Selasa, 28 Februari 2012

FF/My Inspiration/Part 4/Henry Lau, Kim kibum, Park Lee Beom [OC]/Romance, Friendship/PG+17



My Inspiration
By : Ulie Aya’aya Wae


Genre  : Romance, Friendship
Rate    : PG+17
Length : Chapter

Main cast : Henry Lau, Kim Kibum, Lee Beom / Lie Beom [OC]
Other cast : Lee Donghae, Zhoumi, Hyosun [OC], Park Jungsoo


Sore ini Kibum pulang cepat dari biasanya. Pikirannya tidak tenang dan selalu terpaut ke rumah. Banyak hal yang ingin ia tanyakan, lebih tepatnya ia ingin mendapat penjelasan dari kekasihnya, Lee Beom. Kejadian siang tadi benar-benar membuatnya penasaran, ingin mengetahui apa saja yang dibicarakan kekasihnya itu pada Henry, sampai-sampai mereka terlihat sangat akrab. Bahkan, Beom tidak sempat menemuinya, padahal berada dalam gedung yang sama.
“Apa dia benar-benar mengidolakannya?” pekik Kibum sebelum ia masuk ke dalam apartemennya. Ia tertahan di balik pintu, memikirkan penting tidaknya pertanyaan yang akan di ajukannya. Sejenak menghela napas, jari telunjuknya menekan tombol bel pintu. Diam dan terus menunggu. Sayangnya, tidak ada yang membukakan pintu untuknya. padahal ia ingin sekali melihat ekspresi pertama Beom, ada tidaknya rasa bersalah pada dirinya. Pria tampan itu memutuskan untuk masuk dengan menekan kode pintunya sendiri.
Suara gemercik air membuatnya menoleh kesudut kiri ruangan. Sesosok bayangan terlihat sangat seksi di balik kaca semi transfaran kamar mandi. Orang itu terlihat menengadah, membiarkan seluruh tubuhnya di guyur ribuan air dari shower. Sesekali tangannya mengusap lembut wajah dan rambutnya. Kibum terpaku, pemandangan sangat indah itu tidak ingin ia lewatkan begitu saja. Matanya membulat lebar, antara syok dan tergoda dengan tubuh semampai itu. Ia menelan air liurnya, hawa sekitarnya pun tiba-tiba terasa panas. Pikirannya menjadi sedikit nakal. Andai saja.. yah, andai saja ia bisa masuk dan mandi bersama kekasihnya itu. Kibum menggeleng-gelengkan kepala, ia mencoba membuyarkan pikiran kotornya. Tidak ada cara lain selain menghindar. Ia melangkahkan kakinya ke balkon, mencari udara sejuk untuk menjernihkan otaknya.

Segar. Tubuh gadis cantik itu kini sudah menjadi harum. Perpaduan antara harum shampoo dan sabun mandi ekstrak buah menyeruak disekitarnya. Masih dengan kimono dan handuk yang disanggulkan dikepala, Beom pergi ke balkon untuk sekedar mengeringkan rambutnya.
“Oppa!” Kibum sedikit tercekat saat Beom memanggilnya. Dia masih melamun, pikirannya tentang tubuh indah kekasihnya itu tidak mudah dihilangkan dari benaknya. Ia tetap berdiri membelakangi Beom.
“Tumben, jam segini sudah pulang,” Tidak mendapatkan balasan dari pujaan hatinya itu, Beom hanya melirik sekilas. Kemudian duduk dikursi.  Melepaskan handuk dikepalanya dan mengibas-ngibaskan rambutnya supaya cepat kering.
Kibum berbalik dan hanya memperhatikan tanpa sepatah katapun. Tatapan matanya mendelik tajam. Merasakan tatapan Kibum sangat aneh, Beom pun tak mau kalah. Ia mencoba menyelidik maksud tatapan aneh itu. Beberapa detik mereka hanya saling pandang dengan satu alis terangkat.
“Ah, wae? Kau membuatku takut oppa!” Beom beranjak dari duduknya lalu menghampiri Kibum. Handuk bekas rambutnya ia kalungkan dileher pria berkemeja putih itu.
“Cepat mandi!” titahnya sambil menutup hidung seperti mengejek. Kemudian tangannya meraih dasi hendak membantu melepaskan. Mendapat perlakuan seperti itu, Kibum menarik pinggang Beom dengan tangan kanannya. Tubuh mereka jadi merapat.
“Aku sedang kesal padamu. Tapi, kenapa kau terus menggodaku,” ujar Kibum. Tangan kirinya membelai halus pipi Beom seraya mengusap tetesan air yang masih tertinggal diwajahnya.
Beom mengernyit, “Kesal? Wae?”
“Tadi siang kenapa kau tidak menemuiku? Malah asyik makan dengan orang yang baru dikenal.”
Beom mengernyit, beberapa detik kemudian ia mengerti maksud sindiran itu mengarah pada Henry dan Zhoumi. Gadis itu terkekeh melihat ekspresi kecemburuan kekasihnya. Bukannya memberi penjelasan, ia malah dengan sengaja menggodanya.
“Oppa, bukannya dirumah juga kita masih bisa ketemu? Lagian, aku ga ikut makan. Hanya memberi bekal untuk mereka.” ucapnya datar membuat Kibum semakin terlihat kesal.
Ia melanjutkan dengan riang, “Ternyata, Henry itu orangnya menyenangkan.” Deretan gigi putihnya terlihat sempurna.
Kibum marah. Kali ini dia tidak berkomentar dan langsung pergi kedalam, duduk di sofa sambil melepaskan kemejanya. Beom mengikuti. Sedikit tertawa puas karena usahanya telah berhasil. “Oppa, kau marah?”
Kibum menghiraukannya, hendak beranjak dari duduknya tapi Beom berhasil menahannya. Ia langsung memeluk pria yang kini hanya mengenakan kaos dalam itu, “Mianhae..”
“Lepaskan! Aku mau mandi.” Kibum mencoba melepaskan pelukan kekasihnya itu tapi tidak berhasil karena Beom semakin mempererat pelukannya.
“Tadinya bekal itu untukmu. Tapi, aku lihat kau sudah makan dengan Hyosun. Lalu tidak sengaja bertemu Henry dan Zhoumi. Jadi aku berikan saja pada mereka.” papar Beom jujur.
Penjelasan itu membuat Kibum sedikit lega. Malah sekarang, dia yang jadi merasa bersalah.
“Kau cemburu?” ujar Kibum seraya melepaskan pelukan. Ditatap dalam mata gadis dihadapannya itu.
“Anni..”
“Terus?” tatapan Kibum sedikit menyelidik.
“Aku  hanya tidak ingin mengganggumu.” Tatapan Kibum semakin tajam seolah meminta jawaban jujur dari Beom.
“Iya.. iya.. hanya sedikit!” bibir Beom sedikit mengerucut. Kesal, karena dustanya harus ketahuan.
Kibum tersenyum. Puas dan juga senang. Kemudian ia menarik tubuh Beom dan mendekapnya.

Beom POV
Aktivitas baru. Sepertinya hari-hari kedepan akan sangat sibuk. Walaupun rencananya belum pasti akan seperti apa. Tapi aku sangat antusias untuk berpartisipasi dalam mensejahterakan desa Hahoe, tempat kelahiranku. Ada perasaan malu, ketika orang lain dengan sukarela menyisihkan sebagian hartanya untuk panti asuhan taman surga.  Sementara aku, orang yang pernah tinggal 6 tahun disana seperti melupakannya. Aku salah. Aku tidak akan seperti itu lagi. Aku akan berusaha melawan traumaku dengan sesering mungkin pergi kesana. Dan ini adalah jalannya.
End Beom POV

Langkahnya sangat ringan. Dengan tas berisi nasi bekal yang mengait dibahunya, ia seperti tanpa beban. Belum lagi berbagai cemilan yang ia jingjing dikedua tangannya. Sedikit berlebihan, untuk bawaan yang hanya akan dimakan oleh dua orang. Kibum menatap heran saat kekasihnya itu tiba di ruang kerjanya dengan membawa banyak makanan. Senang dan juga geli karena merasa Beom menganggap kantornya itu seperti tempat piknik.
Mereka makan siang bersama. Bagi Beom, ini sebagai permintaan maaf karena hari sebelumnya ia tidak jadi memberikan bekal untuk direktur SM itu. Setelah selesai makan ia membantu pekerjaan Kibum. Cukup lama mereka berduaan, sampai membuat sang sekertaris merasa terabaikan. Hyosun cemberut.
Beberapa kali Hyosun masuk, basa-basi. Apa yang ia laporkan dan tanyakan termasuk tidak penting. Seperti saat ini, untuk ke-5 kalinya ia masuk dan bertanya, ada tidaknya sesuatu yang bisa dia bantu. Kibum hanya tersenyum dan berkata bahwa dia akan memanggilnya kalau membutuhkannya.
Di sofa. Beom sejenak menghentikan jari-jarinya menekan keyboard . sekilas melirik kerah Hyosun kemudian kembali fokus kelayar laptop. Setelah Hyosun keluar ruangan, Beom menghampiri direktur tampan itu dan duduk di atas meja kerjanya. Sementara Kibum duduk dikursi dengan alis menaut.
“Wae?” tanyanya.
Beom melipat kedua tangannya didada. Sejenak diam dan menatap pria dihadapannya dalam-dalam.
“Kau beruntung dapat sekertaris yang rajin seperti dia.”
Mendengar itu Kibum mengernyit. Menunggu apa yang akan dikatakan Beom selanjutnya.
“Tidak ada pekerjaan pun, dia dengan gesit menawarkan diri,” bibir Beom melengkung. Sedikit sinis.
Kibum berdiri. Mendekatkan wajahnya kehadapan Beom. “Sekarang kau tahu kan, betapa berbahayanya meninggalkan aku sendiri? Makanya, jangan pernah jauh dariku lagi!”
Candaan Kibum seperti sebuah peringatan, bahkan terdengar seperti sindiran mengingat Beom pernah meninggalkannya ketika kuliah ke Paris. Ia menunduk, diam. Sejanak pikirannya terusik oleh foto-foto dalam flashdisk yang pernah dititipkan Siwon padanya 2 minggu yang lalu. Foto tentang kebersamaan Kibum dan Hyosun, satu foto bahkan terlihat sangat intim. Tapi, Beom berusaha menepisnya. Ia percaya kalau kekasihnya itu tidak mungkin menghianatinya.
Cup~
Kibum berhasil membuyarkan pikiran Beom dengan ciumannya. Sangat lembut dan manis dibibirnya seperti madu. Pria itu tersenyum, lengkungan bibirnya terlihat sempurna.
“Aku senang  melihatmu cemburu seperti itu.” Ujarnya. Beberapa detik kemudian senyuman itu sudah menjadi tawaan kecil yang melukiskan kepuasan.
Beom mendongak dan  kembali menatap tajam pada kekasihnya itu. “Apa aku bisa mempercayaimu, oppa?” Serius dan terdengar lirih.
Kibum mengangguk. “Hmm.. wae?”
“Jebal! Jangan pernah menghianati kepercayaanku!”
Satu alis Kibum terangkat. Apa yang telah dikatakan Beom barusan seperti mengandung  maksud. Entah apa, dia yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran kekasihnya itu.
“Apa yang kau sembunyikan dariku?” tanya Kibum seraya membelai. Jari telunjuknya mengusap-ngusap sisi pipi Beom. Kemudian menyibak rambut yang berada disana dan mengaitkan ditelinga gadis itu.
“Aniyo.. hanya saja, aku ingin kau juga mempercayaiku. Sepeerti aku mempercayaimu.” Beom tersenyum. Terlihat deretan gigi putihnya sangat rapih.
Kibum mebalas, “Tentu. Aku juga mempercayaimu.”

Dikesempatan itu Beom memberitahu Kibum tentang rencana yang akan dibuatnya bersama Henry. Ia  meminta izin supaya tidak terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Karena dengan kerjasama ini, secara otomatis dia dan Henry akan selalu bertemu. Kibum tidak setuju, dia khawatir akan terjadi scandal dimedia, mengingat Henry adalah seorang public figure. Alasan yang cukup masuk akal, tapi juga terlalu berlebihan menurut Beom. Ia hanya terkekeh ketika Kibum melarangnya. Pikirnya, itu hanya alasan untuk menutupi kecemburuannya saja. Setelah memohon dan  memberi penjelasan panjang lebar, akhirnya Kibum menyetujui. Walaupun ekspresinya wajahnya terlihat kurang ikhlas.

Hyosun POV
Kesal. Marah. Rasanya ingin kubanting semua barang yang ada dimeja kerjaku ini. Kecemburuanku terlihat sangat jelas. Entah harus bagaimana cara mengontrol emosiku ini. Aku sejenak berpikir, apa flashdisk dari Siwon tidak dilihat oleh nona Park? Harusnya ketika seorang wanita melihat kekasihnya tertidur dibahu wanita lain, ia akan merasa geram. Tapi kenapa dengan dia, seperti tidak ada sesuatu yang terjadi padanya. Aku yakin pasti Nona Park melihatnya, dari tatapan matanya terlihat berbeda. Biasanya ia akan tersenyum manis dan menyapaku. Tapi kali ini dia mendelik, ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidaksukaannya padaku.
Sekarang, apalagi yang harus kulakukan?
End Hyosun POV

Ruang musik. Seperti biasa, setelah menemui kekasihnya maka Beom akan menghabiskan waktu di ruangan ini bersama Henry sampai jam pulang kerja. Setelah itu ia akan pulang bersama dengan Kibum. Tidak lama, hanya sekitar 1-2 jam. Tapi, telah banyak cerita di ruangan musik SM ini. Canda tawa selalu ada setiap harinya, seperti kumpulan orang malas yang hanya diam dan membicarakan sesuatu yang tidak penting. Mungkin begitulah saat orang awam melihatnya. Tapi, kenyataannya tidak. Walaupun apa yang dikerjakan terkesan tidak serius dan hanya banyak bicara, Beom membuktikan dengan hasil lukisan yang ia buat setiap harinya.
Dari rundingan sebelumnya, ia dan Henry sepakat akan menyumbang lebih banyak dari yang sebelumnya Henry lakukan. Oleh karena itu, mereka menyusun rencana dengan sangat matang. Tidak jauh dari keahlian mereka berdua. Beom berencana membuat sebuah pameran lukis dengan Henry sebagai bintang tamunya. Semua lukisannya akan dilelang. Dengan dibantu oleh Zhoumi, ucara itu akan digelar minggu mendatang.

“Lee, apa kau sudah lama berhubungan dengan direktur Kim?” tanya Henry ragu. Sedikit basa-basi tapi ia juga ingin tahu jawabannya. Menurutnya, Direktur Kim sangat beruntung memiliki kekasih dengan kepribadian  hangat seperti Beom. Ia pikir, semua pria pasti ingin juga memilikinya.
“Wae? Apa kau tertarik padaku?” Beom tertawa dan malah bertanya balik. Bercanda.

Henry mencibir, “Cih~ Kenapa masih ada gadis narsis sepertimu didunia ini. Beruntunglah aku tidak bisa melihat.” Beom menyernyit.
Henry melanjutkan dengan suara pelan. Kakinya melangkah seperti akan melarikan diri. “Kalau aku bisa melihatmu, sepertinya aku akan muntah saking muaknya.”
“YA!!” Mendengar hinaan itu, tangan Beom reflex mengambil pensil dan melemparkannya pada Henry. Tapi, sayangnya meleset.
Begitulah setiap harinya mereka. Kadang membuat Zhoumi stres melihatnya. Saling membanggakan diri kemudian menghina satu sama lain. Unik! Hubungan mereka seperti sudah terjalin sangat lama, bisa saling mengerti dan memahami. Tahu, sebatas mana mereka harus bercanda tanpa menyakiti hati keduanya. Walaupun kadang dimata orang lain bercanda mereka terlalu berlebihan. Mereka seperti saling terkait, saat salah satunya tidak ada maka akan ada yang terasa kurang. Aura mereka terpancar jelas ketika sedang bersama. Apa yang mereka bicara selalu mengalir begitu saja, kehangatan antar mereka selalu bisa membuat orang yang melihatnya merasa iri.
“Awas saja, Kalau sampai nanti kau jatuh cinta padaku!” Belum puas membalas, Beom dengan lantang melontarkan perkataan yang berhasil membuat Henry tercekat. Tetapi, pria yang selalu berkaca mata hitam itu pandai sekali berkilah saat merasa tersudut.
“Mwo? Seperti tidak ada yoeja lain saja.” Acting yang ia buat terlihat meyakinkan. Padahal dihati kecilnya, ia juga mengakui kalau perasaannya sudah berubah, dia menyukai kekasih direktur SM.
Ia melanjutkan, “Aku akan mencintaimu. Kalau kau adalah yoeja terakhir di dunia ini.”
Beom kehabisan kata-kata. Cara lain untuk membalasnya adalah dengan memukulnya sampai puas. Tapi sebelum sempat memukul, kakinya terpeleset dan jatuh menabrak Henry hingga tersungkur ke lantai. Mereka berdua merintih sakit. Setelah itu Beom diam mematung ketika kaca mata Henry terlepas olehnya. Tidak ada bola mata disana, disekitar bagian matanya terlihat berwarna merah kehitam-hitaman.
“Gwenchana?” tanya Henry khawatir.
Beom tidak menjawab dan malah bertanya balik, “Apa ini sangat sakit?” Terdengar lirih, tangannya meraba bagian mata Henry.
“Ani..” Henry buru-buru menepis tangan Beom lalu meraba-raba lantai mencari kaca matanya. Melihat Henry seperti itu Beom teriris. Iba, seperti melihat diri sendiri. Tidak membayangkan jika kebutaan terus menimpa dirinya. Dia beruntung karena tidak seperti itu. Dan air matanya menetes tanpa dia sadari, tangannya meraih kaca mata dan menyerahkan pada Henry.
“Mianhae..” ucapnya.
“Gwencahana?”
Tiba-tiba sebuah suara lain terdengar sangat khawatir. Beom mendongak dan mendapati Kibum sedang mengulurkan tangannya untuknya.
“Oppa!” pekik Beom seraya menyambut tangan Kibum. Kemudian berdiri.
“Gwenchana Henry-ssi?” tanya Kibum basa-basi. “Mianhae.. yoeja ini sangat ceroboh,” lanjutnya.
“Gwenchana Sajangnim. Aku yang salah.” ujar Henry merendah.

“Kalau ada yang terasa sakit, lebih baik diperiksa ke Dokter.” Saran Kibum. Dan diiyakan oleh Henry sebagai tanda setuju.
“Kajja!” Kibum menarik tangan kekasihnya itu dan segera pergi setelah sebelumnya berpamitan pada Henry.

Disepanjang perjalanan pulang mereka hanya diam. Direktur SM itu bahkan terlihat dingin, ia hanya melihat diam-diam seolah sedang menyelidik apa yang sedang dipikirkan kekasihnya itu. Sedangkan Beom masih memikirkan kejadian tadi, sepertinya ada sesuatu yang terjadi padanya. Ketika ia berhadapan sangat dekat dengan Henry, jantungnya berhenti beberapa detik. Aneh, tiba-tiba ada perasaan ingin menjaga dan mengasihinya.

Kibum POV
Apa yang sedang dipikirkannya? Setiba dirumah, suasana masih sama. Beom terlihat terus melamun. Bukannya dia harusnya meminta maaf padaku? Apa wajah kesalku ini tidak disadarinya? Hampir setiap harinya aku melihat dia sangat akrab dengan idolanya, Henry. Hubungan mereka bukan seperti seorang fans dengan idolanya. Tapi, seperti seorang teman yang sudah saling mengenal sangat lama. Jujur, aku selalu berhasil dibuat cemburu oleh kebersamaan mereka. Walaupun apa yang mereka bicarakan hanya sekedar candaan biasa, tapi cara mereka mengeksprisikannya seperti terselip sebuah kasih sayang. Setiap aku akan menjemputnya pulang, aku sengaja datang lebih awal. Diam beberapa menit dibalik pintu hanya untuk mengetahui apa yang meraka bicarakan dan mengawasi tingkah mereka. Kadang aku berlebihan, seperti tidak percaya apa yang dilakukan Beom dibelakangku. Aku takut! Takut diantara mereka ada perasaan yang tidak disadarinya. Bukannya, rasa sayang dan cinta itu datang karena terbiasa?
End Kibum POV

“Apa tadi ada yang luka?” tanya Kibum terpaksa, ia tidak bisa berdiam diri ketika kekasihnya seolah mengaggapnya tidak ada. Mengalah, menghilangkan ego sendiri demi keharmonisan hubungannya.
“Aniyo..” Beom menoleh sejenak lalu kembali mengedarkan pandangannya keluar jendela. “Sepertinya Henry yang terluka,” lanjutnya khawatir.
Kibum tersenyum miris, sepertinya orang yang dicemaskannya malah mengkhawatirkan orang lain. Ia melihat kekasihnya mengotak-atik tombol ponsel, mengetik sebuah pesan. Dan sepertinya itu untuk Henry.
“Apa kau tidak berlebihan padanya, Beom-ah?” Kibum mendekati Beom dan mengambil ponselnya. Benar saja, satu pesan terkirim untuk Henry. “Kenapa kau begitu peduli padanya?” ucapnya lagi sambil mengacungkan ponsel kekasihnya itu.
“Apa maksudmu oppa?” Beom menatap heran. “Apa salah aku bertanya seperti itu pada orang yang terluka olehku? Ia merebut ponselnya kembali, dan menatap tajam pria pujaannya itu, “Sepertinya kau yang terlalu berlebihan oppa!”
Melihat Beom menjauhinya. Kibum tercengang, tidak menyangka kekasihnya bakal seperti itu. Ia menunduk dan tangannya mengepal menahan amarah.

Aku baik-baik saja. Walaupun ditabrak olehmu seperti dihantam oleh truk bermuatan berton-ton beras xixixi..
Mendapat balasan pesan seperti itu, Beom sedikit lega. Kekhawatirannya memang sedikit berlebihan. Awalnya ia berpikir seperti itu, tapi ternyata yang membuatnya cemas bukan keadaan Henry melainkan perasaannya. Hatinya susah untuk dikendalikan, setiap saat pikirannya selalu terpaut pada artis SM itu.

“Oppa mianhae..” Beom menghampiri Kibum yang sedang duduk di sofa sambil menonton tv. “Aku hanya merasa bersalah saja padanya,” lanjutnya sambil duduk disamping Kibum. Direktur SM itu menghiraukannya dan hanya melihat sekilas kemudian kembali fokus ke tontonannya.
“Oppa!” rengeknya lagi. Masih tidak ada respon dari kekasihnya, Beom mengapit wajah Kibum dengan kedua tangannya kemudian membawanya kehadapannya, “Apa kau benar-benar marah?”
“Tidurlah, sudah malam!” titah Kibum seraya melepaskan tangan Beom dan mencoba berpaling dari gadis dihadapannya itu. Tapi Beom dengan kokoh mengapit wajah kekasihnya itu kemudian mencium bibir merahnya dengan lembut. Ia melepaskan ciumannya kemudian menatap lekat-lekat pria itu. Melihat Kibum masih dingin padanya, ia pun kembali mengarahkan bibirnya dan sedikit bermain dengan bibir kekasihnya itu. Ia menggerakkan bibirnya seolah akan memakan mangsa dihadapanya, membuka mulutnya dan memainkannya kebawah dan keatas seraya menghisap bibir lawannya.
“Kau sedang meminta maaf atau sedang menggodaku?” tanya Kibum setelah Beom melepaskan ciumannya. Ia menyunggingkan senyum nakalnya, “Aku tidak akan melepaskanmu,”
Kibum memegang bahu Beom dengan sangat kuat. Sementara gadis itu mengalungkan tangannya di leher Kibum. Kemudian mereka saling berciuman, lembut dan terasa hangat. Keduanya saling mengemut bergantian, pelan dan cukup berlangsung lama. Sampai tidak terasa posisinya pun sudah berubah dari yang semula. Kibum sedikit-sedikit mulai mendorong tubuh kekasihnya itu sehingga ia jadi tertidur di sofa putih itu. Dan ciumannya pun menjadi sangat nakal dan terlihat buas, bukan hanya dibibir. Tapi sudah menjelajahi leher Beom dan membuat tanda merah dibahu gadis itu. Bukan, lebih tepatnya di tengah-tengah antara bahu dan buah dadanya.
“Oppa, hentikan!” Beom menahan saat ia merasa tangan Kibum akan mulai menyentuh bagian dadanya. Dengan napas yang tidak beraturan, gadis itu mencoba menyadarkan kekasihnya. Kemudian ia bangkit dan membenarkan posisi duduknya.
Kibum terlihat sedikit kecewa. Walaupun apa yang barusan dilakukannya tidak bermaksud untuk menodai gadis pujaannya. Mungkin hanya terbawa suasana makanya dia seperti itu, apalagi cuaca yang dingin sangat mendukung untuk saling menghangatkan. “Mianhae..” ucapnya.
Beom meyandarkan kepalanya di dada Kibum dan mengaitkan kedua tangannya dipinggang pria tampan itu. “Saranghae..” ucapnya tulus.
“Jangan terlalu berlebihan bercanda dengan Henry. Dan jangan lagi menantang seorang namja.” ujar Kibum sambil mencium pucuk kepala Beom.
“Heh?” Beom mendongak dengan satu alis terangkat, “Maksudnya?”
“Tadi kau mengancam Henry. Awas saja kalau sampai kau jatuh cinta padaku? Bukannya itu seperti kau memberinya sebuah harapan?”
Beom terkekeh, “Jadi kau marah gara-gara itu, oppa?”
“Ani.. Cuma aku pikir kau terlalu berlebihan. Bagaimana kalau dia benar-benar jatuh cinta padamu? Apa yang akan kau lakukan?”
“Emh.. bukannya itu bagus? Berarti aku hebat, bisa memiliki seorang Direktur SM sekaligus artisnya.” canda Beom, ia masih bisa tertawa puas sekalipun mendapatkan tatapan sinis dari kekasihnya.
“Ah, mana mungkin aku melepaskanmu, oppa! Sangat bodoh jika aku melakukannya,”
Ungkapan Beom itu berhasil membuat hati Kibum tenang. Tapi dia juga ingin sedikit bercanda dengannya.
“Apa maksudmu? Apa kau berhubungan denganku karena aku seorang Direktur SM?” Matanya ia bulatkan lebar, melotot seperti sedang marah.
“Ya! Apa dimatamu aku seperti yoeja yang matrealistis? Kalau karena harta aku bisa mencari namja yang lebih lagi, bukan seperti oppa!” bibir Beom mengerucut, merasa ia telah direndahkan oleh kekasihnya itu.
Kibum tersenyum dan mencium kekasihnya itu sekilas kemudian mendekapnya erat. “Tetaplah bersamaku sampai kita menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu, tetap seperti ini selamanya.”


Continue..

1 komentar: