Seoul yang berada di Sogok-Dong.
Lebih tepatnya di sebuah galeri seni Kukje di daerah City Hall. Restoran ini
merupakan salah satu tempat makan yang luar biasa di Seoul karena keartistiskan
tempatnya, juga hidangan yang lengkap dari berbagai negara. Prancis, Italia, dan
Jepang adalah beberapa diantaranya.
“Annyeong..” sapa Yuri pada waiter di sana. “Choi Minho.. tampan!”
ucapnya ragu seraya menyebutkan password
yang Minho titahkan. Yuri sedikit menunduk karena malu. Waiter itu tersenyum manis lalu mengantarkan Yuri ke sebuah meja
dan mempersilahkannya untuk duduk. Tanpa aba-aba, waiter yang lain datang dan langsung menghidangkan sarapan
untuknya.
“Selamat
menikmati.” ujar waiter cantik itu.
Yuri
menautkan kedua alisnya. “Untukku?” tanyanya yang merasa heran karena hidangan
itu langsung tersaji tanpa ia harus memesannya terlebih dahulu.
“Ne..” Waiter itu mengangguk dan tersenyum.
Kemudian berlalu pergi.
Sejenak,
Yuri memandangi menu yang telah dihidangkan di hadapannya. Satu pan Pizza
berukuran kecil dengan toping ikan tuna dan lelehan keju mozzarella, lengkap
dengan hiasan jaring-jaring yang terbuat dari mayonnaise di atasnya.
Menggiurkan, apalagi ditambah dengan segelas milk shake strawberry.
“Apa dia
yang memilih menu ini?” tanya Yuri dalam hati. Ia mengingat kejadian beberapa
hari yang lalu, ketika ia melihat sebuah iklan pizza di TV yang ditontonnya
bersama Minho. Saat itu Yuri bergumam, pengen
pizza..
Yuri tersenyum
kecil, “Gomawo.. Minho..” Ia pun
menikmati suapan demi suapan pizza yang masuk di mulutnya.
Tempat
selanjutnya yang Yuri datangi adalah sebuah mall besar di Seoul. Ia harus
mendatangi beberapa tempat yang Minho tulis di memo. Salah satunya adalah
sebuah butik, dengan password yang
Yuri ucapkan. Para pelayannya pun dengan cekatan langsung melayani Yuri dan
memilihkan pakaian untuknya.
Aneh, heran,
malu, serta senang. Yuri bisa merasakan semuanya sekaligus, bercampur aduk
menjadi satu. Ia segera menghubungi Minho untuk bertanya. “Apa maksud
semua ini?”
“Bukankah aku harus menghabiskan uangku
untukmu?” Minho sedikit terkekeh. “Ambilah sesukamu dan nikmatilah. Uangku
masih banyak dan tidak akan habis olehmu.”
Terdengar
sombong bagi Yuri dan ia hanya mengendus kesal saat Minho memutuskan teleponnya.
Yuri mengernyit.
Gadis itu
benar-benar dilayani seperti seorang putri. Apa yang ditunjuk dan diinginkannya
bisa langsung ia dapatkan. Sekali lagi, ia mengingat khayalan yang pernah
diungkapkannya pada Minho. Seandainya aku
seorang putri, mungkin aku akan mendapatkan segala apa yang aku inginkan.
“Apa mungkin
semua ini rencananya?” gumam Yuri disaat mencoba mengepas salah satu baju. Ia bicara
pada pantulan dirinya dalam cermin. “Baiklah! Aku akan membobolkan ATMmu.” Ia
sedikit terkekeh, kemudian menghela napas panjang. “Gomawo Minho. Kau yang terbaik.”
Pertemanan mereka memang cukup spesial. Keduanya bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain walaupun status dan derajat mereka yang berbeda. Choi Minho adalah anak dari keluarga kaya yang kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, sedangkan Yuri adalah seorang gadis dari keluarga biasa-biasa saja yang bekerja keras demi mengidupi seluruh anggota keluarganya.
Mereka pertama kali bertemu saat Minho tidak sengaja menyerempet Ibu Yuri dengan mobil yang dikendarainya dan sebagai pertanggungjawaban ia mengantar Ibu Yuri pulang ke rumah. Sejak itu, Ia dan Yuri menjadi semakin akrab. Keterbukaan keluarga Yuri membuatnya merasa nyaman dan seperti mendapatkan keluarga baru.
Yuri tiba di
Namsan Park sekitar pukul 5 sore, setelah sebelumnya ia mendapat perawatan
tubuh dan dimake-over di salon yang
dikunjunginya. Ia datang sesuai permintaan Minho, tapi pria jangkung itu belum menampakkan
batang hidungnya sama sekali. Memang ada yang terasa kurang disaat Yuri harus
bersenang-senang tanpa ada Minho di sisinya. Yuri masih setia menunggu.
Walaupun kekuatan kakinya sudah hampir melemah karena seharian berjalan. Ia
sedikit mumbungkukkan tubuhnya, tangannya memukul-mukul pahanya seraya
memberikan sebuah pijatan untuk meregangkan otot-otot kakinya.
Minho
datang. Ia langsung menutupi kedua mata Yuri dari belakang. Berharap gadis itu
terkejut dengan kedatangannya. Tapi sayangnya, ia malah mendapat sebuah
bentakan dari gadis bermata indah itu. “Ya! Choi Minho!”
Minho bergeming.
Ia terus menutupi mata Yuri tanpa bersuara.
“Minho?”
tanya Yuri sedikit ragu. Minho tetap diam dan memperhatikan ekspresi wajah Yuri
yang mulai sedikit ketakutan. Mungkin dipikiran gadis itu sekarang, orang yang
menutupi matanya adalah orang asing. Minho tertawa lepas ketika melihat
ekspresi Yuri yang lucu. Mendengar tawa yang tidak asing itu Yuri langsung
menepis tangan Minho dan berteriak. “Ya! Kau membuatku takut!” Ia pun
menumpahkan kekesalannya dengan menginjak kaki Minho dengan keras, membuat pria
cute itu merintih kesakitan.
“Ah mianhae.. aku hanya bercanda.” ujar
Minho masih dengan tertawa. Yuri mendengus kesal, pipinya ia kembungkan dengan
bibir yang sedikit mengerucut.
“Jeongmal mianhae..” Kali ini Minho
terdengar tulus. Kedua telapak tangannya ia impitkan sebagai tanda memohon.
Senyum menawan Minho serta belaian
tangannya di kepalanya Yuri selalu membuat gadis itu luluh.“Kita akan kemana?” tanya Yuri, ia berjalan meninggalkan Minho di belakang.
Minho
tersenyum. Ia sudah tidak melihat kekesalan pada wajah gadis itu. Kemudian ia menyusul
Yuri dan mensejajarkan langkahnya.
“Sepertinya
jalan-jalan di taman ini saja sudah cukup menyenangkan.” Yuri mendongak dan
hanya mengangguk sebagai jawaban. Sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah
senyuman yang indah.
“Tunggu! “
Minho memperhatikan Yuri dari atas sampai bawah. Matanya ia sipit-sipitkan.
“Apa kau tidak mendatangi salonnya?”
“Wae?” Yuri melihat dirinya. Takut ada
yang salah dengan penampilannya hari ini.
“Ani.. hanya saja sesudah di make-over. Kau tidak terlihat berubah.”
Minho menaikan satu alisnya dengan jari yang menempel di dagunya seraya memberi
penilaian terhadap penampilan Yuri. “Wajahmu memang susah dibuat cantik,”
lanjutnya.
“Ya!” Yuri
membentak. “Aku sudah cantik alami. Jadi tidak perlu di make-over lagi.”
“Oh yah??”
“Lihatlah!
Apa matamu buta?” ucap Yuri sambil memperlihatkan penampilannya yang cantik.
Memang cantik, bahkan sangat cantik. Minho pun mengakui semua itu, hanya saja
segala pujian terhadap Yuri tidak bisa diungkapkannya.
“Iya..
iyalah.. supaya kau senang.” Minho mengangguk dengan senyuman yang terlihat
seperti ledekan.
Yuri
menghentikan langkahnya, menatap kesal pada pria di depannya. “Awas saja kalau nanti
kau mencintaiku.” gumamnya pelan tapi masih bisa terdengar oleh Minho.
“Aku sudah mencintaimu. Bahkan dari dulu.” batin Minho. Ia menoleh
ke belakang.”Mwo? Kau bilang apa?”
tanyanya pura-pura.
“Aniyo..” Yuri kembali melangkahkan
kakinya.
Minho
merangkul pundak Yuri. “Ayolah.. aku
hanya bercanda. Jangan cemberut gitu.”
“Candaanmu
tidak lucu!”
“Mianhae..” sesal Minho dengan tulus.
Tidak terasa
waktu sudah berlalu. Langit yang tadinya berwarna kuning keemasan sudah berubah
menjadi gelap. Tapi terlihat semakin indah, bintang-bintang yang bertaburan dan
cahaya bulan yang temaram membuat
suasananya sangat romantis. Taman Namsan pun semakin ramai dengan pasangan kekasih
yang sengaja datang untuk menghabiskan waktu di sana.
Yuri dan
Minho merasa malu sendiri ketika melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu
di hadapannya. Mereka pun jadi salah tingkah dan menjadi canggung.
“Kita pulang
saja.” ajak Yuri.
Minho
sejenak melirik ke arah pria yang tidak
jauh dari tempatnya. “Baiklah..” ucapnya seraya mengiyakan ajakan Yuri. “Kajja..”
Mereka pun
mulai melangkahkan kakinya untuk pulang. Hening, mungkin karena masih merasa
canggung jadi tidak terucap sepatah katapun dari mulut mereka.
“Annyeong..” sapa seseorang yang sedang berjalan kearah
Yuri dan Minho. Mereka pun menghentikan langkahnya, dan menunggu pria yang
menyapanya itu melanjutkan ucapannya. “Yuri-ssi?”
“Ne..” Yuri mengangguk.
Dahinya sedikit mengernyit. “Nuguseyo?”
“Ah, aku
hanya ingin menyampaikan ini.” Pria cantik itu hanya menyerahkan sepucuk surat
dan 2 tangkai mawar, berwarna merah dan kuning.
Yuri melirik
ke arah Minho dengan satu alis terangkat seraya bertanya, “Siapa?”
Sedangkan
Minho hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahunya.
“Apa kau ada
rencana untuk berkencan?” bisik Minho di telinga Yuri. Gadis itu hanya
menggeleng.
“Ini dari
siapa?” tanya Yuri pada pria imut bernama Taemin itu.
“Dari seorang
pria. Sekarang dia sedang menunggu Nona di sana,” Jari telunjuk Taemin mengarah
pada Namsan tower. Menara yang tingginya mencapai 236.7 meter dan berada di ketinggian
479.7 meter diatas permukaan laut itu terlihat sangat indah, pencahayaan yang
berbeda tiap lantainya seperti sebuah gedung pelangi.
Sekali lagi
Yuri hanya bisa menoleh pada Minho. Seolah bertanya apa yang harus
dilakukannya. Diotaknya tertanam tanda tanya besar, siapa orang memberinya
sepucuk surat ini?
“Sudahlah..
pergi saja. Mungkin dia adalah pangeranmu.” ucap Minho sambil menunjuk Namsan
tower dengan dagunya. Ia sedikit terkekeh mengatakan itu.
Yuri diam
mematung. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
“Sudah,
pergilah.. nanti aku akan menjemputmu kalau kau sudah akan pulang.” Minho
memegang kedua bahu Yuri seraya memberinya semangat.
“Aku tidak
mengenalnya. Bagaimana kalau orang itu macam-macam denganku?”
“Haha.. kau
tinggal berteriak kemudian kabur. Tenanglah! Bukannya ada dia? “ lanjut Minho
dengan lirikan mata yang mengarah pada Taemin. Taemin tersenyum.
“Tapi..?” kata-kata Yuri tertahan.
“Kau harus
jaga dia dengan baik, Ok! Dan kembalikan padaku dengan utuh.” titah Minho pada
Taemin sambil menepuk pundak Yuri.
“Tenanglah
Nona.. pria yang ingin menemuimu adalah orang baik dan tampan. Pasti kau tidak
akan menyesal.” Taemin tersenyum, senyuman yang susah untuk diartikan.
“Baiklah..
aku pulang duluan.” pamit Minho dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu
persetujuan Yuri terlebih dahulu.
Yuri diantar
Taemin ke lantai T5 Namsan tower. Lebih tepatnya di restoran N-Grill. Setelah
itu ia pamit pulang karena merasa tugasnya sudah beres.
“Tunggulah
di meja ini, Nona. Nanti pria itu akan datang menghampirimu.”
“Heh..? Jadi
dia belum disini?” tanya Yuri.
“Sudah. Tapi
sepertinya dia masih merasa malu untuk menemuimu.” jawab Taemin sambil terkekeh.
Kemudian ia pergi meninggalkan Yuri sendirian.
Yuri duduk
manis di kursi, meja bernomor 10 itu. Pandangannya ia edarkan keluar jendela.
Dimana di sana terlihat keindahan Kota Seoul dimalam hari. Kelap-kelip lampu
dari pemukiman pun seperti taburan bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Ditambah lagi, restoran ini sangat unik, karena setiap 48/120 menit sekali akan
berputar. Jadi kita sebagai tamunya akan disuguhi keseluruhan pemandangan Seoul
hingga 360 derajat. Benar-benar tempat yang sangat romantis. Tapi bagi Yuri
tempat yang romantis ini sudah mulai membosankan, karena orang yang ditunggunya
tidak datang-datang juga. Ia beranjak dari duduknya, dan mulai melangkah untuk
pergi. Tapi baru satu langkah, kakinya tertahan karena ada beberapa waiter yang mengarah ke mejanya dengan
hidangan yang dibawanya.
Yuri
terpaku, menatap tajam pada orang-orang yang sedang menghampirinya. Bukan pada waiter-nya tapi pada seseorang yang
berjalan di belakang waiter itu.
Seorang pria bertopeng dan berkemeja biru kotak-kotak dengan balutan jas
berwarna hitam yang tidak berkancing. Celana panjang serta sepatu yang
dikenakan terlihat sepadan dengan jas yang ia pakai.
Yuri pun
kembali duduk setelah pria bertopeng itu duduk di hadapannya. Di meja sudah
tersedia hidangan tapi mereka hanya diam. Mereka saling menatap satu sama lain,
tatapan mata yang susah untuk diartikan. Yang pasti, tatapan Yuri penuh tanya.
Ia ingin segera melihat wajah dibalik topeng hitam itu.
Pria itu
tersenyum. Kemudian menunjuk sepucuk surat yang telah sebelumnya
diberikannya pada Yuri. Menyuruh Yuri
untuk membuka surat itu dan membacanya. Yuri menuruti. Ia membuka surat itu dan
beberapa menit kemudian matanya pun membulat lebar. Satu ungkapan cinta
tertoreh di selembar kertas putih itu.
Saranghae..
Will You be my girlfriend??
Yuri menatap
lekat pria di hadapannya itu. Jiwanya seperti melayang mendapatkan ungkapan
cinta itu. Tapi ia tahan, mencoba untuk menyembunyikan rasa bahagianya itu
dalam-dalam. Yah.. dia masih belum yakin untuk menerka siapa pria di hadapannya
itu, tangannya pun mulai meraih topeng pria itu. Kemudian membukannya. Yuri
sedikit menunduk malu saat mengetahui siapa pria bertopeng itu, sejenak
menghela napasnya dan tersenyum dengan masih menunduk. Dengan penuh keberanian,
ia pun menatap lekat pria itu dan tersenyum kecil ke arahnya.
“Ottoke?” tanya pria itu. Wajahnya
terlihat sedikit cemas. “Kalau kau menerimaku, berikan mawar merah itu padaku.
Kalau kau menolak..” kalimatnya tertahan. Ia sejenak menghela napasnya dan
terlihat menelan air liurnya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan
kalimatnya. “Berikan mawar kuning padaku,”
Yuri sedikit
terkekeh, pipinya sudah merona merah. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri
pria itu. Pria itupun ikut berdiri. Posisi mereka jadi saling berhadapan.
Yuri sejenak
menunduk, menghela napasnya, kemudian menatap lekat-lekat pria itu. Tangannya
mulai meraih mawar di meja itu dan menyerahkannya pada pria itu. Mawar berwarna
kuning yang Yuri berikan padanya.
“Aku ingin
menjadi teman dan sahabat selamanya untukmu.” Yuri memberikan senyum
terbaiknya. Tapi sayangnya senyuman itu hanya mendapat respon muram dari wajah
pria itu. Sepertinya dia sangat kecewa. Ia menunduk malu. Dan disaat ia
mengangkat kepalanya, ia mendapati mawar merah dipegang oleh Yuri.
“Dan aku juga
ingin menjadi yoeja chingu-mu, Choi
Minho!” ucap Yuri seraya melanjutkan apa yang belum diungkapkannya.
Mereka
saling pandang, mata mereka memancarkan banyak cinta dari keduanya. Minho
mengambil mawar merah yang ada di tangan Yuri dan sedikit menariknya, membawa
tubuh Yuri dalam dekapannya.
“Gomawo..” ucapnya sambil mencium puncak kepala Yuri dan
gadis itu pun membalas dengan mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang
Minho.
“Saranghae..”
“Na do saranghae..”
Fin.
romantis bgt.. trus rapi bgt pengetikannya.. diksinya jg pas...
BalasHapusKereeeen ><
BalasHapusKapan-kapan pake YulHae donk :D
Sedikit beri masukan ya
BalasHapusDrabble itu panjangnya 100-200 kata jadi yang kk buat itu oneshot bukan drabble