Minggu, 13 November 2011

Drabble FF/ Special Days/ Choi Minho, Yuri, Taemin/ Fluff, Romance, Friendship/ PG13


Special Days
By : Ulie Aya’aya Wae


Genre : Fluff, Romance, Friendship
Rate : PG13
Length : Drabble

Cast :
Choi Minho SHINee
Yuri SNSD
Taemin SHINee (Cameo)




BANGUUUNNN…

Yuri terkejut oleh suara yang entah darimana asalnya itu. Mimpi indahnya pun harus diakhiri di pagi yang menurutnya masih buta ini, 05.30 AM. Sang mentari sudah mulai merangkak naik, walaupun masih malu-malu. Warna jingga di ufuk timur sudah hampir mewarnai seperempat langit kota Seoul. Yuri terpaksa membuka matanya dan terduduk. Biasanya ia hanya akan terbangun disaat sinar matahari sudah menusuk-nusuk matanya yang tembus lewat ventilasi udara kamarnya, sekitar  pukul 9 pagi. Yuri berdecak kasal, masih mencari sumber kebisingan itu.

Banguuunnn.. banguuunnn..

Suara itu tidak asing lagi bagi Yuri, milik temannya, Choi Minho. Suara itu hanya sebuah rekaman yang biasanya digunakan Minho untuk mengingatkan atau sekedar mengusilinya. Suara teriakan itu sedikit mengecil, mungkin terhalang sesuatu. Yuri meraih ponselnya di samping bantal, tempat dimana ia biasa meletakkannya.
“Aish.. Choi Minho!!” desis Yuri saat mematikan pengingat di ponselnya. Beberapa menit kemudian satu pesan singkat masuk ke inbox-nya.

From : Minho

Pagi jelek! Apa ilermu sudah dicuci? Xixixi..

Refleks tangan gadis itu mengusap sudut bibirnya. “Aish,, bagaimana dia bisa tahu kebiasaan burukku ini?” gumamnya saat menyadari sudut bibirnya memang sedikit basah.

Sesuai perjanjian, hari ini kau bisa menghabiskan seluruh uangku. Datanglah ke tempat-tempat yang aku tulis di memo pintu kamarmu. Kau bisa menikmati segala fasilitasnya dengan gratis! Syaratnya, kau hanya menyebutkan sebuah password pada orang disana. Password-nya “Choi Minho Tampan!”

“Narsis!” desis Yuri. Matanya langsung mengarah ke pintu untuk mengecek, dan benar saja, disana tertempel sebuah memo untuknya. Keberuntungan? Tentu saja. Kapan lagi Yuri bisa membobolkan dompet temannya yang pelit itu.
Semalam, Yuri berhasil mengalahkan Minho dalam permainan winning eleven. Memang sedikit aneh, Minho bisa kalah di game yang jadi favorite-nya itu. Apalagi melawan seorang perempuan seperti Yuri, yang notabene jarang memainkan permainan sepak bola itu.

Yuri menggeliat, meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Ia beranjak dari kasur dan langsung mengambil memo dari Minho. Dilihatnya daftar-daftar tempat yang dipilih Minho untuknya. Memo yang ditulis Minho sebelum pulang dari rumah Yuri semalam.

“Sepertinya hari ini akan menyenangkan.” gumam Yuri, lengkungan bibirnya pun langsung mengembang begitu saja. Lalu dia pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.



Tempat pertama yang Yuri kunjungi adalah Restoran Seoul yang berada di Sogok-Dong. Lebih tepatnya di sebuah galeri seni Kukje di daerah City Hall. Restoran ini merupakan salah satu tempat makan yang luar biasa di Seoul karena keartistiskan tempatnya, juga hidangan yang lengkap dari berbagai negara. Prancis, Italia, dan Jepang adalah beberapa diantaranya.

Annyeong..” sapa Yuri pada waiter di sana. “Choi Minho.. tampan!” ucapnya ragu seraya menyebutkan password yang Minho titahkan. Yuri sedikit menunduk karena malu. Waiter itu tersenyum manis lalu mengantarkan Yuri ke sebuah meja dan mempersilahkannya untuk duduk. Tanpa aba-aba, waiter yang lain datang dan langsung menghidangkan sarapan untuknya.

“Selamat menikmati.” ujar waiter cantik itu.

Yuri menautkan kedua alisnya. “Untukku?” tanyanya yang merasa heran karena hidangan itu langsung tersaji tanpa ia harus memesannya terlebih dahulu.

“Ne..” Waiter itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian berlalu pergi.

Sejenak, Yuri memandangi menu yang telah dihidangkan di hadapannya. Satu pan Pizza berukuran kecil dengan toping ikan tuna dan lelehan keju mozzarella, lengkap dengan hiasan jaring-jaring yang terbuat dari mayonnaise di atasnya. Menggiurkan, apalagi ditambah dengan segelas milk shake strawberry.

“Apa dia yang memilih menu ini?” tanya Yuri dalam hati. Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ia melihat sebuah iklan pizza di TV yang ditontonnya bersama Minho. Saat itu Yuri bergumam, pengen pizza..
Yuri tersenyum kecil, “Gomawo.. Minho..” Ia pun menikmati suapan demi suapan pizza yang masuk di mulutnya.



Tempat selanjutnya yang Yuri datangi adalah sebuah mall besar di Seoul. Ia harus mendatangi beberapa tempat yang Minho tulis di memo. Salah satunya adalah sebuah butik, dengan password yang Yuri ucapkan. Para pelayannya pun dengan cekatan langsung melayani Yuri dan memilihkan pakaian untuknya.
Aneh, heran, malu, serta senang. Yuri bisa merasakan semuanya sekaligus, bercampur aduk menjadi satu. Ia segera menghubungi Minho untuk bertanya.  “Apa maksud semua ini?”
 “Bukankah aku harus menghabiskan uangku untukmu?” Minho sedikit terkekeh. “Ambilah sesukamu dan nikmatilah. Uangku masih banyak dan tidak akan habis olehmu.”

Terdengar sombong bagi Yuri dan ia hanya mengendus kesal saat Minho memutuskan teleponnya. Yuri mengernyit.

Gadis itu benar-benar dilayani seperti seorang putri. Apa yang ditunjuk dan diinginkannya bisa langsung ia dapatkan. Sekali lagi, ia mengingat khayalan yang pernah diungkapkannya pada Minho. Seandainya aku seorang putri, mungkin aku akan mendapatkan segala apa yang aku inginkan.

“Apa mungkin semua ini rencananya?” gumam Yuri disaat mencoba mengepas salah satu baju. Ia bicara pada pantulan dirinya dalam cermin. “Baiklah! Aku akan membobolkan ATMmu.” Ia sedikit terkekeh, kemudian menghela napas panjang. “Gomawo Minho. Kau yang terbaik.”


Pertemanan mereka memang cukup spesial. Keduanya bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain walaupun status dan derajat mereka yang berbeda. Choi Minho adalah anak dari keluarga kaya yang kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, sedangkan Yuri adalah seorang gadis dari keluarga biasa-biasa saja yang bekerja keras demi mengidupi seluruh anggota keluarganya.
Mereka pertama kali bertemu saat Minho tidak sengaja menyerempet Ibu Yuri dengan mobil yang dikendarainya dan sebagai pertanggungjawaban ia mengantar Ibu Yuri pulang ke rumah.  Sejak itu, Ia dan Yuri menjadi semakin akrab. Keterbukaan keluarga Yuri membuatnya merasa nyaman dan seperti mendapatkan keluarga baru.


Yuri tiba di Namsan Park sekitar pukul 5 sore, setelah sebelumnya ia mendapat perawatan tubuh dan dimake-over di salon yang dikunjunginya. Ia datang sesuai permintaan Minho, tapi pria jangkung itu belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Memang ada yang terasa kurang disaat Yuri harus bersenang-senang tanpa ada Minho di sisinya. Yuri masih setia menunggu. Walaupun kekuatan kakinya sudah hampir melemah karena seharian berjalan. Ia sedikit mumbungkukkan tubuhnya, tangannya memukul-mukul pahanya seraya memberikan sebuah pijatan untuk meregangkan otot-otot kakinya.

Minho datang. Ia langsung menutupi kedua mata Yuri dari belakang. Berharap gadis itu terkejut dengan kedatangannya. Tapi sayangnya, ia malah mendapat sebuah bentakan dari gadis bermata indah itu. “Ya! Choi Minho!”

Minho bergeming. Ia terus menutupi mata Yuri tanpa bersuara.

“Minho?” tanya Yuri sedikit ragu. Minho tetap diam dan memperhatikan ekspresi wajah Yuri yang mulai sedikit ketakutan. Mungkin dipikiran gadis itu sekarang, orang yang menutupi matanya adalah orang asing. Minho tertawa lepas ketika melihat ekspresi Yuri yang lucu. Mendengar tawa yang tidak asing itu Yuri langsung menepis tangan Minho dan berteriak. “Ya! Kau membuatku takut!” Ia pun menumpahkan kekesalannya dengan menginjak kaki Minho dengan keras, membuat pria cute itu merintih kesakitan.

“Ah mianhae.. aku hanya bercanda.” ujar Minho masih dengan tertawa. Yuri mendengus kesal, pipinya ia kembungkan dengan bibir yang sedikit mengerucut.
Jeongmal mianhae..” Kali ini Minho terdengar tulus. Kedua telapak tangannya ia impitkan sebagai tanda memohon.
Senyum menawan Minho serta belaian tangannya di kepalanya Yuri selalu membuat gadis itu luluh.
“Kita akan kemana?” tanya Yuri, ia berjalan meninggalkan Minho di belakang.
Minho tersenyum. Ia sudah tidak melihat kekesalan pada wajah gadis itu. Kemudian ia menyusul Yuri dan mensejajarkan langkahnya.

“Sepertinya jalan-jalan di taman ini saja sudah cukup menyenangkan.” Yuri mendongak dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman yang indah.

“Tunggu! “ Minho memperhatikan Yuri dari atas sampai bawah. Matanya ia sipit-sipitkan. “Apa kau tidak mendatangi salonnya?”

Wae?” Yuri melihat dirinya. Takut ada yang salah dengan penampilannya hari ini.

Ani.. hanya saja sesudah di make-over. Kau tidak terlihat berubah.” Minho menaikan satu alisnya dengan jari yang menempel di dagunya seraya memberi penilaian terhadap penampilan Yuri. “Wajahmu memang susah dibuat cantik,” lanjutnya.

“Ya!” Yuri membentak. “Aku sudah cantik alami. Jadi tidak perlu di make-over lagi.”

“Oh yah??”

“Lihatlah! Apa matamu buta?” ucap Yuri sambil memperlihatkan penampilannya yang cantik. Memang cantik, bahkan sangat cantik. Minho pun mengakui semua itu, hanya saja segala pujian terhadap Yuri tidak bisa diungkapkannya.

“Iya.. iyalah.. supaya kau senang.” Minho mengangguk dengan senyuman yang terlihat seperti ledekan.

Yuri menghentikan langkahnya, menatap kesal pada pria di depannya. “Awas saja kalau nanti kau mencintaiku.” gumamnya pelan tapi masih bisa terdengar oleh Minho.

“Aku sudah mencintaimu. Bahkan dari dulu.” batin Minho. Ia menoleh ke belakang.”Mwo? Kau bilang apa?” tanyanya pura-pura.

Aniyo..” Yuri kembali melangkahkan kakinya.

Minho merangkul pundak Yuri. “Ayolah.. aku  hanya bercanda. Jangan cemberut gitu.”

“Candaanmu tidak lucu!”

Mianhae..” sesal Minho dengan tulus.


Tidak terasa waktu sudah berlalu. Langit yang tadinya berwarna kuning keemasan sudah berubah menjadi gelap. Tapi terlihat semakin indah, bintang-bintang yang bertaburan dan cahaya  bulan yang temaram membuat suasananya sangat romantis. Taman Namsan pun semakin ramai dengan pasangan kekasih yang sengaja datang untuk menghabiskan waktu di sana.
Yuri dan Minho merasa malu sendiri ketika melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu di hadapannya. Mereka pun jadi salah tingkah dan menjadi canggung.

“Kita pulang saja.” ajak Yuri.

Minho sejenak melirik ke arah pria yang tidak  jauh dari tempatnya. “Baiklah..” ucapnya seraya mengiyakan ajakan Yuri. “Kajja..”

Mereka pun mulai melangkahkan kakinya untuk pulang. Hening, mungkin karena masih merasa canggung jadi tidak terucap sepatah katapun dari mulut mereka.

“Annyeong..” sapa seseorang yang sedang berjalan kearah Yuri dan Minho. Mereka pun menghentikan langkahnya, dan menunggu pria yang menyapanya itu melanjutkan ucapannya. “Yuri-ssi?”

“Ne..”  Yuri mengangguk. Dahinya sedikit mengernyit. “Nuguseyo?”

“Ah, aku hanya ingin menyampaikan ini.” Pria cantik itu hanya menyerahkan sepucuk surat dan 2 tangkai mawar, berwarna merah dan kuning.

Yuri melirik ke arah Minho dengan satu alis terangkat seraya bertanya, “Siapa?”
Sedangkan Minho hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahunya.

“Apa kau ada rencana untuk berkencan?” bisik Minho di telinga Yuri. Gadis itu hanya menggeleng.

“Ini dari siapa?” tanya Yuri pada pria imut bernama Taemin itu.

“Dari seorang pria. Sekarang dia sedang menunggu Nona di sana,” Jari telunjuk Taemin mengarah pada Namsan tower. Menara yang tingginya mencapai 236.7 meter dan berada di ketinggian 479.7 meter diatas permukaan laut itu terlihat sangat indah, pencahayaan yang berbeda tiap lantainya seperti sebuah gedung pelangi.

Sekali lagi Yuri hanya bisa menoleh pada Minho. Seolah bertanya apa yang harus dilakukannya. Diotaknya tertanam tanda tanya besar, siapa orang memberinya sepucuk surat ini?


“Sudahlah.. pergi saja. Mungkin dia adalah pangeranmu.” ucap Minho sambil menunjuk Namsan tower dengan dagunya. Ia sedikit terkekeh mengatakan itu.

Yuri diam mematung. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

“Sudah, pergilah.. nanti aku akan menjemputmu kalau kau sudah akan pulang.” Minho memegang kedua bahu Yuri seraya memberinya semangat.

“Aku tidak mengenalnya. Bagaimana kalau orang itu macam-macam denganku?”

“Haha.. kau tinggal berteriak kemudian kabur. Tenanglah! Bukannya ada dia? “ lanjut Minho dengan lirikan mata yang mengarah pada Taemin. Taemin tersenyum.

“Tapi..?”  kata-kata Yuri tertahan.

“Kau harus jaga dia dengan baik, Ok! Dan kembalikan padaku dengan utuh.” titah Minho pada Taemin sambil menepuk pundak Yuri.

“Tenanglah Nona.. pria yang ingin menemuimu adalah orang baik dan tampan. Pasti kau tidak akan menyesal.” Taemin tersenyum, senyuman yang susah untuk diartikan.

“Baiklah.. aku pulang duluan.” pamit Minho dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu persetujuan Yuri terlebih dahulu.


Yuri diantar Taemin ke lantai T5 Namsan tower. Lebih tepatnya di restoran N-Grill. Setelah itu ia pamit pulang karena merasa tugasnya sudah beres.

“Tunggulah di meja ini, Nona. Nanti pria itu akan datang menghampirimu.”

“Heh..? Jadi dia belum disini?” tanya Yuri.

“Sudah. Tapi sepertinya dia masih merasa malu untuk menemuimu.” jawab Taemin sambil terkekeh. Kemudian ia pergi meninggalkan Yuri sendirian.


Yuri duduk manis di kursi, meja bernomor 10 itu. Pandangannya ia edarkan keluar jendela. Dimana di sana terlihat keindahan Kota Seoul dimalam hari. Kelap-kelip lampu dari pemukiman pun seperti taburan bintang-bintang yang bertebaran di langit. Ditambah lagi, restoran ini sangat unik, karena setiap 48/120 menit sekali akan berputar. Jadi kita sebagai tamunya akan disuguhi keseluruhan pemandangan Seoul hingga 360 derajat. Benar-benar tempat yang sangat romantis. Tapi bagi Yuri tempat yang romantis ini sudah mulai membosankan, karena orang yang ditunggunya tidak datang-datang juga. Ia beranjak dari duduknya, dan mulai melangkah untuk pergi. Tapi baru satu langkah, kakinya tertahan karena ada beberapa waiter yang mengarah ke mejanya dengan hidangan yang dibawanya.

Yuri terpaku, menatap tajam pada orang-orang yang sedang menghampirinya. Bukan pada waiter-nya tapi pada seseorang yang berjalan di belakang waiter itu. Seorang pria bertopeng dan berkemeja biru kotak-kotak dengan balutan jas berwarna hitam yang tidak berkancing. Celana panjang serta sepatu yang dikenakan terlihat sepadan dengan jas yang ia pakai.

Yuri pun kembali duduk setelah pria bertopeng itu duduk di hadapannya. Di meja sudah tersedia hidangan tapi mereka hanya diam. Mereka saling menatap satu sama lain, tatapan mata yang susah untuk diartikan. Yang pasti, tatapan Yuri penuh tanya. Ia ingin segera melihat wajah dibalik topeng hitam itu.

Pria itu tersenyum. Kemudian menunjuk sepucuk surat yang telah sebelumnya diberikannya  pada Yuri. Menyuruh Yuri untuk membuka surat itu dan membacanya. Yuri menuruti. Ia membuka surat itu dan beberapa menit kemudian matanya pun membulat lebar. Satu ungkapan cinta tertoreh di selembar kertas putih itu.

Saranghae..
Will You be my girlfriend??

Yuri menatap lekat pria di hadapannya itu. Jiwanya seperti melayang mendapatkan ungkapan cinta itu. Tapi ia tahan, mencoba untuk menyembunyikan rasa bahagianya itu dalam-dalam. Yah.. dia masih belum yakin untuk menerka siapa pria di hadapannya itu, tangannya pun mulai meraih topeng pria itu. Kemudian membukannya. Yuri sedikit menunduk malu saat mengetahui siapa pria bertopeng itu, sejenak menghela napasnya dan tersenyum dengan masih menunduk. Dengan penuh keberanian, ia pun menatap lekat pria itu dan tersenyum kecil ke arahnya.

“Ottoke?”  tanya pria itu. Wajahnya terlihat sedikit cemas. “Kalau kau menerimaku, berikan mawar merah itu padaku. Kalau kau menolak..” kalimatnya tertahan. Ia sejenak menghela napasnya dan terlihat menelan air liurnya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan kalimatnya. “Berikan mawar kuning padaku,”

Yuri sedikit terkekeh, pipinya sudah merona merah. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri pria itu. Pria itupun ikut berdiri. Posisi mereka jadi saling berhadapan.
Yuri sejenak menunduk, menghela napasnya, kemudian menatap lekat-lekat pria itu. Tangannya mulai meraih mawar di meja itu dan menyerahkannya pada pria itu. Mawar berwarna kuning yang Yuri berikan padanya.

“Aku ingin menjadi teman dan sahabat selamanya untukmu.” Yuri memberikan senyum terbaiknya. Tapi sayangnya senyuman itu hanya mendapat respon muram dari wajah pria itu. Sepertinya dia sangat kecewa. Ia menunduk malu. Dan disaat ia mengangkat kepalanya, ia mendapati mawar merah dipegang oleh Yuri.

“Dan aku juga ingin menjadi yoeja chingu-mu, Choi Minho!” ucap Yuri seraya melanjutkan apa yang belum diungkapkannya.

Mereka saling pandang, mata mereka memancarkan banyak cinta dari keduanya. Minho mengambil mawar merah yang ada di tangan Yuri dan sedikit menariknya, membawa tubuh Yuri dalam dekapannya.

“Gomawo..” ucapnya sambil mencium puncak kepala Yuri dan gadis itu pun membalas dengan mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang Minho.

“Saranghae..”

“Na do saranghae..”



Fin.

3 komentar:

  1. romantis bgt.. trus rapi bgt pengetikannya.. diksinya jg pas...

    BalasHapus
  2. Kereeeen ><
    Kapan-kapan pake YulHae donk :D

    BalasHapus
  3. Sedikit beri masukan ya
    Drabble itu panjangnya 100-200 kata jadi yang kk buat itu oneshot bukan drabble

    BalasHapus